21 | Keluarga.

9K 728 31
                                    

"Takdir siapa yang mengetahui? Karena bisa saja yang terdekat kian menjauh dan yang terjauh di dekatkan."

-Melody untuk Austin-

Awas yang langsung kabur, ya! Hati-hati, loh! Allah maha melihat😛.

***

"Abang nanti temuin Queen lagi, ya," pinta seorang gadis berkuncir dua.

Leon berdiri mensejajarkan tubuh nya dengan Queensha, sang adik. "Iya, nanti Abang temuin Queen sama Bunda, Abang juga bakalan ajak Kakak Mel."

Queensha mendongak melihat wajah Melody, "Kakak cantik, nanti temuin Queen lagi, ya."

Melody mengusap rambut Queensha, "Pasti, sayang."

Queensha tersenyum, "Makasih sudah ketemu Queen," kata gadis cantik itu pada Melody.

Melody ikut tersenyum melihatnya, "Terima kasih juga sudah mengizinkan Kakak bertemu kamu, Queensha."

Queen mengangguk.

"Bunda, kami berdua pamit, ya. Terima kasih restunya," kata Leon.

Bunda terkekeh, "Iya, kalian hati-hati di perjalanan, ya. Kabari Bunda kalau sudah sampai," kata Bunda.

Leon mengangguk, "Baik, Bunda."

Sebelum Leon menarik pergi Melody, cowok itu menyempatkan mencium kening Queensha dan pergi meninggalkan rumah Arabella.

Melody memasang safety belt dengan santai, matanya melirik Leon yang juga sedang memasangnya. "Aku bener-bener enggak nyangka kalau Papah kamu akan sejahat ini, Leon."

Leon melirik sekilas Melody sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil. "Aku udah enggak aneh sama sikap kasar dia, Mel. Tetapi untuk Queensha, dia bener-bener biadab."

Melody bisa melihat dalam mata Leon ada kobaran api kebencian, cewek itu tahu bagaimana sakitnya seorang Kakak saat melihat adiknya lumpuh. Apalagi penyebab utama rasa sakit adiknya adalah sang Ayah.

"Kamu benci banget sama Papah kamu, ya?" Bodoh! Jangan tanya lagi, dong! batin Melody meringis.

Leon mengangguk. "Aku memang membenci Papah, Mel. Tetapi, aku tetap menghormati dia sebagai orang tua," balas Leon semakin membuat Melody meringis.

Melody mengusap lengan Leon, "Maaf, ya."

Leon melirik sekilas sebelum kembali menatap jalan di depannya, "Untuk apa, sayang?"

"Untuk pertanyaan aku," cicit Melody.

Leon mengusap rambut Melody, "Bukan masalah besar." Cowok itu melirik Melody tersenyum.

"I love you, Leon."

"Love you, too." Leon meraih jemari Melody untuk digenggamnya. "Oh iya, besok kamu fitting baju pengantin, ya."

Melody tersentak mendengarnya. "Apa?"

Lampu merah, membuat Leon menghentikan mobilnya dan menatap Melody lekat seraya mengusap punggung tangan Melody dengan ibu jarinya. "Iya, aku udah bertekad buat nikahin kamu, Mel. Aku enggak peduli tentang Dev ataupun Laura."

Bukannya terharu, Melody memukul Leon kencang. "Apaan, sih?! Kamu mau celakain Bunda sama Queen lagi? Iya?!" tanya Melody dengan mata menahan tangis.

"Enggak, aku enggak akan buat mereka celaka, Mel." Leon meraih wajah Melody. "Aku menikahi kamu juga supaya bisa jaga kamu, Bunda juga Queensha."

"Enggak, Leon." Melody melepaskan genggaman Leon, "Menikah bukan satu-satunya cara untuk menjaga aku, Bunda dan Queensha. Masih ada cara---"

𝙼𝙴𝙻𝙾𝙳𝚈✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang