Goals

48 3 0
                                    

Dari pagi sampai sekarang, tidak ada habis-habisnya Senja memikirkan Biru. Keputusan terakhirnya setelah pertengkaran hebat antara hati dan egonya adalah dia akan mengunjungi rumah Biru tepat setelah pulang sekolah, lagi pula hari ini jadwalnya kosong, tidak ada les tambahan, tidak ada jadwal belajar lainnya. Hati seseorang memang akan selalu menang untuk melawan egonya.
-------
Setelah keliling komplek perumahan Arunika selama 1.5 jam, akhirnya Senja menemukan rumah dengan cat hijau tosca dipadukan dengan warna biru teal yang dibatasi oleh pagar kayu putih dan rerumputan hijau di halaman depan rumah, sangat damai dan menenangkan. Tepat seperti penjelasan Eza, teman sekelas mereka yang pernah belajar kelompok di rumah Biru. Ya, Eza hanya memberitahu alamat komplek tanpa nomor dan blok, keterlaluan.

Senja menghela napas sebentar, membungkukkan badannya, lelah.

Lalu tak lama, dia menegakkan badan, mengembalikan semangatnya, dan mencoba untuk memanggil si penghuni rumah itu, seseorang yang perlahan mulai mengetuk hatinya yang dingin dan hampir membeku.

Tak lama, seorang wanita paruh baya dengan pakaian seadanya membuka pintu rumah dan menyambut kedatangan Senja dengan hangat.

"hmm cari siapa non? " Ujar wanita tersebut setelah membuka pintu pagar.

" Birunya ada bu? " Balas Senja ramah

" Ada non, silahkan masuk" wanita itu memberi jalan kepada Senja untuk masuk ke dalam rumah Biru.

"Tunggu sebentar ya non" Senja mengangguk dan tersenyum sopan, wanita peruh baya itu membalikkan tubuhnya meninggalkan Senja, dan perlahan menghilang dimakan gorden pembatas ruang tamu.

Senja menghempaskan tubuhnya di sofa coklat karamel dan meletakkan rantang kecil bawaannya, tubuhnya serasa ingin remuk, baru kali ini dia merasa sangat peduli dengan seseorang. Sampai harus mengorbankan waktu dan tenaganya hanya untuk seseorang, Heeeh benar-benar hal yang bodoh, tapi, apa boleh buat, dirinya sudah berada disini, tidak mungkin pulang begitu saja setelah perjalanan panjang.

Suara Detakan jam dinding terus terdengar di ruangan bernuansa biru ini.  Rasa bosan mulai menghantui Senja, sudah 15 menit dia duduk di sofa coklat ini, dan sudah berapa kali juga dia menatap rantang kecil bawaannya, khawatir penghuni di dalamnya sudah dingin dan tidak enak lagi dimakan. Benar-benar membuang waktu.
Tak lama, pandangannya tertuju pada salah satu meja yang berisi sekumpulan foto, disana terlihat berbagai prestasi yang sudah dicapai oleh Biru. Ada foto anak kecil yang sedang bermain drum, sepertinya itu Biru, terlihat lucu, ada juga foto Biru saat memenangkan olimpiade matematika, dan masih banyak lagi rasa bahagia abadi yang terpancar dari foto-foto itu, begitulah cara foto bekerja, menangkap momen bahagia tanpa tahu perjuangan dan rasa sakit sebelumnya. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Senja, sebuah robot yang belum sempurna dirakit tertutupi oleh tumpukan foto-foto di depannya. Karena rasa penasaran yang tinngi, Senja mendekat ke arah meja tersebut, namun

"Ngapain lo kesini? " terdengar suara orang yang sudah 2 hari ini tidak terdengar di telinga Senja

Sontak Senja menggagalkan aksinya dan kembali duduk seperti tidak terjadi apa-apa. Biru duduk di sofa berbeda yang berada di sebelah kanan Senja, seperti biasa Biru terlihat sangat santai, menggunakan baju lengan pendek berwarna hitam dan celana selutut berwarna army. Namun, ada yang berbeda dari wajah Biru yang sontak membuat mata Senja melotot kaget

"Muka lo kenapa? " Tanya Senja mengarahkan tangannya ke sudut bibir Biru yang terlihat berwarna biru, lebam lebih tepatnya.

SENJA DAN BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang