Sorry for typo
.
.
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsangan.
*-*-*-*
.
.
"Pagi Ayah! Pagi Aileen!" sapa Gerlan dengan senyuman simpul yang terpatri diwajah.
Thio yang sejak tadi sibuk memakan Sandwich buatan Dean langsung memutar bola mata malas. Punya masalah hidup apa Gerlan padanya hingga tak mau menyapa.
"Pagi Kakak!" Balas Aileen ceria.
"Mommy belum pulang, Dad?" tanya Thio yang baru sadar akan ketidak hadiran sang Ibunda.
Dean menggeleng lantas tersenyum. "Belum. Mungkin nanti siang. Kenapa?"
Thio mencebik. "Tidak. Hanya saja aku merindukan masakan Mommy. Dady hanya bisa membuat sandwich dan mie instan. Aku bosan memakan itu" keluh Thio.
Dean tersenyum masam. Menatap tiga anaknya yang sedang makan. "Begitukah? Jadi, diantara Papa dan Mama, siapa lebih kalian sayangi?"
"Tentu saja Mommy" jawab Thio tanpa berlama-lama.
Aileen tersenyum lebar. "Aku sayang Papa" jawaban dari putri bungsunya mampu membuat Dean tersenyum senang.
Kini tatapan mereka beralih pada Gerlan yang masih diam melahap sandwich nya. Si sulung keluarga Prawisra tampak tak tertarik dengan pokok bahasan. "Aku sayang Ayah dan Bunda" ujarnya setelah merasa risih karena terus ditatap.
"Jawaban apa itu!" seru Dean, Thio dan Aileen bersamaan. "Kakak harus memilih salah satu" tambah Aileen gemas.
Gerlan mengalihkan pandangannya ke arah adik bungsunya. "Kalau begitu kakak akan memilihmu" balasnya tanpa ekspresi.
Dean menghela nafas jengah. Putra sulungnya memang seperti itu. Selalu saja memilih Aileen dalam segala hal, bahkan rela mengabaikan dirinya dan Tania. "Terserah kalian. Cepat habiskan makanannya. Papa akan mengantar kalian kesekolah, pulangnya kalian bisa naik bus. Ingat langsung-"
"Langsung pulang dan jangan kemana-mana" potong Aileen. "Lama kelamaan Papa cerewet seperti Mama" katanya kesal.
*-*-*-*
Aileen tersenyum senang menikmati pemandangan sekitar dengan kaki yang tak berhenti melangkah mengikuti kedua kakaknya. Ia ingat, dulu saat masih SD dan SMP ia dan sang kakak selalu berangkat sekolah menaiki sepeda. Ah, ia jadi merindukan sepeda kesayangannya. Sayang sekali sepeda itu sudah rusak saat ia menginjak kelas 8 SMP. Padahal sepeda itu adalah hadiah dari Dean karena ia berhasil memenangkan lomba debat bahasa inggris. Aileen menolak saat orang tuanya menawarkan untuk membelikannya sepeda baru. Sensasinya akan berbeda. Entah mengapa, sejak saat itu Gerlan dan Thio juga tak pernah menyentuh sepedanya. Mungkin dua bersaudara kembar itu menghargai perasaan sang adik.
"Kamu kalau jalan jangan dibelakang sendiri dong" Thio yang menyadari sang adik tertinggal langsung menarik lengan Aileen agar berjalan disebelahnya. Aileen hanya menurut tanpa banyak berkomentar.
Tak lama kemudian mereka sampai ke halte, tempat dimana mereka biasa menunggu Bus yang akan mengantar ke sekolah. Gerlan melirik jam dipergelangan tangannya. "Kita masih harus menunggu 7 menit lagi sampai bus datang"
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEENA
General FictionWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! SQUEL OF VANATHEA DAPAT DIBACA TERPISAH . "Aku memperdulikan terlalu banyak hal, dan itulah masalahnya" _______________________________________ Bukan tentang Vanath dan Thea... Ini adalah sebuah cerita tent...