(3)

143 19 2
                                    

"Ky, beli gih sama Eunwoo. Biar bin sama MJ disini, nih duitnya" aku mengeluarkan beberapa lembar uang dan diberikan kepada Rocky.

"Ga, gue mau cabut. Males banget disini. Harusnya hari ini kita bisa latihan. Bukan malah di RS kaya gini" bantah Moonbin

"Ga, Lo disini! Udah Ky, gih berangkat" akhirnya mereka pergi membeli makan.

Suasana kembali hening. Kami fokus ke handphone masing-masing.

"Bin?" Panggilku

"Hmmm"

"Masih kesel sama Sanha?"

"Ya abis dia, orang lagi latihan malah bercanda. Kapan mau kompaknya kita?"

"Tenang Bin, jangan emosi gitu" kata MJ sambil membenarkan posisi duduk

"Gimana ga emosi Hyung?! Waktu kita ga lama! Kalo ga bagus, gimana pendapat agensi nanti!"

"Bin, dengerin hyung. Kalo kita kaya gini emng bisa kompak? Bercanda disela-sela latihan gakpapa. Bin, kita saling kenal udah lama, bahkan dari masa trainee. Kita sebagai Hyung, harus bisa mengerti. Hyung ga belain sanha, dan juga ga nyalahin kamu. Hyung cuman pengen kita baik-baik aja. Ini masalah sepele. Ayo kita semangat lagi. Sekarang kita pikirin gimana sanha cepet sembuh. Nanti Hyung yang bilang agensi buat kasih keringanan. Harus bisa kontrol emosi ya, jelasin juga ke Sanha bukan pilih kasih oke"

"Iya Hyung. Aku minta maaf"

"Minta maaf sama Sanha ya",

"Iya Hyung"

Akhirnya satu masalah kelar, tapi tidak bisa setenang itu. Tiba-tiba ponselku berdering. Ku lihat ada lima pesan masuk dari hyung-ku. Ya dia kakak tertuaku. Aku mengernyitkan dahi bingung, tidak biasa-biasanya Hyung mengirim pesan sebanyak itu.

Hyung~~
12:45
Dekk
Jinjin
Dekk
Dekk bls dek
Penting

Me
12:46
Hah? Kenapa Hyung?

Hyung~~
12:47
Eomma sakit. Sekarang lagi di rumah sakit. Kata dokter penyakit magh eomma makin parah

Badanku seketika lemas, masalah apalagi ini Tuhan. Kenapa harus ibuku? Kenapa harus eomma yang sakit? Kenapa bukan aku? Kenapa? Tiba-tiba pipiku memanas, sekuat tenaga aku tahan untuk tidak mengeluarkan air mata.

"Hyung, aku izin keluar sebentar ya, cari angin" pamitku pada MJ.

"Aaah oke-oke"

Aku keluar rumah sakit dengan perasaan kacau. Kenapa masalah ini terus datang? Aku selalu berusaha tersenyum dan tenang depan member, depan fans, dan depan semua orang. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa tenang, aku terus khawatir dengan kondisi orang tuaku. Tapi aku tidak bisa izin untuk pulang.

Kakiku terus melangkah menuju sungai Han. Disana ada satu tempat yang selalu menjadi favoritku disaat seperti ini. Sesekali aku menendang kerikil hanya untuk melepaskan rasa kesal. Sesekali pula mengenai orang lain, lalu aku meminta maaf dan menyesal.

"Arrgghhh kenapa semuanya jadi kacau gini sih" teriakku yang tak peduli dengan sekitar, yang ku inginkan sekarang semua masalah dikepalaku hilang seketika.

"Nih minum dulu jangan kesel gitu" ucap seseorang yang suaranya amat ku kenali.

"Ah Hyung, kok disini yang jagain Sanha siapa?

"Ada Bin" jawab MJ dengan santai lalu duduk disamping aku.

"Lah kan lagi berantem? Kok dibiarin berdua?"

"Hahahahahah biarin, biar ngobrol berdua. Kalo terus-terusan ada kita, mereka ga bisa ngobrol"

MJ POV

Matahari yang sangat terik membuatku haus, meskipun di ruangan ber-AC tetap saja haus akan hilang dengan meminum air. Ketika akan beranjak untuk mengambil air minum, aku melihat raut wajah jinjin yang berubah drastis.

Dia kenapa? Bukankah masalah Sanha dengan Bin sudah selesai? Atau ada masalah lain yg dia sembunyikan? Aku memutuskan untuk mengurungkan niatku mengambil minum.

"Hyung, aku izin keluar sebentar ya, cari angin" pamitnya dengan senyuman di bibirnya. Aku tahu senyuman itu bohong.

"Aaaah oke-oke"

Aku berniat untuk mengikuti Jinjin kemana dia pergi. Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tentunya. Dan tebakan ku benar, Jinjin sedang ada masalah.

"Nih minum dulu jangan kesel gitu" ucapku sambil memberikan minuman siapa tau dapat membantu menenangkan.

"Ah Hyung, kok disini yang jagain sanha siapa?

"Ada bin"

"Lah kan lagi berantem? Kok dibiarin berdua?"

"Hahahahahah biarin, biar ngobrol berdua. Kalo terus-terusan ada kita, mereka ga bisa ngobrol" aku tertawa berniat untuk menghiburnya, namun yang ku dapat hanya senyum terpaksa.

MJ POV end

"Kalo ada masalah cerita, jangan dipendem sendiri, kita teman bahkan udah kaya keluarga, kenapa ga coba berbagi?" Tanya MJ kemudian meneguk softdrink, rasa haus yang tadi masih tersisa ternyata.

"Apa aku ga pantes jadi leader?"

"Uhukk.. uhuk.. maaf maaf, aku syokk. Kenapa bisa bilang gitu? Selama ini kamu pantas jadi leader. Kamu leader terbaik, kamu selalu mendengarkan semua masalah kami. Walau kami tau, kamupun lagi ada masalah. Tapi kamu selalu memprioritaskan kami dibandingkan masalah kamu"

"Ta...tapi Hyung. Aku baca di sosial media, aku tak pantas jadi leader. Dan astro akan lebih terkenal jika hanya berlima"

"Jinjin, dengerin Hyung. Itu cuman orang iri. Mereka berusaha ngejatuhin kita. Gausah didengerin atau dipikirin. Kita masih banyak yang sayang sama kita. Coba liat sekeliling kita, berapa banyak aroha yang selalu ada buat kita? Apakah jumlahnya lebih sedikit dari yang benci kita? Nggak kan? Anggap ini cobaan. Semakin tinggi pohon tumbuh, semakin besar badai. Jadikan itu bahan untuk memperkuat akar kita"

Aku terdiam sambil mencerna kata-kata dari MJ. Lagi-lagi perkataannya benar. Kenapa aku selalu memikirkan kata-kata buruk tentang aku? Jelas-jelas itu hanya orang iri.

"Apa ada masalah lain? Aku rasa bukan ini aja masalah kamu. Ayolah kita udah bersama bertahun-tahun. Kamu gabisa boong dari aku. Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu menyembunyikannya semuanya"

Tebakan yang sangat tepat. "Banyak sekali masalah Hyung, ibuku sakit dan aku gabisa pulang gitu aja. Ditambah Sanha sakit, dan dia rawat inap untuk beberapa hari. Aku emang ga pantes jadi leader. Bisa-bisanya ga perhatiin kalian sampe kalian ada yg sakit" tangisanku pecah, aku tak mampu membendung nya lagi.







Akhirnya bisa up lagi. Makasih buat yang tetep baca💜 jangan lupa vote rohaaa^^ dan jangan lupa streaming Knock jugaaa 💜💜
사랑해 💜💜

Berat | Park Jinwoo ASTRO [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang