".... Gue nggak mau merusak plan yang udah gue buat susah payah"
Biru tersenyum hangat mendengar setiap kata yang diucapkan oleh Senja, gadis ini tidak main-main soal mimpinya. Senja menatap Biru sekejap lalu menundukkan pandangannya nanar ke arah lantai. Tiba-tiba sebuah tangan memegang kedua pundaknya hangat
"Walaupun hari ini lo gagal, lo nggak boleh sedih terus terusan" Ujar Biru mengarahkan tubuh mungil Senja untuk duduk di kursi ber-roda yang terletak di sebelah Senja.
Senja hanya menuruti dengan dahi yang mengkerut."Siap? " tanya Biru mengambil posisi di belakang Senja dengan memegang senderan kursi dan mengambil ancang-ancang untuk lari. Senja panik, tapi mulutnya masih kelu untuk protes.
Tanpa aba-aba kursi itu di dorong oleh Biru melewati koridor yang sedang ramai dihuni oleh siswa siswi, termasuk Mona dan Ivan. Banyak pasang mata yang tertuju pada Biru dan Senja, namun tak perlu dihiraukan sama seperti sebelumnya. Senja yang awalnya takut, perlahan tertawa di atas kursi yang melaju dengan supir pribadinya, Biru. Rasa sedih dan kecewanya perlahan hilang sekejap, seakan Biru membawa kesedihannya dan membuangnya jauh-jauh, Biru menompangnya.
.....
Pukul 21.09Riing riing...
"Halo, Biru" Ucap orang di sebrang sana
"Halo Senja, kenapa? " jawab Biru
"hmm Makasih banyak ya buat hari ini " Ujar Senja
" Sama-sam, lo jangan sedih lagi ya" saut Biru dengan senyuman hangatnya dibalik telepon.
"hmm" Tanpa Biru tau, Senja perlahan tersenyum malu dan pipinya memanas mengeluarkan semburat merah padam.
Tuuut tuuuut...
-------
Walaupun hari kemarin tampak baik-baik saja bagi keduanya, tapi apa serunya jika tidak ada yang diributkan bukan?'Panggilan kepada Biru dan Senja, harap ke ruang kepala sekolah sekarang' suara lantang terdengar di setiap sudut sekolah. Biru dan Senja bergegas memenuhi panggilan tersebut.
"Permisi, Pak" Ujar Senja di daun pintu
"Masuk.. Masuk" Ujar kepala sekolah ramah.
Senja masuk dan diikuti oleh Biru, mereka duduk di kursi depan meja kepala sekolah. Kepala sekolah tersenyum melihat keduanya dan berkata
"Begini, Bapak pengen kalian bersaing lagi" Ujar Kepala Sekolah terang-terangan
Senja tersenyum dan menatap Biru dengan semangat. Namun, Biru menatap dengan keraguan.
"Bapak ingin kalian bersaing membuat robot, yang terbaik yang akan diikutkan dalam lomba" sambung Kepala sekolah.
Senja keluar bersamaan dengan Biru. Senyuman dan semangat Senja tak pernah lepas sejak kata 'Bersaing' diucapkan oleh Kepala Sekolah. Biru segera berjalan gontai meninggalkan Senja sendirian di depan ruang Kepala Sekolah. Dia tau apa yang akan terjadi jika sudah seperti ini.
------
Keesokan harinya, Biru sedang berada di laboratorium fisika, dia tengah mengerjakan sesuatu yang sangat berharga sepertinya. Tak lama, Senja muncul dari balik pintu laboratorium. Dengan cepat Biru menutup kerjaannya dengan kain hitam dan mulai pura-pura sibuk mengerjakan yang lain.Senja melempar beberapa lembar kertas di hadapan Biru.
"Apa - apaan ni" Ucap Senja sedikit membentak, Biru diam, tidak menjawab dan memasang wajah acuh.
"Kenapa nilai lo bisa turun gini si"Ujar Senja dengan suara yang sedikit melemah, perlahan Biru melihat ke wajah Senja dingin
"Ya, kenapa lo peduli? " Tanya Biru kepada Senja
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN BIRU
Short Story[ Hiatus, akan di revisi besar besaran] Gimana kalo kita perbarui cerita Senja dan Biru?