Duta Literasi

21 3 28
                                    

"Bulan!! Oii! Banguuunnn!!!!" teriak Aurora menggoyang-goyangkan tubuh Bulan yang masih berbaring.

"Kenapa si? Ga bisa liat orang seneng bentar? Gua nyaman!!" pelas Bulan menarik selimut lebih untuk menutupi tubuhnya.

"Apa perlu gua siram?"

Bulan diam.

"Pake pupuk bekas eek sapi?"

"Enggak!" Bulan langsung terduduk di ranjangnya. Matanya sayu seperti orang tidur segan bangun tak mau, sesekali Bulan membuka lebar matanya, namun kembali menutup.

"Heh, lu tuh harus ke sekolah! Buruan mandi!" teriak Aurora.

"Ya iya, bawel amat si," kesal Bulan ngesot dan turun dari ranjang.

°°°°°

"Sebelum berangkat ke sekolah, lu tuh harus makan," ajak Aurora menuruni tangga.

"Ya bedanya sama di bumi apa? Di sana gua juga makan?"

"Ya bedanya, di sini sekolah lu lebih ekstrim, sampe sore," balas Aurora membenarkan dasi seragamnya.

"By the way anyway, dasi lu hitam, berarti..?"

"Iya, gua di jurusan novel, kelas horor" jawab Aurora.

"Widih, pasti seru tuh!?" Bulan merasa euforia menguasai dirinya.

"Seru apanya? Tiap hari ketemu makhluk halus, dah kayak paranormal aja," jawab Aurora duduk di kursi di meja makan.

"Ya kan gua ga tau," Bulan ikut duduk.

"Eh, ini apaan? Kok gua dikasih makan ini?" protes Bulan memandang sayur yang ada di depannya.

"Masih syukur tu, vitaminnya banyak, daripada gua kasih makan kertas daur ulang mau? Enggak kan? Lagian gua juga belum ke pasar buat beli bahan masakan," jelas Aurora mulai menyantap makanan yang ada di meja.

"Iya, makasi, mana tau gua bisa jadi kayak Popeye," jawab Bulan. Entah mengapa dirinya langsung merasa bisa dekat dengan Aurora.

"Oh, ya Ra, lo juga harus sekolah ya? Padahal tugas lo udah berat buat pantau readers?"

"Ya mau gimana lagi, pantau readers itu tanggung jawab gua, kalau sekolah itu hak gua di sini, kalau cuma mantau readers doang ga asik lah kehidupan," jawab Aurora.

"Gitu ya."

Suara bel rumah pun berbunyi,

"Tuh, lu udah dijemput," kata Aurora.

"Dijemput?"

" Ya, kan si Lintang tugasnya jemput Lo," jawab Aurora.

"Haduh, gua berasa jadi Putri dongeng," kata Bulan membenarkan seragamnya.

"Lo nanti berangkatnya gimana?" tanya Bulan berdiri dari kursi meraih tasnya.

"Gua mah mudah kalo masalah itu, sekarang lu berangkat, kasian tuh Lintang udah nungguin."

"Oke boss!" Bulan bersemangat memberi sebuah gerakan hormat pada Aurora. Aurora hanya tertawa kecil, dan suara tawanya cukup menyeramkan jika orang tak melihat sosoknya.

Bulan pun berjalan menuju pintu utama dan membukanya.

Tampak sosok Lintang dihadapannya, dengan seragam yang nyaris sama dengannya, yang membedakannya hanyalah rok dan ukuran seragamnya.

"Udah siap?" tanya Lintang.

Bulan mengangguk. "Siap!" teriaknya bersemangat.

"Ya udah, yuk," Lintang tiba-tiba menggandeng tangan Bulan menuju kudanya.

Wattpad AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang