"Aku pulang" Gulf menutup pintu rumahnya, lalu melepaskan sepatunya yang terobek di bagian samping dan meletakkan sepatu itu di rak. Lampu ruang tengah menyala, itu berarti Ayah Gulf sudah pulang. Gulf berjalan perlahan sambil memikirkan alasan apa yang akan dia katakan kepada Ayahnya mengenai luka ini, tapi kemudian Gulf melihat Denis sedang duduk di ruang televisi.
"Oh, kau sudah pulang Gulf?" Denis menoleh ke arah Gulf dan tersenyum. Gulf tidak pernah tahu bagaimana Denis melihatnya, pria kecil itu juga tidak pernah berpikir akan memiliki Ayah kedua yang seusia dengannya, namun Denis bukan pria kurang ajar yang akan menyakiti dirinya seperti teman - temannya dulu, "kau sudah makan? Ayahmu sedang memasak di dapur, kita bisa makan bersama kalau kau belum makan"
Denis adalah pria yang baik.
"Belum, aku akan ke tempat Ayah" Gulf bergegas menyusul Ayahnya di dapur agar Denis tidak bisa melihat lukanya.
"Tunggu, wajahmu kenapa?" tapi Gulf lupa, Denis adalah seorang polisi. Tentu saja pria itu punya penglihatan yang tajam.
"Tidak kenapa - kenapa" Gulf mencoba melarikan diri.
"Gulf" dan terlambat karena Denis sudah memegang lengannya, "aku tahu kau tidak akan berkelahi dengan siapapun" lalu Denis melepaskan lengan Gulf dan mencoba melihat wajah Gulf lebih dekat, "kau kecelakaan?!" tiba - tiba Denis berteriak dengan kedua bola matanya yang membulat.
"A-aku hanya tersenggol dengan sebuah mobil. Denis, jangan berteriak nanti Ayah akan panik" Denis menutup mulutnya begitu mendengar perkataan Gulf dan untung saja Ayah Gulf tidak berlari dari dapur ke ruang televisi.
"Apa dia bertanggung jawab?" Gulf merasa bahwa Denis menarik lengannya untuk duduk, jadi pria kecil itu duduk berhadapan dengan Denis. Terkadang, Gulf merasa bersyukur karena Denis seusia dengannya, jadi Gulf bisa menganggap Denis sebagai teman dan saudara. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Denis adalah Ayah keduanya.
"Tidak, mobil itu kabur. Aku hanya bisa merintih kesakitan dan menangis" Denis mengusap pipi Gulf dengan sayang, "tapi ada seseorang yang menolongku setelahnya Denis. Pria itu membawaku ke rumah sakit dan membelikanku es krim 3 rasa" raut wajah Denis berubah menjadi serius dengan kedua alisnya yang mengerut.
"Apa dia orang baik? Aku takut dia hanya main - main. Kau terlalu polos untuk hidup di dunia yang kejam ini, Gulf" kali ini Gulf mengerutkan bibirnya, dia bahkan sudah dewasa kenapa semua orang menganggapnya lemah.
"Denis, aku benci mendengarnya" Gulf kemudian buang muka dan Denis langsung meminta maaf, "pria itu adalah pelanggan setia yang sering datang bersama seorang anak perempuan ke toko tempatku bekerja" Gulf melirik ke arah televisi yang masih menyala untuk melihat apa yang sedang ditonton oleh seorang polisi seperti Denis.
Itu adalah series percintaan.
Tapi Denis malah menarik kedua bahu Gulf agar kembali menghadap kepadanya, "Dia sudah punya anak? Kau jatuh cinta dengan seorang pria beristri?" kemudian pria itu mengusap kedua keningnya dengan wajah frustasi.
"Denis, aku hanya ditolong. Bukan sampai jatuh cinta" Gulf mencoba menjelaskan, tapi Ayah Gulf kemudian datang dari dapur sambil membawa nampan berisi makanan.
"Ada apa Denis?" Ayah Gulf meletakkan nampannya di atas meja, " Oh, kau sudah pulang Gulf?" dan melihat Gulf sedang duduk bersama Denis, "wajahmu kenapa nak?"
Gulf ingin menjelaskan apa yang terjadi kepada Ayahnya, tapi Denis malah lebih dulu berteriak dengan wajah frustasinya, "Khun, Gulf terluka dan ditolong dengan seorang pria yang sudah beristri dan punya anak. Sialannya, Gulf malah jatuh cinta sama pria itu. Kau harus memberitahu Gulf kalau menjadi perusak hubungan orang lain itu tidak baik" Gulf menepuk keningnya perlahan dan menyesal karena mempunyai Denis yang bodoh ini sebagai Ayah keduanya.
"Jadi apa? apa?" Denis berusaha untuk membuat Gulf sadar.
"Ayah, bukan begitu. Denis hanya salah paham, pria itu pelangganku di tempat kerja dan aku tidak tahu dia sudah menikah atau belum tapi yang pasti anak perempuan itu adalah adiknya" Gulf melihat Ayahnya dengan wajah memelas, berharap Ayahnya akan mengerti dan tidak salah paham seperti Denis.
"Kau bicara jujurkan?" Denis masih terus mencoba.
"Aku jujur!" dan Gulf akhirnya membuat gestur seperti seseorang yang sedang bersumpah dengan mengangkat tangan kanannya dan meletakkan tangan itu ke dada.
Ayah Gulf kemudian meraih tangan Denis dan meyakinkan pria itu bahwa dia hanya salah paham, "aku hampir jantungan saat ku pikir Gulf menyukai suami orang" dan Denis kemudian membuat ekspresi seperti akan menangis.
Astaga, kenapa bodoh sekali.
"Kenapa polos sekali?" Ayah Gulf menepuk bahu Denis dengan sayang dan meminta pria itu untuk segera makan, "Gulf, Ayah tidak tahu kau sudah pulang jadi ambil sendiri piring makanmu ya"
"Ya, aku lebih baik ke dapur karena Denis semakin bodoh" lalu Gulf bangkit dari duduknya dan berjalan ke dapur.
"Yak! Aku Ayahmu Gulf!!"
.
.
"Kakak darimana saja?" Pui menghampiri kakaknya yang sedang menutup pintu rumah dan mendapatkan sekantong penuh squishy, "kakak dari toko squishy itu ya?" Pui kemudian sibuk melihat semua squishy itu dan terkejut karena raut wajah squishy itu semuanya sama, "kak, kenapa wajahnya tersenyum semua?"
Mew memutar bola matanya malas dan melewati adiknya begitu saja setelah mengusap kepala adiknya. Pria tinggi itu kemudian duduk di sofa dan terbayang dengan Gulf yang terluka tadi, "Pui, menurutmu kalau orang terluka di kepala dan pipi berarti dia kenapa?"
"enam, tujuh, delapan, hem.. setahuku seseorang akan terluka di kening kalau dia menabrak sesuatu" Pui melanjutkan hitungannya pada squishy yang dia pegang.
"Kalau di pipi?" Mew mencoba mengambil satu squishy dan ikut membantu adiknya menghitung.
"Biasanya luka di pipi bisa didapat kalau objeknya itu setara dengan wajah kita, enam belas" lalu Pui berhenti dihitungan ke dua puluh dan dengan cepat mengikat kantong squishy yang sudah penuh tadi agar bisa dia bawa ke kamarnya, "siapa yang terluka kak?"
"Pria meja kasir"
Ha?
Pui hampir saja menjatuhkan kantong yang dia bawa ke lantai, "kakak memukul pria itu sampai dia terluka di kening dan pipi?" dan mendekatkan dirinya agar bisa duduk di samping Mew.
"Kakak yang menolongnya, membawanya ke rumah sakit dan membelikannya es krim 3 rasa" Mew menoleh ke arah adiknya dan melihat Pui merengutkan bibir, "kau kenapa?"
"aku bahkan hanya dibelikan es krim 1 rasa ketika aku sakit" dan melihat Mew dengan tatapan tajam, "tidak adil!"
Mew kemudian mengusap rambut adiknya, tapi Pui malah menepis tangan Mew dan bergeser agar duduknya menjauh dari kakaknya, "kau sudah mendapatkan sekantong squishy, harganya bahkan lebih dari es krim 3 rasa"
Tetap saja tidak adil.
"Kakak tadi mendengar pria itu merintih dan langsung merinding" Mew tidak peduli dengan keluhan adiknya, jadi pria tinggi itu meneruskan ceritanya..
Pak!
Mew kemudian mendapatkan satu pukulan hebat dari Pui, "apa?" tapi pria tinggi itu malah bertanya dengan tampang polos.
"Aku tahu pikiran kakak kemana, jangan macam - macam. Aku akan bilang ke pria itu kalau kakak sedang berpikir kotor!" Pui bangun dari posisi duduknya setelah melihat Mew dengan tatapan tajam, "dasar mesum!" dan anak remaja itu kemudian berjalan ke arah kamar dengan kaki yang terhentak - hentak.
Bagaimana Pui bisa tahu apa yang Mew pikirkan?
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SQUISHY - MEWGULF ✔
Short Story[END] Untuk pertama kalinya, Mew terpesona sama squishy hidup yang dia temui di toko squishy.