Chapter 35 - Pengakuan

9.9K 1.2K 414
                                    

Hanest lari tergesa begitu turun dari ojek online yang tadi dia pesan. Setelah memantapkan diri serta mendapat sedikit tips dari Febry, Hanest memutuskan untuk menyatakan perasaannya ke Rhino.

Gak peduli apakah Rhino suka atau gak, gak peduli apakan Rhino akan menolak atau menerima pernyataannya, gak peduli apakah hubungan Rhino serta Neysa lebih dari sekedar teman- Hanest akan melakukan pertaruhan kali ini.

Intinya si tupai mencoba mengesampingkan semua akal sehat yang dia punya hanya supaya sebuah kalimat sederhana bisa meluncur dari bilah penuhnya.

Kedatangan Hanest yang rusuh langsung mengundang kerutan samar di dahi Rhino. Pemuda satu itu nampak duduk di sofa ruang tengah sambil menyaksikan acara mukbang di youtube. Sekarang adalah hari minggu, jadi Rhino bisa bersantai ria sambil ngegabut.

"Kak Rhino!" Hanest langsung memanggil lalu berlari ke arah yang lebih tua. Rhino sendiri cukup kaget mendengar suara si tupai yang cukup keras, dan lebih kaget lagi ketika Hanest tiba-tiba duduk dipangkuannya.

"H-Han, lo kenapa?" Kalau udah kayak gini, bukannya deg-degan, yang ada Rhino malah parno karena mengira Hanest lagi kerasukan setan kuda lumping.

Alih-alih menjawab, tuh anak malah melingkarkan tangan di leher sang dominan dengan kaki yang masing-masing berada di sisi pinggang Rhino. Hanest bener-bener nemplok kayak kadal.

Rhino sendiri? Dia langsung refleks mengangkat kedua tangan seolah mengatakan 'gue gak macem macem sumpah.'

Bodoh!

Wajah Hanest yang bersembunyi di ceruk leher Rhino mulai merona, Hanest kembali mempertimbangkan saran yang diberikan oleh Febry tadi.

"Pertama, lo cium dulu bibirnya, baru deh nyatain perasaan."

Jadi, si koala tengah menggunakan strategi 'bikin sange dulu, jadian kemudian'. Menurut pengalaman yang ia miliki, seseorang akan kesulitan mempertimbangkan keputusan kalau lagi bernafsu, langsung diiyakan tanpa pikir panjang. Ya, inti dari konsep ini mirip seperti teori jembatan gantung. Wah makasi Eby, Hanest sukses berada di ambang kebimbangan saat ini.

"Han, lo- hmph..."

Rhino membelalak kaget ketika mulutnya tiba-tiba dibekap oleh si tupai. Hanest lantas menjauhkan wajah dari leher Rhino, berakhir berhadap-hadapan dengan pandangan yang saling terikat satu sama lain.

"Kak Rhino diem dulu, gue mau ngomong sesuatu."

Masih dengan pandangan terkejut, Rhino pun mengangguk patuh.

Hanest mulai melepas bekapan dari bilah tipis Rhino, menundukkan kepala kemudian menarik nafas dalam. Oke, mungkin sekarang waktunya.

Chuppp...

Kalau bisa keluar, udah jatuh menggelinding tuh bola mata. Demi apapun yang ada di muka bumi, Hanest mencium Rhino duluan. Pengen gitu menjauhkan wajah tapi kok rasanya enak?

Maka dari itu, Rhino memutuskan untuk diam, membiarkan Hanest mengecup bibirnya beberapa kali. Si tupai menangkupkan kedua tangan di pipi Rhino lalu membuat suara 'muach' tiap kali bibir mereka bersentuhan.

Tenang aja, kali ini tangan Rhino udah melingkar apik di pinggang si tupai sehingga Hanest gak harus merasakan sakit ketika pantatnya berbenturan dengan lantai. Seriusan dah, ketimbang nafsu, yang ada Rhino malah pengen ngakak. Gemes banget sosok satu itu.

Setelah kecupan ke...eumm...satu dua tiga- dua puluh kali, pada akhirnya Hanest menghentikan kegiatan mesumnya. Si manis gak kuat padahal Febry bilang lebih banyak lebih baik.

"I-ini kenapa-"

"Kak, udah dibilang jangan ngomong dulu ihh..." Hanest menekuk wajah kesal.

Rhino auto kicep, "Maaf maaf."

Gawky [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang