Chapter 23 - Alasan

7.8K 1.3K 83
                                    

Kegiatan studi lapangan udah selesai beberapa hari yang lalu, beruntung semuanya berjalan lancar hingga akhirnya mereka bisa mendapat nilai yang cukup memuaskan.

Setelah melakukan analisis bersama, mereka jadi makin akrab bahkan pada beberapa kesempatan Jeje serta Sky ikut bergabung dengan gengnya Hanest. Lalu secara mengejutkan, Hanest justru merasa dirinya serta Allen kian dekat. Entah ini hanya perasaannya aja atau memang bener kejadian, gimana pun, Hanest tetap menikmatinya.

Kayak sekarang contohnya, hari minggu ini Allen ngajak Hanest jalan bareng, katanya mau mampir ke cafe yang baru dibuka di area sekitar kampus. Ada banyak makanan enak dengan harga terjangkau, cocok lah sama kantong anak kuliahan.

Hanest awalnya udah seneng, udah mikir bakal berduaan sama Allen kemudian ada adegan adegan romantis kayak drama drama Korea. Mereka lantas cipokan, jadian, nikah dan hidup bahagia selamanya.

Tapi sayang, karena ini cerita bukan film, jadi yah...kenyataan memang pahit untuk Hanest.

"Eh, sini sini!"

Febry melambaikan tangan ketika Allen serta Hanest baru aja masuk ke dalam cafe. Bukan hanya Febry, di pojokan sana udah ada Neko, Jeje, bahkan Sky. Sungguh, buyar udah khayalan tentang date ideal yang Hanest damba dambakan.

Dengan wajah pias serta awan imajiner yang tiba-tiba muncul di atas kepala Hanest, sosok manis itu segera jalan mendekati teman-temannya lalu mengambil tempat di samping Febry- berhadapan langsung dengan Allen dan juga Neko.

Jeje sama Sky? Jangan ditanya, itu dua anak udah kayak saudara kembar yang lagi rebutan makanan, saling colong padahal makanan di hadapan mereka udah banyak.

"Jadi, ngapain kita ke sini?" Allen bertanya sambil mulai membuka topik pembicaraan.

"Anggap aja ini perayaan kecil kecilan atas studi lapangan kita yang sukses."

Ah, jadi ini alasannya? Hanest langsung menumpukan jidat di atas meja, harusnya si tupai gak terlalu berharap.

"Woy woy Han, lo kenapa? Ayan lo kumat?" Febry yang duduk di samping Hanest mendadak panik sambil mengguncangkan tubuh pemuda manis tersebut.

Dengan wajah melas dan super gak niatnya, Hanest menolehkan kepala ke arah Febry, "Eby, selamatkan hati gue yang lagi potek."

Febry, Neko sama Allen kompak menatap Hanest aneh lalu menggeser duduk demi menjauhi si tupai yang lagi galau. Hanest gak peduli dan lanjut meratapi nasibnya, sungguh hari yang indah.

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
g a w k y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Lama merusuh di cafe, bahkan hampir semua menu yang ada udah mereka coba hingga pada akhirnya, satu persatu dari remaja harus balik ke rumah karena hari udah beranjak siang.

Sedikit informasi, mereka udah ada di sini bahkan beberapa menit sebelum café dibuka, katanya biar bisa jadi pelanggan pertama, siapa tau dikasih diskon ya kan. Namun sayang, pemiliknya pelit, masa mereka cuma dikasi hadiah berupa air putih gratis doang. Minta air putih di dagang bakso juga bakal dikasih gratis.

"Anjing!" Seruan dari Neko langsung mengalihkan perhatian lima pemuda lainnya.

"Kenapa Ko?" Allen bertanya, masih asik sama ponselnya.

Satu satunya gadis di perkumpulan tersebut langsung nepuk kepala sembari memejamkan mata, dia lupa sesuatu, "Njir, gue harus balik sekarang. Gue udah janji mau nganter adik beli buku."

Neko segera bangkit lalu mengemasi barang-barang miliknya sebelum akhirnya mendorong pelan tubuh Allen supaya segera menyingkir.

"Weh weh kalem." Allen yang badannya hampir nyusruk gara-gara kelakuan Neko pun segera bangkit lalu berdiri di samping Neko.

"Gue balik duluan ya, bye."

Tenang, Neko udah bayar kok, mereka semua kan patungan hari ini.

"Eh bentar, biar gue anter." Allen langsung menahan tangan Neko tanpa aba-aba, ngebuat yang lebih pendek menolehkan kepala kemudian ngulas senyum super lebar.

"Nah bagus banget, kebetulan gue ke sini naik ojol, lo jadi sopir gue ya sekarang."

Nyesel Allen tuh. Tapi karena udah terlanjur, jadi yaudah deh, pasrah aja pas diseret keluar sama Neko.

"Minimal isi acara nolak kek, basa basi kek, dasar Neko." Febry menggelengkan kepala gak habis pikir begitu menyaksikan kelakuan salah satu temannya.

"Eh Han-"

Drttt drtt!

Hanest langsung memberi gestur supaya Febry menghentikan ucapan ketika ponsel si tupai geter geter ena di balik celana.

"Buset, Kak Rhino." Mata Hanest langsung melebar lalu menatap Febry panik. Si koala yang ditatap seperti itu pun ikut membulatkan mata terkejut.

"Kenapa?"

"Gak apa sih." Setelahnya Hanest kembali menetralisir ekspresi wajah. Siapapun yang ngeliat Febry memasukkan sesuatu ke dalam minuman Hanest, tolong diem aja ya.

Panggilan berlangsung sekejap, Hanest segera membereskan barang-barang miliknya, sama seperti apa yang Neko lakukan tadi.

"Gue harus balik, Kak Rhino nyuruh gue pulang."

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
g a w k y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Kenapa kak?" Hanest bertanya begitu mendapati sang dominan yang lagi duduk di sofa ruang tamu.

Ngeliat kehadiran Hanest ngebuat fokus Rhino teralihkan, pemuda satu itu kemudian menepuk tempat di sebelah, memberi kode supaya Hanest duduk di sana. Yang lebih muda menurut, segera menempaatkan diri di samping Rhino.

"Ayo nonton." Rhino berujar sebagai jawaban atas pertanyaan Hanest tadi.

Hanest mengernyitkan alis bingung, "Nonton? Nonton apaan kak?"

"Frozen 2."

Hm, bolehkah si tupai menenggelamkan kepala di dalam wastafel? Tadi loh Hanest buru buru balik karena Rhino bilang ada sesuatu yang genting, tapi nyatanya sosok tampan tersebut hanya mengajak dirinya untuk nonton film kartun? Rhino punya masalah hidup apa sih?

Gak tau aja Hanest kalau sebenarnya dari pagi, Rhino udah resah gelisah menunggu kepulangan si tupai. Pemuda berhidung bangir itu sendirian dan gabut di rumah, entah sejak kapan tapi sang dominan udah merasa sepi kalau gak ada kehadiran Hanest.

Sebuah ciri yang menandakan kalau Rhino mulai menaruh perasaan rindu pada pemuda manis yang sekarang lagi menekuk wajah di sebelah. Senyum Rhino merekah, tangannya beralih untuk menepuk pelan pucuk kepala Hanest layaknya tengah mengelus anak kucing.

Untuk alasan yang gak jelas, Hanest menyukai perlakuan Rhino kepadanya.

Untuk alasan yang gak jelas, Hanest menyukai perlakuan Rhino kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue


Tertanda, 19/07/2020

Bee, ngemainin gigi yang goyang

Gawky [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang