Me After You - END

5.4K 514 27
                                    


.

Setelah beberapa bulan ini aku menjadi begitu serius dengan Gulf, aku seperti menemukan diriku dalam bentuk kepribadian yang baru. Mengingat pertemuan pertama kami yang sangat aneh di toko tempat dia bekerja, bahkan Gulf berpikir aku seorang pria mesum yang ingin mendekatinya.

Aku mulai merasakan perubahan kecil mulai terjadi di dalam diriku. Sifat kekanakan dan tak berpendirianku dulu seketika menguap entah ke mana karena Gulf yang terlalu dewasa ketika menghadapiku. Terkadang aku juga lupa kalau Gulf lebih muda dariku, tapi selama ini yang aku rasakan adalah Gulf yang selalu mencari jalan tengah ketika kami sedang dalam pertengkaran kecil. Aku akan mengecup matanya dan memeluknya sangat erat hingga Gulf tidak bisa marah lagi kepadaku.

"Mew!" aku melambaikan tanganku dan melihat Gulf sedang berlari ke arahku. Terkadang, aku sering berpikir apakah Gulf bahagia setelah bertemu denganku. Aku yang begitu egois ini, ingin sekali memperlakukannya dengan baik. Memberikan semua hal yang dia suka dan inginkan, lalu menghabiskan hari – hari yang tersisa bersama dengan penuh cinta.

Gulf memelukku erat begitu dia berhenti di depanku, "kau sudah menunggu lama?" aku menggelengkan kepalaku, "ah syukurlah" dan melihatnya menatapku dengan senyuman yang manis.

"bagaimana harimu?" aku mengajaknya masuk ke dalam mobil karena cuaca semakin panas, Gulf duduk dengan manis setelah meletakkan tas ransel miliknya di kursi belakang mobil dan memasang sabuk pengaman.

"pekerjaanku sangat banyak tapi aku senang P' No membantuku" Gulf melihatku yang sedang sibuk memasang sabuk pengaman dan menarik dasiku keluar agar tidak terikat dengan sabuk, itu adalah kebiasaan Gulf yang takut aku akan merasa tidak nyaman jika membawa mobil sambil mengenakan baju kerja, "bagaimana denganmu? Apa Seniormu masih mengganggu?"

Aku menggelengkan kepalaku, "hari ini sangat bagus, presentasiku berjalan lancar dan proyekku diterima" lalu aku tersenyum dan ingin terus tersenyum, jadi aku mengendarai mobil dengan senyuman yang tidak hilang dari wajahku. Aku dengar Gulf memberikan selamat dan aku mencium tangannya lembut.

Saat ini, kami sedang dalam perjalanan untuk menjemput Pui di sekolah. Semenjak Gulf dan aku semakin serius, Pui selalu saja minta di jemput jika aku juga sedang menjemput Gulf. Katanya karena dia ingin lebih dekat dengan Gulf agar mereka tidak merasa canggung satu sama lain. Padahal kenyataannya yang aku lihat, anak itu semakin menyukai Gulf setiap harinya.

Sama seperti aku.

Semakin aku melihat Gulf, aku semakin merasa takut.

Aku ingin bersama Gulf selamanya.

Kami berhenti di sekolah Pui tepat ketika pintu gerbang sekolah dibuka oleh satpam. Dari kejauhan, Pui sudah berlari ke arah mobil kami bahkan sebelum Gulf keluar dari mobil, "hai sayang" Gulf menyapa Pui setelah dia keluar dari mobil dan memberikan anak itu sebotol air minum.

Aku terkejut, Gulf ternyata sudah tahu kebiasaanku ketika menjemput Pui.

"terima kasih, kak Gulf" Pui mengambil botol itu dan tersenyum lalu melihat ke arahku, "lihat? Kak Gulf sudah tahu kebiasaan kakak" dan aku akui itu sangat membahagiakan.

Gulf kemudian melihat ke arahku dan aku balas dengan tersenyum. Pui langsung berlari masuk untuk duduk kursi belakang mobil, sedangkan Gulf menyempatkan dirinya untuk berbisik kepadaku ketika dia masuk ke dalam mobil juga.

"aku mencintaimu"

Setiap pagi, aku selalu bangun sambil memikirkan Gulf. Bagaimana rasanya tidur satu kasur dengannya, berbagi selimut dengannya, melihatnya sebelum tidur dan mencium keningnya. Kemudian aku akan terbangun dengan Gulf yang menyusup masuk ke pelukanku dan kami saling berpelukan hingga jam kerja kami tiba dan kami akan berebutan kamar mandi untuk segera bersiap diri.

"lihat, aku mendapatkan nilai A di kelas melukis" Pui memamerkan buku nilai miliknya dengan bangga dan Gulf memberikan tepuk tangan, "apa kak Gulf akan memberikan aku hadiah?"

Aku juga sering berpikir bagaimana kalau setelah menikah, kami mengadopsi seorang anak untuk menjadi adik Pui.

"tentu saja. Pui mau apa?" Gulf pasti akan menjadi seorang Ayah yang pengertian seperti Ayahnya dan aku akan menjadi seorang Ayah seperti Denis. Protektif dan galak dengan semua orang yang mendekati anak kami.

"aku ingin makan di luar bersama kak Denis dan Paman" aku tanpa sadar tersedak, Gulf yang berada di sampingku kemudian menawarkan botol minum yang sudah dibuka tutupnya, "kakak masih saja ketakutan dengan kak Denis" lalu aku dengar Gulf tertawa, dia bahkan mengusap bahuku dengan lembut.

"apa tidak apa – apa?" dan mencoba meminta izin kepadaku padahal yang akan kami kunjungi adalah kedua orang tuanya.

"tentu saja, apapun untukmu" aku melirik kearah pria manisku dan ternyata Gulf tersipu lalu aku meraih tangannya agar bisa aku genggam.

Setelah tahun – tahun terus berjalan,

Musim – musim terus berganti,

Akhirnya aku menemukan cinta yang sempurna.

Meskipun kami bertemu karena alasan itu,

Tapi mencintai Gulf adalah takdir.

Meskipun aku tidak tahu bagaimana perasaan Gulf yang sebenarnya,

Tapi aku selalu berharap dia bahagia bersamaku.

Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari cerita hidupku, Gulf.

.

TAMAT

MY SQUISHY - MEWGULF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang