Y

118 24 6
                                    

"Oh? Hai!"

Yerin meremas kuat kotak kue yang sedang ia pegang. Kakinya berdiri mematung di depan pintu apartemen Joshua setelah melihat Airin dengan pakaian yang sangat tidak pantas berdiri di balik pintu. Perempuan itu menyapanya ramah.

"Masuk aja dulu. Taendi masih tidur," ucap Airin mempersilahkan.

Bagus, sekarang Yerin merasa saat ini ia sedang mengunjungi rumah pengantin baru.

"Silahkan duduk. Mau minum apa?"

"Nggak usah," sahut Yerin cepat. Kemudian mendudukan diri di atas sofa yang ada di apartemen Joshua. Wajahnya terlihat tenang. Namun benaknya bergejolak penuh pertanyaan.

"Lama nggak ketemu ya," kata Airin memulai pembicaraan. "Terakhir kali di acara perpisahan sekolah waktu SMP benar kan?"

Yerin mengangguk tenang. Sambil sesekali melirik ke arah dua pintu kamar yang tertutup rapat.

"Gimana perasaan lo?" Airin bertanya tiba-tiba. Perempuan itu menyilangkan kaki santai. Menampilkan paha mulus tak tertutupi apapun di depan Yerin. "Masih suka sama Taendi?"

Pertanyaan mengejutkan yang sama sekali tidak Yerin sangka. "Sejak kapan gue suka sama dia?" balasnya balik bertanya.

Mendengar itu, Airin lantas mengangguk. "Bagus lah. Karena setelah hampir satu tahun nggak ketemu. Kemarin malam kami memutuskan kembali memulai semuanya."

Yerin menatap datar tanpa ekspresi. Ia berdecak singkat, "semoga langgeng ya," katanya berpura acuh.

"Oh pasti," Airin membalas cepat. "Taendi menjadi lebih manis setelah mengakui kesalahannya."

"Kesalahan?" ulang Yerin tidak paham.

"Dia nggak cerita apapun?" tanya Airin memasang wajah terkejut yang dibalas gelengan pelan dari Yerin. "Tentang kehamilan gue juga dia nggak cerita?"

Yerin diam, seolah sedang memberikan akses kepada Airin untuk berbicara lebih lanjut.

"Satu tahun lalu gue hamil. Dan Taendi nggak mau mengakui kalau gue hamil karena dia. Di malam kelulusan sekolah kita putus, dia pergi ninggalin gue gitu aja," ujar Airin mulai bercerita.

"Gue stres banget waktu itu. Nggak berani bilang sama siapa-siapa. Sampai akhirnya jatuh sakit dan karena usia kandungan yang masih muda," jeda sejenak. "Gue keguguran," tutup Airin menghela nafas.

Hati Yerin mencelos mendengarnya. Ia tetap diam tidak memberikan respon apapun. Setengah percaya setengah tidak akan cerita yang di dengarnya barusan.

"Sekarang, setelah Tae kembali di sisi gue lagi. Gue harap lo nggak menjadi penghalang hubungan gue sama dia," tutur Airin sengit.

Sebelah alis Yerin terangkat. "Sejak kapan gue ngangguin hubungan lo berdua?"

"Ck... lo pikir gue nggak tau. Lo nggak suka kan Taendi deket-deket sama gue?"

"Dulu sih iya," jawab Yerin membenarkan. "Tapi sekarang nggak lagi. Binatang sama binatang emang cocok ya?"

"Maksud lo apa, hah?!"

"Masih sekolah sudah nggak bisa nahan nafsu. Giliran hamil aja nangis-nangis minta tanggung jawab," kata Yerin tenang. "Bukannya gue belain Taendi, tapi jadi cewek itu otak dipakai. Mau banget diajak mantap-mantap padahal masih pacaran. Enak sesaat tapi nanggungnya seumur hidup. Rasain tuh!"

Tangan Airin mengepal kuat di samping tubuhnya.

Yerin kembali melanjutkan. "Tapi kayaknya lo malah bangga ya? Nyeritain semuanya ke gue sambil masang wajah angkuh. Lo pikir dengan semua cerita lo itu gue bakal cemburu? Lo pikir gue bakal sakit hati waktu dengar cerita ini dari mulut lo, bukan dari mulut Taendi langsung?" jeda dua detik. Yerin memandang remeh Airin di depannya. "Oh ayolah gue nggak rugi apa pun. Gue malah bersyukur Taendi selalu ngelindungin gue dan malah rela ngelampiasin hasratnya ke cewek lain. Kita juga sering tidur bareng, Taendi nggak pernah berani macam-macam karena dia menghormati gue sebagai perempuan. Nggak tau dia nganggep lo apa sampai dibikin hamil begitu?"

Hope You EnjoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang