Chapter 32 - Apa Semua Bisa Kembali Sama?

6.9K 1.2K 55
                                    

Hanest stres, dia izin cuti ke Daniel dan untungnya pemuda tampan tersebut mengerti dengan keadaannya si tupai. Beruntung pula temannya waktu itu –Raiden- mau menggantikan posisi Hanest di toko sehingga Daniel gak akan kewalahan melayani pelanggan.

Merasa hatinya makin kalut, Hanest pun memutuskan untuk pergi ke bukit pinggir kota, duduk di sana seorang diri sambil menatap langit pagi yang cerah.

Angin terasa menerpa wajah, ngebuat Hanest bisa merasakan sedikit ketenangan. Lelaki manis itu sengaja gak membawa ponsel bersamanya, Hanest bener-bener ingin mengasingkan diri untuk sementara waktu.

Mengabaikan rasa lapar di perut, si tupai lantas menarik kedua lutut untuk kemudian dipeluk lalu menyembunyikan wajah di sana, duduk meringkuk di bawah pohon yang melindunginya dari terik sang mentari. Rasanya cukup menyesakkan sampai Hanest gak sadar kalau air matanya udah mengalir gitu aja.

Bukan, bukan karena sakit hati, si mungil hanya merasa buruk saat ini. Lelaki manis tersebut khawatir jika orang-orang yang ia kenal telah muak dengannya- mengingat perilaku menyebalkan Hanest akhir-akhir ini.

Hanest ingin memperbaiki, Hanest ingin keadaan kembali seperti dulu tapi di sisi lain ia gak memiliki keberanian untuk melakukan semua itu. Sosok berpipi gembil tersebut terlampau takut untuk dibenci, terutama oleh pemuda bernama Rhino.

Perlahan, sekelebat bayangan wajah kecewa Rhino melintas di kepalanya, ngebuat air mata Hanest makin mengalir deras. Gak ada isakan, hanya kesedihan yang terlihat, Hanest sibuk meratapi kebodohannya selama ini.

"Bego, lo bego banget Han." Hanest mulai menggumam gak jelas. Menyesali segala keputusan yang menyebabkan keadaan makin memburuk. Gak seharusnya Hanest menjauhi teman-temannya, gak seharusnya Hanest menjalin hubungan dengan Daniel, dan gak seharusnya pula Hanest mengecewakan Rhino.

Terutama untuk Febry, bahkan lelaki berfreckhles tersebut gak salah sama sekali namun ia tetap terkena imbas dari kekesalan si tupai.

Rhino dan Daniel begitu baik selama ini tapi balasan yang bisa Hanest berikan hanya sebuah kekecewaan. Rhino telah merawat dan menunjang biaya hidupnya selama ini namun si manis justru dengan bodohnya melanggar perjanjian kontrak mereka. Daniel udah berbaik hati memberinya pekerjaan ketika Hanest butuh, tapi ternyata ia hanya berakhir mempermainkan perasaan pemuda tersebut.

Sumpah Hanest merasa bersalah banget.

Lelah dengan emosi yang meledak-ledak dalam dirinya, Hanest pun memutuskan untuk menyandar di batang pohon lalu perlahan memejamkan mata. Hatinya perlu beristirahat, Hanest telah memainkan peran sebagai orang jahat dengan baik.

Ya, semoga aja ketika dirinya terbangun nanti, semua kembali seperti semula.

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
g a w k y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Wajah Hanest terasa panas karena terpapar cahaya matahari yang bersinar diantara celah dedauanan. Pemuda manis tersebut bener-bener kebablasan tidur bahkan sampai hari beranjak siang.

Mengerjapkan mata perlahan, Hanest mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk karena tanpa sadar, si tupai perlahan jatuh lalu rebahan di atas rumput selama dirinya terlelap.

Kepala Hanest terasa agak pening, mungkin karena cahaya matahari yang terlalu menusuk atau gara-gara menangis cukup lama tadi. Yang pasti si manis sedikit terganggu saat ini.

Laper, Hanest merasa perutnya keroncongan. Tapi sosok virgo itu males balik, gimana dong?

"Ternyata gue masih di sini ya?" Hanest menggumam lalu terkekeh pelan, cukup miris entah karena apa. Padahal dulu ketika dirinya ketiduran di sini, pas bangun, si mungil udah ada di kamar. Lalu untuk sekarang, gak ada lagi Rhino yang akan menggendongnya pulang.

Kemungkinan besar pemuda tampan tersebut tengah sibuk di perusahaan. Gak ada tempat bagi Hanest di pikiran Rhino. Harusnya ia gak berharap lebih. Hanest telah merusak semuanya.

Sadar kalau dirinya gak bisa terus terusan di sini, Hanest pun memutuskan untuk bangkit lalu jalan sempoyongan menuruni bukit. Untung aja tuh anak gak kesandung dan berakhir jatuh ngegelinding dari atas sana.

Tapi dibalik semua masalah terjadi, Hanest tetap mensyukuri satu hal saat ini. Syukur banget dia bawa duit, jadi si manis bisa beli makan terlebih dahulu.

Lelaki mungil tersebut yakin seratus persen kalau penampilannya keliatan berantakan sekarang. Maka dari itu, begitu ngeliat toilet umum, si tupai langsung masuk lalu mulai membasuh wajah.

"Anjir, ada ilernya ternyata." Hanest meringis pelan sambil menatap pantulan diri di cermin. Tuh anak segera membersihkan liur mengering di sudut bibirnya, sekalian menghilangkan belek dan juga sisa kesedihan di paras manis tersebut. Setelahnya, Hanest nampak merapikan rambut sekilas lalu melenggang pergi gitu aja.

Meski gak bayar tapi Hanest gak salah dong, kan yang tertulis hanya-

Buang air kecil 1.000

Buang air besar 2.000

Mandi 3.000

Jadi kalau ngebasuh muka gak harus mengeluarkan uang dong. Ngomong-ngomong, orang kepepet mana yang mau mandi di toilet umum? Yakin deh hidupnya gak bakal tenang, baru aja mau sabunan tapi udah digedor dari luar.

Pas udah kelar sama urusan penampilan, Hanest langsung mencari tempat makan terdekat dengan harga terjangkau, warteg contohnya. Beberapa menit berjalan, tuh anak akhirnya bisa menemukan kuliner yang pas dikantong, jadi tanpa nunggu apapun lagi, Hanest langsung memesan makanan.

Setelah dipikir pikir, padahal dulu kehidupan Hanest memang kayak gini, luntang lantung gak jelas dan si mungil enjoy enjoy aja menjalaninya. Padahal dulu, tanpa kehadiran Rhino pun hidup Hanest udah terasa asik, sosok mungil itu tetap bahagia meski melarat.

Tapi untuk sekarang, kenapa ada yang berbeda?

Bukan, Hanest gak lupa diri kok. Ini bukan maslah harta, namun perasaan. Rasanya begitu sepi tanpa kehadiran Rhino di sisinya. Apakah setelah beberapa bulan berlalu, kehidupan Hanest akan seperti ini selamanya?

Entah kenapa, satu sudut hatinya merasa kehilangan. Sial, bahkan Hanest udah bergantung pada Rhino tanpa bisa ia sadari. Inilah yang Hanest takutkan, dia akan kesulitan menjalani hidup tanpa sosok Arvian Rhino Aksan..

 Inilah yang Hanest takutkan, dia akan kesulitan menjalani hidup tanpa sosok Arvian Rhino Aksan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue


Tertanda, 28/07/2020

Bee, muka lebah buluk banget di vidcon tadi

Gawky [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang