Kalau ada typo bilang!
.
.
Dari momen pertama aku melihatmu, pemandanganku adalah kamu
*-*-*-*
.
.
Suara tuts-tust yang ditekan asal oleh Aileen barhasil menyadarkan Reynand dari ketertegunannya. Pemuda berparas tampan ini mengamati raut wajah Aileen yang muram.
"Huft..." Reynand menghela nafas panjang sebelum akhirnya berdiri dan mengambil biola yang terletak di dekat Aileen, membuat gadis itu menoleh. "Apa yang kakak lakukan"
"Mengabulkan keinginanmu" Jawab Reynand pendek. "Aku hanya akan memainkan satu lagu" katanya yang langsung dibalas anggukan antusias dari Aileen. Tidak masalah meski hanya satu lagi. Yang penting Reynand mau memainkankan biolanya. Aileen tidak sabar menantikan permainan Reynand.
Reynand memejamkan mata. Memperbaiki posisi biola disalah satu pundaknya. Salah satu tangannya dengan lihai mulai memaju mundurkan busur penggesek pada senar biola dengan tangannya yang lain memainkan kunci-kunci nada.
Melodi merdu yang dihasilkan oleh gesekan busur pada senar biola berhasil membuat Aileen terbuai. Lama kelamaan gadis itu mengernyit. Kenapa nada yang dimainkan terasa dalam. Seolah Reynand tengah mencurahkan segala kesedihannya lewat lagu.
Mata Reynand perlahan terbuka. Kedua obsidiannya bertubrukan dengan netra Aileen membuat gadis itu tiba-tiba meneteskan air mata. Entah mengapa Aileen bisa melihat kesedihan dibalik tatapan Reynand, ditambah lagi alunan melodi yang semakin mempertajam suasana.
Terlarut dalam pikiran membuat Aileen tak sadar jika Reynand menghentikan permainannya. "Kau menangis" kata Reynand pelan.
Sadar akan apa yang terjadi, gadis itu segera mengusap air matanya. "Ah, maafkan aku. A-Aku hanya terbawa suasanya" ujarnya gugup.
"Tidak masalah" Balas Reynand seraya memasukkan kembali biolanya ke dalam wadah.
Aileen berdiri. Tersenyum sumringah. "Aku tidak berbohong. Permainan kakak tadi luar biasa. Aku sampai tidak bisa berkata-kata dibuatnya"
Reynand tersenyum tipis. "Benarkah?"
Ailen mengangguk semangat. "Kakak meremehkanku. Meski tidak bisa bermain musik seleraku itu cukup tinggi— Hei, mau kemana?" Tanya Aileen melihay kakak tingkatnya yang membuka pintu.
"Turun. Makanannya mungkin sudah jadi. Kau tidak lapar?"
"Tentu saja aku lapar" Aileen menyusul Reynand yang sudah berjalan terlebih dahulu. "Permainan kakak tadi sungguh bagus" celetuknya sembari mengikuti langkah lebar Reynand.
"Hanya Rey!"
Ailern mencebik. "Aku sudah berusaha. Tapi lidahku lebih suka memanggilmu dengan sebutan Kak"
Reynand menghela nafas. "Terserah"
Aileen tersenyum senang. "Bukankah bermain biola sulit, bagaimana kakak bisa memainkannya?"
"Dengan berlatih" balas Reynand singkat.
Aileen menghentikan langkahnya. "Pelankan langkahmu. Kenapa kau selalu berjalan cepat. Kita tidak sedang terlambat sekolah" kata Aileen kesal. Berjalan cepat membuatnya lelah. Ia tak pernah berjalan secepat ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEENA
General FictionWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! SQUEL OF VANATHEA DAPAT DIBACA TERPISAH . "Aku memperdulikan terlalu banyak hal, dan itulah masalahnya" _______________________________________ Bukan tentang Vanath dan Thea... Ini adalah sebuah cerita tent...