"Satu obat rindu. Bertemu. Tetapi jika tidak terobati, maka kenangan yang mengambil alih."
-Melody Brianna Robert-
Eits ... sudah pencet ☆? Jika belum, ayok pencet dulu😉.
Sudah?
Let's reading!!!
***
Malam setelah acara itu, Melody tidak pernah menceritakan kejadian tak mengenakan yang dialaminya. Melody tetap bungkam meski Austin dan Steven menyadari gelagatnya yang seperti menahan luapan emosi.
"Ihh!" geram Melody meremas sprei maroonnya, "Leon bener-bener, ya!" Melody kembali mengusap kasar bibirnya. Sudah lebih dari 50 kali Melody mencuci bibir yang dicium Leon malam itu.
Tok tok tok
"Mel," panggil Steven seraya mengetuk pintu kamar adiknya. "Kamu lagi ngapain, sih?" tanya Steven.
Melody menggulingkan tubuhnya ke sana ke mari. "Bang! Melody lagi badmood, jangan diganggu dulu, ya."
"Mel, Papah mau bicara sama kamu, tolong temuin dulu, ya," kata Steven membujuk.
Mendengar jika Austin ingin berbicara dengannya, Melody menghembuskan napas pelan guna meredakan sedikit emosinya. "Baiklah, nanti Melody temuin Papah, Bang."
"Yaudah."
Melody membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan, "Oke, tarik napas, hembuskan, tarik napas, hembuskan."
Tarik napas dan hembuskan bagaikan mantra keteguhan untuk Melody. Selesai dengan mantra ajaibnya, Melody beranjak untuk menemui Austin di ruang kerja pria itu.
Sementara itu, di ruangan dengan nama Lf, dua pria dewasa tengah duduk saling berhadapan. "Jadi ... lo udah ketemu sama Melody, lagi?" tanya pria dengan kemeja biru laut di depannya.
Pria dengan jas maroon itu tersenyum seraya mengusap bibirnya sensual. "Bahkan, gue udah cobain bibir dia. Lagi."
Pria dengan kemeja biru laut itu berdecak. "Jangan bertindak gegabah, Leon. Lo harus ingat sama masa lalu, dulu ... lo yang meninggalkan Melody, hanya untuk obsesi gila bokap lo," ucapnya.
"Oh, c'mon, Boy! Jangan mengingatkan gue tentang Dev sialan itu!" kesal Leon seraya melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya. "Gue udah hapus segala tentang dia!"
"Lo tahu, Leon?" tanya Boy.
"Apa?" tanya Leon.
"Agat--"
"Oh, tunangan lo. Kenapa dia? Buat ulah lagi?" tanya Leon memotong ucapan Boy.
"Bukan. Agatha itu nggak suka lo dekat sama Melody, lagi. Semenjak lo pergi beberapa tahun lalu, dia jadi nentang kedekatan lo sama Melody." Boy menjelaskan.
Leon menatap Boy datar. "Gue nggak butuh izin dari Agatha buat deketin Melody lagi, Boy."
"Tapi lo jangan lupa siapa Abangnya, Leon." Boy kemudian bangkit seraya mengambil jas putih kebanggaannya. "Gue cabut dulu, ada pasien yang operasi siang ini."
Leon memandang punggung Boy yang sudah tertelan pintu ruangannya. Ingatan cowok 24 tahun itu kembali terlempar pada masa lalunya. Masa di mana Leon meninggalkan Melody dengan alasan tidak jelas.
"Mel, tujuan utama aku deketin kamu cuman buat jatuhin kamu."
"Aku cuman pengen balas dendam, Mel. Untuk Garry. Dan alat terbaiknya itu ... kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙼𝙴𝙻𝙾𝙳𝚈✔
Short Story||BOOK 2|| "Hello, Dear. How are you?" *** COVER : CANVA PICT : PINTEREST [BOOK 2 | KETUA] [2020, Mei] [AIVIRDAALIA, STORY]