"Kak jangan barengan, ya"Marcell menarik rem tangan dan mengambil tasnya di kursi penumpang. "Kakak udah setuju sama keputusan kamu. Kalo untuk yang ini, nggak!"
Jennie menghembuskan nafas lelah. Jadi, percuma saja dia meyakinkan Marcell selama perjalanan tadi.
Jennie berjalan mendahului Marcell yang baru keluar dari mobil. Marcell dengan santainya menarik Jennie agar berjalan di sampingnya. Dia tidak ingin kejadian ketika itu terulang lagi. Matanya terus menatap tajam mata siswa yang masih saja menatap Jennie dengan tatapan menusuk mereka.
"Jennie kan?" tanya Siska
"Iya"
"Pembantu Marcell dong" kata teman Siska
Jennie mengangkat wajahnya, tidak menjawab ataupun mengelak perkataan sang senior. Kini di hadapannya ada 2 siswi yang menghadang jalannya dan Marcell.
"Kok lo nggak bawain tas Marcell?"
Marcell terlihat maju satu langkah. "Bukan urusan lo"
Siswi bernama Siska itu langsung memperbaiki helaian rambutnya saat merasa Marcell tengah menatapnya. "Eh, Marcell. Aku kan cuma bantu ngingetin status dia. Berani banget dia jalan sama kamu"
"Lo nggak perlu campur urusan gue. Dan ya, dia bukan pembantu gu-" kata Marcell penuh penekanan.
Kedua orang tersebut tampak kaget. "Maksud lo?" tanya Siska
Jennie langsung maju dan berdiri di samping Marcell. "Maksud Kak Marcell. Aku pembantunya kalau lagi di rumah. Kalo di sekolah itu, dia anggep aku Adek kelas gitu"
"Bener, Cell?"
Jennie menatap tajam ke arah Marcell. Matanya melayangkan tatapan agar Marcell menyetujui ucapannya barusan. Marcell terlihat menghembuskan nafas kasar. "Hmm"
@@@
Upacara hampir di mulai ketika Lia dan Asa datang. Jennie langsung menarik kedua temannya agar langsung menuju lapangan. Senin lalu, dia tidak sempat ikut upacara karena datang saat semua sudah memulai belajar. Yang otomatis ini upacara pertama bagi Jennie yang membuat dia sangat antusias. Jennie yang memiliki tubuh pendek dibanding Lia dan Asa membuatnya harus berbaris di depan. Katanya Asa biasa di depan, tapi karena ada Jennie maka dia berada di barisan kedua.
Untuk siswa yang lain, mereka berebut berbaris di belakang karena tempatnya yang dingin dan rawan terkena panas matahari. Lia bilang yang bertugas kelas 12 artinya ini adalah angkatan sang Kakak. Tapi Jennie tidak melihat Marcell menjadi petugas. Sudah ada beberapa siswa yang pingsan saat pembacaan doa. Untung saja di setiap barisan ada anggota PMR yang mengawasi. Sehingga langsung bisa ditangani oleh mereka jika ada yang sakit.
"Yuk, Jen"
Jennie mengangguk mendengar ajakan Lia. Upacara telah selesai, siswa mulai berhamburan kesana kemari.
"Hai, boleh kenalan?" tanya seorang siswa.
Jennie mengangguk ragu. "Jennie"
"Rangga. Anak baru? Soalnya belum pernah liat"
"Iya. Baru masuk Senin lalu"
"Oh. Emm... bisa minta nomor telfonnya ngga?"
"Kak, maaf. Sebentar lagi bel. Kita permisi dulu ya" kata Lia langsung menarik Jennie tanpa persetujuan empunya.
Lia menarik Jennie ke kelas. Asa pergi ke kantin membeli minum untuk mereka bertiga. Ini karena mereka tau Jennie menjadi pusat perhatian hari ini, parasnya terlihat menarik. Seperti polos dan tajam diwaktu yang bersamaan. Saat upacara tadi banyak siswa yang menatap kagum Jennie. Kehadiran Jennie terlihat sangat mencolok ditambah dia berbaris di depan. Kulit putihnya tampak bersinar ketika matahari mulai naik ke permukaan meskipun wajahnya yang memerah terkena panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby J
FantasiBercerita mengenai seorang gadis yang jauh terpisah dari keluarganya. Gadis yang bahkan tidak tau keberadaan keluarganya. Tapi kenyataan itu sama sekali tidak membuatnya bersedih dan berkecil hari. Karena dia tau, di luar sana banyak orang yang jauh...