Alur Sebuah Rencana

170 32 2
                                    

"Hyung, ini aku yeonjun. Sepertinya telah terjadi sesuatu pada nenek. Bisakah kau.."

"Dimana kau sekarang?"

Taehyung segera bergegas mendatangi rumah yeonjun. Namun rupanya, yeonjun bersama neneknya terlihat baik-baik saja.

"apa ini? Nenek, kau baik-baik saja? Yeonjun, apa yang terjadi, Kau membohongiku?" taehyung memasang raut wajah kesalnya.

"Seorang pria baik mengantar nenek pulang, aku juga tidak tau bagaimana nenek bisa berkeliaran di luar. Aku sangat khawatir tadi karena seisi rumah tiba-tiba berantakan." ujar yeonjun memperjelas apa yang terjadi.

"haish, nenek tidak seharusnya berkeliaran di luar sana. Nenek tau kan kalau nenek tidak bisa melihat dengan jelas. Bersyukurlah masih ada yang tau nenek tinggal disini." lanjut yeonjun yang kini mulai mengomel.

"nenek, jangan pergi keluar dengan keadaan seperti ini lagi, kalau ingin jalan-jalan tunggu kami datang." sambung taehyung.

Sementara itu, dirumah nayeon...

Sesaat setelah keluar dari kamarnya, nayeon mencoba mencari sosok taehyung yang sebenarnya sudah pergi sejak tadi. Ia masuk ke dalam kamar taehyung, bukannya bertemu dengan pemilik kamar tersebut ia justru menemukan barang misterius yang selalu dibawanya, dwikkoji.

"bukankah ini benda itu, penjepit rambut? Ini milik perempuan kenapa pria sepertinya justru menyimpan benda seperti ini?" nayeon mencoba untuk mengambilnya, namun hal aneh terjadi pada dirinya. Ketika nayeon mulai menyentuhnya, mendadak seakan ia melihat sebuah potongan gambar dalam ingatannya dimana seseorang berpakaian kuno terlihat tengah memegang sebuah pedang yang sepertinya akan bersiap untuk berperang.

Nayeon terjatuh, ia terkejut bukan main. Tangannya gemetar.
"apa yang kulihat barusan? Benda apa itu sebenarnya?"
Ia kembali berdiri, berusaha menyentuh dwikkoji tersebut untuk memperjelas apa yang dilihatnya, namun dering ponsel menghentikan niatnya. Dengan tubuh yang masih gemetar disertai ketakutan, nayeon mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai kemudian menjawabnya.

"Ha..halo"

"Nayeon, kau dimana?" tanya si penelfon yang ternyata adalah jieun.

"Aku ada dirumah, kenapa?"

"turunlah, aku ada dibawah. Ada hal penting yang ingin kubicarakan"
Jieun menutup telfonnya, sementara nayeon bergegas menganti baju dan turun sesuai permintaan jieun. Nayeon sampai di lobi, dan menemukan jieun sedang berdiri menyender di mobilnya yang terparkir di luar, ia segera menghampiri jieun dan menanyakan hal penting yang membuatnya penasaran sejak tadi.

"Ada apa? Kalau kau disini kenapa kau tidak langsung datang ke kamarku?"

Jieun hanya membalasnya dengan senyuman lalu menyuruh nayeon masuk ke dalam mobilnya.

"Sebenarnya, hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" tanya nayeon.

"Aku harus pergi ke kanada, mungkin cukup lama. aku akan berangkat malam ini" jawab nayeon.

"Kenapa mendadak? Apa karena bisnis? Kau tak bisa seperti ini, kenapa baru memberitahuku? Ini tidak adil" lanjut nayeon sambil merengek.

"Bukan bisnis. Ada hal yang harus kuselesaikan. Dan, selama aku pergi bisakah kau menjaga ini untukku?" jieun memberikan sebuah kotak dengan ukiran kuno yang di dalamnya terdapat sebuah bola putih seukuran kepalan tangan.

"benda apa ini? Aku tidak tau kau memiliki ini"

"Ini milik mendiang kakek, Benda ini sangat berharga untukku, aku tidak bisa membiarkannya dirumah, ataupun menitipkannya pada orang lain selain dirimu. Aku sangat percaya padamu, jaga benda ini sebaik mungkin."

Nayeon mengangguk paham saat melihat keseriusan di wajah jieun. Sebuah tanggungjawab yang cukup besar baginya, menjaga barang yang begitu berharga milik orang lain.

"tapi, kapan eonni akan pulang?"

Jieun tersenyum
"Aku akan segera kembali. Seseorang akan sangat membutuhkanku jika aku pergi terlalu lama."

"aku akan sangat merindukanmu" ucap nayeon sembari memeluk jieun.
.
Nayeon kembali ke dalam apartemennya. Menaruh benda itu dengan sangat hati-hati di dalam lemari sebagai tempat yang aman menurutnya.
"Tempat ini aman untukmu. Tinggallah disini sampai tuanmu kembali." nayeon tersenyum kemudian menutup lemarinya.

Sementara itu, jieun yang sedang berada dalam perjalanan terlihat tersenyum, seakan merencanakan sesuatu yang cukup besar.
"sudah saatnya, kali ini kau akan bebas"
..

22.35 pm

Nayeon duduk di sofa sambil menonton tv, sesekali ia melihat ke arah jam, hari sudah semakin malam, namun pria yang tinggal bersamanya tak kunjung juga pulang.
"kenapa jam segini dia belum juga pulang?" gumam nayeon dengan wajah cemberutnya. Namun ia segera sadar akan tingkahnya yang tiba-tiba begitu perhatian pada taehyung.
"kenapa aku menunggunya? Argh! Lupakan-lupakan aku harus kerja besok" nayeon beranjak dan berjalan ke kamarnya, namun lagi-lagi pikirannya tertuju pada taehyung.
"apa jangan-jangan dia... Tunggu dimana ponselku?"
Nayeon berlari ke kamarnya, mencari ponselnya dan mulai menghubungi taehyung, namun tak ada jawaban.
"apa ini, kenapa dia tak mengangkat telfonku?"

Ia mencoba untuk menghubunginya sekali lagi, ia merasa lega, namun semuanya berubah menjadi kekhawatiran saat yang menjawab telfonnya bukanlah taehyung melainkan yeonjun.

"halo?" ucap yeonjun.

Nayeon terlihat bingung, suara itu jelas-jelas bukanlah suara orang yang dikenalnya.
"eo? Kau siapa? Kamu bukan taehyung tapi kenapa menjawab telfonnya? Dimana taehyung?"

"ah, taehyung hyung? Dia sudah pergi dari rumahku 2 jam yang lalu, dia pergi dengan tergesa-gesa dan ponselnya tertinggal dirumahku"

"tapi, kenapa dia belum sampai ke apartemen?"

"apa maksudnya? Taehyung hyung belum sampai dirumahnya?"

Nayeon benar-benar sangat panik, ia bahkan tak tau apa yang harus diperbuatnya. Ia memutuskan untuk keluar, mencoba mencari taehyung, namun tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Ia tak menghiraukan derasnya hujan yang mungkin bisa membuatnya demam, ia hanya takut tak bisa membawa taehyung kembali kerumahnya. Sesekali ia berteriak memanggil taehyung. Berlari tanpa tau entah kemana.

"TAEHYUNG!" teriaknya.

Sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya, minhyun keluar membawa payung dan mulai menghampiri nayeon.

"apa yang kau lakukan di tengah-tengah hujan seperti ini? Kau bisa demam, ayo masuk ke mobilku" minhyun menarik tangan nayeon namun ditolak.

"pergilah, aku harus mencari seseorang."

"seseorang? Siapa, Taehyung? Kenapa? apa dia pergi begitu saja meninggalkanmu? Apa yang kubilang, dia bukan pria yang baik." minhyun tersenyum sinis.

"sayang sekali yang kau katakan tidak benar, dia tidak pergi, sesuatu pasti terjadi padanya" nayeon pergi mengabaikan keberadaan minhyun dan kembali mencari taehyung.

Minhyun merasa geram, ia kembali menarik tangan nayeon namun kini sedikit lebih kasar. Nayeon bahkan merasa kesakitan karena genggaman minhyun yang begitu erat.

"baru beberapa hari kalian saling mengenal, TAPI KENAPA KAU SANGAT PEDULI PADANYA? Pria itu tak pantas untukmu, tidak bisakah sekali saja kau mengiyakan ucapanku?"

Nayeon ketakutan, ia melihat sisi buruk dari minhyun lagi.
"aku peduli dengan siapa, itu kan bukan urusanmu. Bahkan jika aku menyukai seseorang, kau tak berhak melarangku"

Minhyun semakin geram, ia menarik nayeon dengan paksa menuju mobilnya namun nayeon terus memberontak. Ia menggigit lengan minhyun dan benar saja, ia berhasil melepaskan diri dan berusaha lari. Namun justru menabrak seseorang dan hampir saja terjatuh jika orang tersebut yang ternyata taehyung tidak cepat untuk menangkapnya.

Melihat tangan nayeon yang memerah, taehyung kini melontarkan tatapan tajamnya pada minhyun. Ia benar-benar terlihat marah, lalu muncul sayap putih dari punggung taehyung yang disertai api biru menyelimuti tubuhnya.

~~~

Mohon maaf ya Prince Horse baru update. Mumpung masih nuansa lebaran, Author mengucapkan minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir batin :)

HORSE PRINCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang