Melihatnya

7.7K 388 203
                                    

*~*

Happy reading 😁

----------

Mentari bersinar cukup terang. Kehangatannya bisa dirasakan oleh siapa saja yang dinaunginya. Tak terkecuali gadis itu. Gadis yang berseragam sekolah dengan rambut tergerai indah itu tengah duduk seorang diri di halte yang dekat dari rumahnya.

Gadis itu menolehkan kepala ke arah kanan sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Mau jam tujuh bentar lagi. Pantes, udah mulai panas. Ia menunggu kendaraan yang bisa ia tumpangi untuk membawa dirinya ke sekolah.

Tumben, lama angkotnya, gumamnya.

Beberapa detik kemuadian, wajah yang tersirat akan kebosanan itu berubah menjadi sumringah. Ia melihat mobil yang melaju melewati halte yang ditempatinya. Gadis itu tahu, siapa pengendara yang berada di dalam mobil tersebut.

Dia hampir terlambat juga ternyata.

"Neng! Ayo, Neng! Arah SMA Nusa Bangsa."

Sopir mobil angkutan yang ditunggu gadis sekolah tersebut berteriak. Hal itu membuat gadis berambut panjang itu langsung bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam mobil angkutan.

*~*

Pagi hari di sekolah SMA Nusa Bangsa
Gadis itu tengah berlarian menuju lapangan sekolah. Gadis yang berparas cantik dan bertubuh ramping semampai, Aprilia Anggraini Salim dengan dandanan polos sekolah mencoba secepat mungkin berlari.

Pagi itu adalah hari senin waktunya apel sekolah akan segera di mulai.
Dengan napas yang memburu Aprilia celingukan mencari baris kelasnya berada, beruntung ada gadis seumuran dengannya yang menyeret tangannya menuju kerumunan baris kelas mereka.

"Ya ampun Lia, lo pagi-pagi habis ngapain sih sampe terlambat gini?" tanya Anggita, teman akrab Lia satu-satunya di sekolah ini. Gadis itu bertanya dengan kesal karena teman akrabnya sering telat, bahkan waktu apel sekolah sekali pun.

"Nanti aku ceritain, Git." Lia menjawab sambil celingukan.

"Lo nyari apaan, sih, Li?" tanya Gita heran.

"Kok, gak ada. Perasaan sekarang jadwalnya ikut sebagai petugas apel, deh." Lia masih bergumam sendiri.

"Dia gak ikut soalnya jadwalnya berubah. Dia ada jadwal tanding basket," jawab Gita. Ia tahu, siapa orang yang dicari oleh Lia.

"Serius kamu?" tanya Lia antusias.

"Iya. Makanya jangan telat! Jadwalnya di tempel di mading sebelah lab, tadi gue sempet baca."

*~*

"Waktu mengerjakan soal sudah selesai. Cek ulang jawaban dan kumpulkan! Yang masih belum selesai, ayo cepat isi jawabannya!" perintah Bu Indah, guru sejarah sekaligus wali kelas di XI IPS 2 yang saat ini para muridnya tengah melakukan apa yang beliau suruh.

"Haduh, Bu. Bentar, Bu. Masih kurang sedikit," jawab kebanyakan murid di kelas.

Dengan cekatan, Lia membereskan kertas soal serta jawaban untuk diberikan kepada Bu Indah, "Ini, Bu. Sudah selesai."

"Bagus! Kamu boleh langsung istirahat, Lia."

"Terima kasih, Bu," jawab Lia semangat.

*~*

Lia melenggang keluar kelas dengan terburu-buru. Ia menuju ke lapangan sekolah. Seperti dugaannya, lapangan sudah ramai dengan siswa-siswi yang melihat pertandingan basket di lapangan, padahal jam istirahat baru dimulai lima menit yang lalu.
Ada yang berteriak histeris bukan karena kemenangan atau kekalahan dari poin yang didapat dalam pertandingan. Namun, karena ketampanan para pemain basket tersebut. Ya, memang begitulah para siswi kebanyakan saat menonton pertandingan--jika pemainnya keren-keren.

Hurt of April (Terbit + PO Novel Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang