02 || Kehancuran

16 0 1
                                    

Warning !! Typo bertebaran
Happy reading !
°°°

Irene membaca semua data mengenai Laura. Mulai dari yang dasar hingga hal detail. Seringai muncul di wajah cantiknya. Ia sangat menanti akhir dari permainan ini.

"Adijaya Group, bahkan mereka baru saja melakukan kerja sama, sayang sekali harus hancur karena ulah satu orang," gumam Irene.

Irene meletekkan kembali salinan identitas Laura di atas meja. Matanya menatap ke arah jendela besar yang berada di belakang kursi kebesarannya.

Hari ini ia memilih untuk menghabiskan waktu di kantor. Mengurus beberapa berkas dan melakukan meeting. Tidak ketinggalan mengurus cabe yang menantangnya dua hari yang lalu.

Kali ini ia sudah menyusun rencana untuk menghancurkan Laura. Jangan salahkan Irene tentang hal ini karena Laura duluan yang memulainya. Tidak masalah jika orang akan mengatakannya kejam. Toh tidak akan ada yang berani.

Ia sedikit penasaran bagaimana Laura akan menghancurkannya. Apakah bisa ? Ia rasa tidak akan semudah itu karena dirinya lah yang akan menghancurkan Laura terlebih dahulu. Setidaknya itu yang ia pikirkan.

°°°

Irene kembali ke markas tepat setelah ia selesai dengan urusan kantornya. Mobil sportnya kini terparkir dengan rapi di halaman markas BC yang sangat luas.

Gadis itu keluar dari mobil dengan setelan pakaian yang biasa ia gunakan, sporty. Irene memang sebelumnya menyempatkan diri mengganti pakaiannya di kantor sebelum datang ke markas. Ada rasa tidak nyaman jika harus menggunakan setelan formal ke markas. Walaupun tidak ada yang protes.

Saat ia masuk ke dalam markas, tidak ada banyak anggota BC yang terlihat. Sepertinya banyak yang masih berada di sekolah masing-masing. Ia hanya melihat ada Gibran dan Arkan yang tengah main PS dengan hebohnya. Tidak, lebih tepatnya hanya Arkan yang heboh.

"Gila setengah jam muter-muter, taunya tombolnya disana," gerutu Arkan. Mereka bahkan tidak menyadari kehadiran Irene.

Gibran yang menyadari lebih dulu pun terbelak kaget. Ia menyentuh pundak Arkan agar ia menoleh.

"Apa sih Ran, lo gang-.." ucapan Arkan seketika terpotong ketika ia menoleh dan mendapati ketua mereka yang berdiri dengan tatapan dingin dan kedua tangan yang dilipat di depan dada.

"Ma-maaf Rene.. Gu-gue nggak sadar," ucapnya tergagap karena takut.

"Gimana dengan angkasa ?" tanya Irene.

"Aldi sedang mengurusnya," jawab Gibran.

Irene tidak merespon apapun. Ia pergi menuju dapur untuk mengambil beberapa cemilan. Kemudian membawanya kembali ke tempat Arkan dan Gibran yang melanjutkan permainan mereka yang tertunda.

Jika kebanyakan laki-laki akan memainkan permainan petarungan atau balapan. Kedua laki-laki itu justru bermain game Lego. Ada beberapa game Lego yang sengaja mereka isi (dengan izin Irene tentunya). Ya setidaknya masih cukup normal.

Tak berapa lama kemudian pintu markas kembali terbuka. Menampilkan sosok Aldi dan beberapa anggota BC. Wajah mereka seperti menunjukkan sebuah kemenangan dan Irene senang melihatnya.

"Mata di balas dengan mata," ucap Aldi ketika berada di depan Irene. Laki-laki itu menyodorkan hpnya yang menampilkan foto dimana ada tiga orang geng Angkasa telah babak belur karena di keroyok secara tiba-tiba oleh BC. Irene yang melihat itu tersenyum puas. Sesuai dengan kata-katanya, mata dibalas dengan mata.

Masalah dengan geng Angkasa untuk kali ini selesai. Tidak tahu apakah geng itu akan kembali mencari masalah dengan BC atau tidak. Menurut Irene sendiri, mereka tidak akan menyerah semudah itu mengingat seberapa dalam dendam Angkasa terhadap BC. Mereka tidak akan berhenti sampai BC hancur tanpa bisa bangkit lagi.

Bloody gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang