Y

187 34 3
                                    

Kisah lama yang belum tuntas
.
.
.
.

"TAE CEPETANNN!"

"Bentar!"

"TAE GUE LAPERRR!"

"Tahan dulu tahan!"

"TAENDI!!!"

"Iya sayang sebentar lagi nih!"

Yerin merengut duduk pada kursi di pinggir lapangan. Menatap kesal ke arah tiga orang yang masih sibuk memantul-mantulkan bola basket di tengah lapangan. Tae, Amin, dan Vernandi, tiga serangkai yang sukses membuatnya mengurungkan niat melangkah pergi ke kantin.

Tae memaksanya untuk menonton. Laki-laki itu entah kenapa berjanji akan mencetak poin di depan Yerin. Sebagai gantinya Yerin juga harus berjanji untuk menunggu sampai Tae berhasil memasukkan bola basket tersebut ke dalam ring.

Mendengar janji konyol tersebut, Amin dan Vernandi lantas tersenyum miring kemudian menawarkan diri sebagai lawan. Tae mengiyakan tanpa pikir panjang. Laki-laki itu terlalu percaya diri untuk melawan Amin si kapten basket sekolah dan Vernandi yang kehebatannya tidak usah diragukan lagi dalam menguasai bola basket.

Yerin melongos menyadari sudah beberapa menit berlalu Tae tetap saja tidak berhasil mencetak poin.

"Aming lo ngalah aja napa?! Bentar lagi bel woy! Perut gue udah bunyi ini!!!" seru Yerin mengambil tindakan.

Amin mendengus sesaat kemudian berpura lengah. Ia membiarkan Tae dengan mudah melewatinya. Dan tanpa menoleh lagi pun ia sudah tau Tae berhasil mencetak poin.

"Yessss! Tae lo keren bangettt!" seru Yerin loncat-loncat di pinggir lapangan berpura riang membuat senyum berbentuk hati milik Tae terbit sempurna.

Tae mendekat ke arah Yerin lalu membuat pola berbentuk hati dengan tangannya. Laki-laki itu berlagak sedang selebrasi. Disaksikan dengan senyum jijik dari Amin dan Vernandi.

"Begitu tuh kalau sudah keselek cinta," cibir Amin pelan ke arah Vernandi. "Semuanya aja dibikin lebay."

"Entar lo juga ngerasain. Tunggu aja tanggal mainnya," sahut Vernandi.

Amin berdecak meledek. "Keseringan dikasih asupan drama Korea sama si Yewon nih. Mulai dah percaya cinta-cintaan."

Vernandi tertawa saja.

"Lho kalian juga ke kantin?" tanya Yerin saat melihat Amin dan Vernandi ikut mendekat ke pinggir lapangan.

"Nggak mau banget ya, Rin, diganggu kalau berduaan sama Tae," celetuk Amin asal.

Yerin mendelik memukul bahu Amin kencang. "Yeee... nggak gitu juga kali, Ming. Gue pikir lo masih mau tebar pesona sama cewek-cewek."

"Lo juga cewek kan?"

"Mbak Cis gue nih, jangan macem-macem!" seru Tae mendorong kepala Amin cepat.

"Iya pawangnya iya," sahut Amin bersungut-sungut.

Yerin terkekeh melihat Amin yang bertingkah layaknya bocah lima tahun. "Kalau tingkah lo begitu gimana mau punya pacar, Ming. Lo kayak bocah," ledeknya.

"Dih siapa bilang? Cewek zaman sekarang itu suka fakboi versi unyu-unyu, makanya gue sekarang lagi berkamuflase," jeda dua detik. "Biar banyak yang hamil online waktu liat foto gemes gue di ig," sambungnya tertawa.

Yerin ikut tertawa kemudian menggeleng takzim. "Udah ah buruan kantin," ajaknya mulai berjalan lebih dulu.

Tae menyusul cepat menarik Yerin ke dalam rangkulannya. Di belakang mereka ada Amin dan Vernandi yang berjalan bersisian. Keempatnya berjalan santai di koridor yang ramai.

Hope You EnjoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang