Mungkin aku telah menjadi anak kecil lagi. Karena aku menjadi kekanak-kanakan yang terus bertanya tiada henti. Seutas tanya yang sama terus kuulangi, tapi hanya berani kutujukan pada diri sendiri. Segalanya bermula saat kau memilih pergi tanpa pamit. Membawa semua jawaban, lalu meninggalkan teka-teki yang rumit.
Aku menunggu. Mengintip di balik waktu. Barangkali, kau akan datang membawa jawaban. Membantuku lepas dari pertanyaan yang terus saja menggelayut tak karuan. Di dalam kepalaku semua itu tengah berserakan;
Kenapa kamu pergi tanpa alasan?
Membiarkan aku hidup dengan terus mencarai-cari jawaban. Sembari berusaha meyakinkan diri bahwa kau hanya bersembunyi. Lusa juga akan kembali pulang, membawakan kabar baik dengan riang.
Ahh, tapi semesta menentang harapan itu. Aku tak pernah lagi menemukan sosokmu ada di hadapku. Yang kusadari akhir-akhir ini, bahwa anak kecil ini telah ditinggal pergi— dengan ditinggali rasa hancur bertubi-tubi.
Desember 2018
Note: Kumpulan coretan di waktu yang berbeda-beda sesuai suasana yang pernah saya rasakan. Merasakan bukan berarti pernah sepenuhnya mengalami, ya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Luka?
PoesíaBerisi beberapa senandika tentang luka. Yang terkadang beberapa luka memang harus diajak berdamai dengan cara tertawa bersamanya. Yuk simak habis, luka-luka yang saya alami. Coretan ini ditulis dalam rentang waktu acak dan berbeda-beda. Tentunya se...