Let's Move On

5 2 0
                                    


-Lili-

Memikirkan Logan akan bersama Rachel, entah kenapa membuatku kehilangan semangat. Tapi aku tidak bisa egois. Bahagianya Logan tidak bersamaku , waktu yang sudah kami habiskan selama tujuh belas tahun ini sangat bermakna bagiku, sekarang dia punya orang lain dan aku harus menghargai itu.

Untung ini hari minggu jadi aku bisa bermalas-malasan seharian. Baru saja aku ingin menutup mataku tapi pintu kamar ku sudah diketok "Lili sudah bangun?" ternyata Logan yang datang, ingin rasanya pura-pura tidak mendengarnya tapi aku yakin itu percuma Logan itu orang yang keras kepala dia selalu mendapatkan apa yang diinginkanya termasuk membuka kamarku ini, dengan malas aku membuka pintu kamar.

Seperti biasa Logan masuk begitu saja. Aku duduk di tepi ranjang, sedangkan pria itu menatap keluar jendela kamarku. "Apa ada yang ingin kamu tanyakan?" Ternyata dia tahu ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dikepalaku. Logan menghampiriku "Lili" aku menatapnya "Bagaimana bisa?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku "Bagaimana bisa aku berkencan dengan Rachel?" aku mengangguk "Terjadi begitu saja , kami bertemu dip anti asuhan tempat ibu mengadakan acara amal dan dia salah satu anak yang tinggal di sana" Logan menceritakan bagaimana dia dan Rachel bertemu dan saling suka.

"Jadi kalian baru kenal satu bulan?" Logan mengangguk, kami hanya diam sambil menatap keluar jendela. Wanita itu hebat sekali membuatmu jatuh cinta hanya dalam waktu satu bulan. Bagaimana denganku Logan, aku harus bagaimana? Menjauh darimu, apa itu yang harus kulakukan,itulah sekarang pertanyaan yang sedang muncul dipikiranku.

Lama diam Logan kembali berbicara "Kita harus mengurus pendaftaran ke Harvard University, kapan ingin mengurusnya?" aku hampir lupa "Terserah kamu saja tapi aku belum menentukan ingin ambil jurusan apa" ucapku lesu.

"Kalau kamu sudah ingin mengurusnya beritahu aku karena aku juga harus memberitahu Rachel" aku tidak dapat menyembunyikan keterkejutanku "Apa? Rachel? Rachel juga akan kuliah di Harvard?" suaraku cukup meninggi "Iya, aku sudah memberitahu ibu" aku tertawa mendengarnya. Ini gila bagaimana Logan melakukan semuanya sesuka hatinya, ibu bahkan sudah merestui Logan dan Rachel. Aku kesal sekali sekarang. "Kamu daftar saja dulu dengan Rachel, setelah aku tahu ingin mengambil jurusan apa baru aku akan megurusnya. Tidak usah menungguku" ujarku panjang lebar "Tapi..." aku menyela Logan "Aku mohon Logan, aku ingin menentukan sendiri pilihanku biarkan aku berpikir lebih dulu" akhirnya Logan menyerah "Sekarang aku ingin istirahat, aku lelah" aku memperbaiki posisiku untuk tidur. Tak berapa lama Logan pulang.

Aku mendengar pintu kamarku kembali terbuka dan aku dapat merasakan orang itu duduk di tepi kasur ku "Lili" ternyata mamaku, aku bangun dan duduk menghadapnya "Apa rasanya sakit sekali?" tanyanya sambil memegang tanganku, pertahananku runtuh aku memeluknya dengan erat sambil menangis

"Aku hanya takut Logan akan mengabaikanku dan lebih memilih perempuan itu. Rasanya dia merebut mainan kesukaanku mama" mamaku mengusap punggungku. Setelah menceritakan perasaanku kepada mama aku merasa sedikit lega. Aku harus membiasakan diri untuk hidup tanpa Logan, kuliah bersama mereka itu tidak akan aku lakukan, aku pasti tidak akan bisa bernapas. Jika aku kuliah di Harvard pasti kami akan tinggal bertiga bersama Rachel. Aku tidak mau.

Seminggu ini aku sudah memantapkan hatiku. Logan juga beberapa kali mendatangi rumahku, karena aku membatalkan liburan kami yang sudah direncanakan aku sudah menyuruhnya pergi bersama Rachel tapi dia tidak mau. Logan dan Rachel juga sudah dipastikan mendaftar di Harvard sedangkan aku diam-diam mendaftar di Korean University. Entah bagaimana reaksi Logan kalau dia tahu.

Sekarang aku sedang berada di sudut salah satu perpustakaan. Suasananya sangat bagus dan sepi itu yang paling penting tapi tiba-tiba saat sedang asik membaca seseorang berlari dan bersembunyi dibelakangku.

"Husstt" kata pria itu.

Segerombolan perempuan lewat seakan-akan mencari seseorang "Jungkook oppa" itulah yang mereka sebut berkali-kali sebelum keluar dari perpustakaan. Aku menghadap pria yang bersembunyi dibelakangku ini "Jungkook? BTS Jungkook?" ucapku dengan nada bertanya. Pria itu melepaskan masker yang digunakannya "Ahhh...benar dia Jungkook BTS" kataku dalam hati. Tentu saja aku tahu Hee Ju sangat menyukai pria yang sekarang ada dihadapanku "Terima kasih" ucapnya.

Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang