Permintaan

2.5K 170 3
                                    

Jam menunjukkan pukul 14:30 saat Jennie selesai makan dan sekarang dia tengah menonton tv. Sedangkan Jo tengah bersama laptop dan beberapa berkasnya. Mereka sekarang tengah berada di kamar Jo dan Melly. Kenapa tidak di kamar Jennie? Jawabannya adalah agar Jo lebih mudah mengawasi dan menjaga Jennie.

"Ayah" panggil Jennie dengan suara seraknya. Untung Jo bisa mendengarnya walaupun samar-samar.

"Iya? Ada yang sakit?"

Jennie menggeleng pelan. "Haus"
Jo dengan telatennya membantu Jennie minum. Di sentuhnya kening Jennie, panasnya sepertinya agak menurun. "Buka mulutmu"

Jennie membuka mulutnya dan menangkupkan bibirnya pada termometer.

"35. Syukurlah" gumam Jo kemudian menyimpan termometer tersebut.
Jo memperbaiki selimut Jennie. "Kenapa tidak tidur?" tanya Jo sambil mengelus dahi Jennie yang sedang ditempeli pengompres instan.

"Mau tidur sama Ayah"

"Baiklah. Ayah akan tidur di sini" Jo langsung menaiki ranjang dan tidur di samping Jennie. "Tidurlah" kemudian mematikan televisi di hadapannya.

Jo mengusap usap kepala Jennie lembut dan satu tangannya lagi memeluk pinggang Jennie.

"Ayah, Jennie ingin sesuatu" lirih Jennie

"Ingin apa?"

"Ayah Jennie ingin belajar di-"

"Nggak bisa. Kamu kan masih sakit"

"Jennie mau sekolah kaya Kak Marcell, Ayah" pinta Jennie sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik sang Ayah.

"Sayang, waktunya belum tepat"

"Ayah tadi mengatakan akan memberi semua yang Jennie mau. Jennie maunya sekolah" kata Jennie dengan suara lirihnya.
"Jennie kesepian saat kalian pergi karena urusan masing-masing.  Jennie ingin punya teman seperti saat tinggal di rumah Ibu" kata Jennie dengan suara bergetar.

"Kamu belum mengerti, Baby"

"Apa yang Jennie belum mengerti? Kalian selalu mengatakan itu. Jelaskan Ayah, agar Jennie bisa mengerti. Buat Jennie mengerti hiks" kata Jennie

Satu yang ada di benak Jo, sifat Jennie akan berubah menjadi sangat cengeng saat sedang sakit.

"Kita bicarakan itu nanti. Sekarang istirahatlah" kata Jo sambil menghapus air mata Jennie dan mengelus elus matanya.

@@@

"Bunda"

Bunda tersenyum melihat kehadiran putra keduanya. "Hai. Boy"

Marcell mendekati Melly lalu memeluk dan menciumnya. Tadi pagi dia ingin sekali ikut Erland dan Jennie tapi Erland sama sekali tidak mengizinkannya karena harus sekolah. "Bunda kenapa sakit? Adek juga"

Melly terkekeh melihat Marcell yang memasang wajah cemberut. Sebelum ada Jennie, Marcell memang sangat manja terhadapnya. Tapi sekarang Marcell mulai bersikap lebih dewasa dan hanya sesekali bersikap manja. "Bunda hanya kecapean. Bagaimana keadaan Adek?" tanya Melly dengan tangan kirinya yang terbebas dari infus terus mengelus kepala Erland yang sedang tertidur.

"Ayah bilang demamnya sudah agak turun. Ayah sangat possesif pada Jennie"

"Possesif gimana?"

"Tadi saat aku ingin menemani Jennie sebentar Ayah melarangnya. Bahkan saat hanya akan memeluknya Ayah juga melarang untung Marcell diizinkan untuk menciumnya. Karena itu Marcell tidak mau di sana. Bisa-bisa Marcell diusir"

Melly yang mendengarnya cukup terkejut. "Ayah hanya tidak ingin Jennie terganggu. Kamu sudah makan"

"Belum"

Baby JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang