"Udah, lo kerjain itu aja dulu. Biar gak pusing" zinnia dibuat merona. Kenapa Agam sangat peduli padanya, makin sayang deh.
Zinnia sedang asyik melamun dibalkon kamarnya, entah sudah berapa kali ia melamun hanya karena Agam. Ia sangat senang, karena seminggu terakhir ini, ia dekat dengan Agam, meski sekedar belajar bersama, tapi rasanya sangat bahagia.
Agam tetap cuek padanya, tapi ia baik kok, buktinya ia mau mentraktir zinnia eskrim.Flashback on
"Kak Agam? Kita mau pulang?" Tanya zinnia. Mereka baru saja selesai belajar. Agam hanya mengangguk dan memakai helm. Zinnia menunduk.
"Lo mau beli sesuatu?"
"Iya kak, mampir ke kedai eskrim dulu ya?" Pinta zinnia.
"Heem, cepet naik!"
Saat mereka sampai di kedai eskrim, zinnia memesan eskrim berukuran jumbo. Tapi sayangnya uangnya sudah habis, jadi ia sangat kebingungan.
"Kenapa?" Tanya Agam saat melihat raut wajah zinnia yang sedih.
"U--uang aku habis kak" ucapnya seraya menunduk malu. Agam tidak merespon ucapannya, ia justru pergi kekasir dan membayar eskrim itu.
"Makasih kak, nanti aku ganti."
"ya."
Flashback off
Tak terasa sudah 3 jam lebih ia melamunkan Agam, hari sudah malam saja. Ia kemudian turun kebawah dan menutup semua pintu juga jendela. Karena ia hanya sendiri dirumah. Jadi, ia tak mau ada orang asing yang mendatangi rumahnya.
Zinnia mulai membuka bukunya dan belajar, besok adalah lombanya. Jadi ia sangat gugup sekarang ini. Setelah 30 menit ia memutuskan untuk menutup bukunya mulai menonton Drakor. Ia tak mau melewatkan satu episode pun, itu akan sangat merugikan baginya. Karena ada adegan sedih, tak terasa zinnia mulai menitikkan air mata, ia terisak saking melow nya.
Drrtt drrtt telepon genggamnya bergetar, dengan kesal ia menggeser tombol hijau tanpa melihat name nya. Ia yakin itu pasti si sialan Oliv.
"Apa sih? Ganggu aja Lo! Ga ngerti apa gue lagi sedih?" Pekik zinnia dengan suara khas orang menangis.
"Kenapa nangis?" What! Zinnia sangat yakin ini bukan suara Oliv. Melainkan suara bass dari Agam. Zinnia memang bodoh. Ia langsung mengubah duduknya menjadi tegak dan mengusap air matanya.
"Eng--enggak kok kak, aku tadi cuma ...
Lagi becanda aja, hehe" alibi zinnia. Ia tak mungkin memberitahu Agam kalau ia menangis hanya karena Drakor."Gue gak bodoh kali."
"Ehmm, oh iya, kakak kenapa nelpon?" Ucap zinnia mengalihkan topik.
"Pengen" zinnia ingin terjun dari gedung lantai lima rasanya setelah mendengar penuturan Agam yang membuat dirinya terbang melayang bagai bintang. Ia bahkan tak bisa menahan senyumnya, ya gapapa lah, toh, Agam juga gak ngeliat.
"Gausah senyum senyum" lanjut Agam. Deg! Bagaimana ia bisa tau? Zinnia Langsung mengubah rautnya menjadi datar dan melihat ke luar jendela, namun tak ada siapa siapa disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Kertas
Teen Fiction[FOLOW SEBELUM BACA] Perempuan penuh kepalsuan Sebersit senyumnya merujuk kepura-puraan Tawa berderai adalah kebahagiaan yang dipaksakan Tak ada yang paham Bahwa bungkamnya adalah ribuan kata yang tak mampu diungkapkan Bahwa bahagianya adalah luka...