Setelah siang itu, status mereka yang tadinya musuh berubah menjadi "pacar" dalam sekejap. Kata-kata memang bisa merubah segalanya, walaupun hanya ucapan sederhana.
------
Terlihat tumpukan buku kalkulus di meja belajar seorang pria, siapa lagi kalo bukan Biru. Tapi bukunya tidak disentuh sama sekali, Biru hanya senyam senyum tidak jelas dari tadi, hmm author tau Biru sedang membayangkan kejadian tadi siang, waktu Senja meletakkan kepalanya di atas pundak Biru. Kok author tau? iyalah Biru senyum senyum sambil memegang pundaknya. Kemudian Biru mengambil ponsel dan membuka sosmednya. Tertulis 'Biru berpacaran dengan....' Biru mengisi '.....' itu dengan kata 'Senja'."Pacaran cuma status aja, jangan baper" kata-kata Senja terngiang di kepala Biru, lalu Biru tersadar dari lamunannya dan mulai mencoba untuk membuka buku kalkulusnya.
-------
Keesokan harinya, Senja sedang berada di laboratorium fisika, tempat favoritnya, sudah lama dia tidak kesini bisa dibilang sejak Ivan sering tiba-tiba muncul dihadapannya.'Tak' suara hentakan meja terdengar di sudut ruangan
Sontak Senja menoleh ke arah sumber suara. Mona, Intan, dan Aria. Ketiga orang ini masuk dan segera menghampiri Senja.Mona menunjukkan layar ponselnya di hadapan wajah Senja.
"Apa ni?! " Ujar Mona bak seorang polisi yang sedang mengintrogasi tersangka utamanya.
Senja melihat sekejap dan langsung membuang pandangannya.
" Bukan gue yang buat" Ujar Senja acuh
"Yaiyalah, lo kan cupu, nggak punya sosmed" Balas Mona
Tidak terdengar suara pembalasan dari Senja, dia hanya diam.
"Kok lo bisa dengan mudah dapetin Biru si, sedangkan gue yang udah ngejer dia setengah tahun belom juga dapet "ujar Mona protes
"Ya mana gue tau, tanya aja sama Biru" balas Senja jujur
Mona geram, otaknya masih tidak terima apalagi hatinya.
"Atau lo cuma pura-pura jadian? " Ujar Mona curiga
Senja hanya bungkam, diam tanpa suara.
"Kalo lo emang beneran jadian sama Biru, tanggal berapa kalian jadiannya?" Tantang Mona
Senja tersentak tanpa suara.
"lo juga pasti tau kan apa makanan kesukaan Biru? " Tambahnya lagi
Kedua teman Mona mengangguk setuju, dan mulai ikut mengintrogasi Senja.
" Iya, Berapa ukuran sepatu Biru? "
"Tanggal berapa Biru lahir"
"Dan... " Intan menggantungkan ucapannya
" Siapa dokter yang ngebantu waktu lahirannya Biru? " ujar Intan dan Aria berbarengan
Mendengar pertanyaan yang bertubi tubi, Senja ingin sekali berteriak, tidak ada satu pertanyaan pun yang bisa dia jawab. Lebih susah dari matematika, pikirnya.
Demi menyudahi pertanyaan tidak jelas itu, Senja menyerah dan memilih meninggalkan ruangan yang dianggapnya aman dan tentram sebelum 3 nenek sihir ini datang kesini.
"Apaan si, berisik banget" ucap Senja kesal sambil berjalan menuju pintu laboratorium.
-----
Seperti biasa, Biru sedang duduk di bangku taman belakang, tempat favoritnya. Sudah lama dia tidak main kesini, karena harus bersembunyi dari kejaran Mona. Melihat Biru yang sedang duduk menggunakan headphonenya, Senja segera berlari menuju Biru
Biru yang menyadari kedatangan Senja menoleh dan melepaskan headphonenya."Lo ngapain si pasang- pasang status di sosmed kayak gitu, norak tau" protes Senja
"Ya biarin, biar semua orang disekolah ini tau" Ujar Biru santai

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN BIRU
Short Story[ Hiatus, akan di revisi besar besaran] Gimana kalo kita perbarui cerita Senja dan Biru?