Aku pernah merasa memiliki hatimu seutuhnya. Hal itu sempat juga menjadikanku seorang yang naif; sering mengobral kalau harta selainmu tidaklah punya arti. Pun hidup menjadi penuh makna kala kau ada.
Bodohnya, semua semu. Aku tak pernah menjadi rumah untukmu. Aku cuma tempat singgah, ada untuk menadah pertikaianmu dengannya. Kau memang akan mencariku sampai ke ujung dunia, hanya untuk mengobati lukamu karenanya.
Aku tak pernah berarti lebih dari itu. Harus ada! Tapi tidak untuk kau anggap siapa-siapa.
Maret 2019
Note: Berpandailah memilah rasa. Sebab saat kau salah mengartikan rasa, kau akan menuai luka. 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Luka?
PoetryBerisi beberapa senandika tentang luka. Yang terkadang beberapa luka memang harus diajak berdamai dengan cara tertawa bersamanya. Yuk simak habis, luka-luka yang saya alami. Coretan ini ditulis dalam rentang waktu acak dan berbeda-beda. Tentunya se...