17

11.3K 962 244
                                    

Limario POV

Sudah 1 tahun aku menahan rasa sesak dihatiku ini. Aku lelah, tetapi bukan fisikku, melainkan hatiku. Hatiku lelah dengan segala perlakuan Jennie. Aku bodoh? Memang benar. Aku tidak akan mengatakan itu salah. Pria bodoh yang masih bertahan, disaat dirinya terus tersakiti. Tiap kali kata perceraian itu keluar dari bibirnya dengan lancar, disaat itu juga aku merasa ingin tuli saja.

Sudah 1 tahun umur pernikahan kami, namun semuanya tidak baik-baik saja. Sebaliknya, hubungan kami malah menjadi semakin buruk. Tuan Kim, nyonya Kim, Jisoo hyung, dan juga Rose selalu memberiku kekuatan. Iya, aku bertahan selama mereka memberiku kekuatan dan semangat yang membara dihatiku. Tapi rasanya.....kekuatan yang mereka berikan tiap harinya tidaklah lagi berguna bagiku, karena aku sudah tidak bisa merasakan semangat itu.

Aku terlalu lelah untuk bangkit kembali. Ingin aku menghentikan segala kebodohanku ini, tapi bayangan kedua orang tuaku selalu menghampiriku. Aku fikir, apa aku akan mati?  Orang tuaku sudah sering menghampiriku, membuat segala spekulasi seputar kematian menghampiri otakku.

Saat ini aku terduduk termenung di balkon kamar kami. Iya, kamar kami. Kalimat yang luar biasa karena terdapat kata kami didalamnya. Tapi rasanya hampa, sepi, sunyi, pengap, tidak berwarna, dan tidak memiliki makna. Hah! Makna. Saat ini bahkan aku sudah tidak berharap terlalu tinggi padanya.

Kata orang, cobalah untuk tertawa disaat kau merasa sedih dan terpuruk, dan semuanya akan baik-baik saja.

Bullshit. 

Kucoba untuk menertawakan nasibku, tetapi yang ada malah rasa sakit yang semakin mendalam. Rasanya seperti menaburkan garam pada luka yang menganga lebar.

Haaahh...

Entah sudah berapa kali aku menghela nafas berat hari ini. Dan itu sudah bagaikan rutinitasku tiap harinya dalam setahun. Aku harus menyerah, aku harus menyelesaikan semuanya. Demi dirinya dan juga diriku. Demi kebahagiaannya, bukan kebahagiaanku.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Kulirik ponselku yang berada diatas meja. Seseorang menelponku, dan itu Jisoo. Tidak biasanya pria itu menelponku di tengah malam seperti ini. Apakah ada sesuatu yang penting? Kuraih benda persegi panjang itu, dan menggeser icon berwarna hijau dilayarnya.

 Apakah ada sesuatu yang penting? Kuraih benda persegi panjang itu, dan menggeser icon berwarna hijau dilayarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lim..."

Ku kerutkan keningku, bingung. Suaranya tidak seperti biasanya. Pria dewasa dan tenang sepertinya akan menjadi sangat aneh jika sudah panik. Dan inilah yang aku dengar dari suaranya. Suaranya terdengar panik.

"Iya hyung? Ada apa?"

"Datanglah kemari sekarang, aku akan mengirimkan lokasiku."

"Ada apa sebenarnya hyung?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, cepatlah datang. Kau akan tahu nanti."

Tut!

Panggilan ditutup secara sepihak, dan sebuah pesan masuk. Itu dari Jisoo yang mengirimkan lokasinya. Sebuah club? Kuraih jaket kulitku, dan langsung pergi menuju club tersebut dengan mobil yang baru saja dibelikan paman Nadech kepadaku beberapa bulan yang lalu. Katanya itu akan sering aku gunakan jika aku sudah bekerja bulan depan.

Fighting in Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang