Hope

188 28 0
                                    

Harapan di penghujung hari
.
.
.
.

"Gue udah bisa bawa motor, Ju!"

"Masa? Gue aja nggak kuat."

"Ish, bukan gitu maksudnya," Yerin mendelik membuat Yuju terkekeh pelan.

"Siapa yang ngajarin?"

"Tae."

"Ngebucin terossss," cibir Yuju sambil memakan kripik pisang coklat milik Yerin.

"Apaan sih, orang cuma belajar bawa motor doang."

Yuju manggut-manggut saja. "Bokap lo tau?"

"Belum, nanti aja kalau gue udah mahir sekalian minta dibeliin motor."

"Bagus deh, nanti pagi-pagi jangan lupa jemput gue. Kan rumah kita searah."

"Enak aja," tolak Yerin mendorong kepala Yuju dengan jari telunjuknya. Kemudian ikut mengambil kripik miliknya yang ternyata hanya tersisa setengah dari isinya. Dasar Yuju kalau urusan makanan dia paling cepat.

"Siapa lo?"

Suara Junet berhasil menarik seluruh perhatian di kelas. Laki-laki itu berdiri menghadang seseorang di depan pintu. Jeka yang terbiasa ikut campur urusan orang segera mendekat dengan semangat.

"Dika."

"Elah, dia nggak nanya siapa nama lo," kata Tae juga ikut-ikutan.

Jeka mendengus melihat laki-laki culun berkacamata di depan mereka sekarang. "Lo ngapain mau masuk kelas orang tanpa permisi?"

"Saya murid pindahan."

Hening sepersekian detik. Ketiga laki-laki yang menghadang di depan pintu itu saling berpandangan satu sama lain seolah tidak percaya kemudian menggeleng serempak. Hama seperti ini tidak pantas masuk kelas mereka yang semua isi cowoknya terkenal paling  ganteng dan berkharisma satu sekolah.

"Balik sana gih. Lo salah kelas kayaknya," ucap Tae tenang.

"Ini IPS-4 kan?" si culun bernama Dika bertanya takut-takut.

"Anjir, beneran di sini dong?!" Junet seketika menjerit heboh memegang kepalanya. "Cubit gue cepet! Mimpi buruk ini!"

Plak...

Sebuah tamparan keras terdengar. Junet sudah mengerjap-ngerjap di tempat merasakan pipinya berdenyut sakit. Kepalanya lantas menoleh melotot cepat ke arah Jeka, "dicubit goblok! Ngapain lo tampol," kesalnya langsung mendorong kepala Jeka kuat.

"Biar cepet sadar ini tuh kenyataan! Gue syok kelas kita kedatangan Harry Potret!" Jeka menyahut sambil mengelus-ngelus kepalanya yang menjadi korban keganasan Junet. Tolong ingatkan Jeka untuk menuntut Junet jika nanti rangking kelasnya menurun. Bahaya ini kalau sampai otak tampannya kegeser.

"Ju kepala gue sakit banget, Ju!" Jeka mengadu, "si Junet nggak ada manis-manisnya."

"Pacar lo itu Una, bukan gue." Yuju menyahut acuh berjalan menghampiri tempat keributan. "Minggir! Gue mau lihat si Harry Potret," usirnya mendorong bahu Tae.

Hope You EnjoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang