Kantor Urusan Penerbitan

26 5 7
                                    

"Nah ini dia!" Lintang merentangkan kedua tangannya seperti mempersembahkan sesuatu.

"Apa?" tanya Bulan.

"Kuburan baru! Ya Kantor Urusan Penerbitan, lah! Tuh baca!" Lintang menunjuk ke arah sebuah bangunan yang mirip gapura, tertulis 'KUP'

"He He he."

"Yuk," ajak Lintang memegang tangan Bulan dan menariknya.

"Ke mana?"

"Ke KUA," jawab Lintang terus menarik tangan Bulan masuk ke dalam Kantor Urusan Penerbitan.

Bulan hanya menyipitkan matanya.

"Pagi, Pak Adi," sapa Lintang pada seorang pria yang berbadan kurus dan rambutnya sudah tampak uban, Pak Adi adalah pemimpin di Kantor Urusan Penerbitan.

"Ini sudah sore, dasar pikun," godanya pada Lintang.

"He he he, Pak, kalau boleh Lintang ngajak Bulan buat keliling kantor gapapa, Pak? Bulan ini anak baru soalnya."

"Santai saja, biar dia kenal dunia penerbitan juga," jawab Pak Adi.

"Makasih pak," ucap Lintang, Bulan ikut tersenyum sambil berlalu.

"Berhenti," cegat sang Bapak.

"Kalian berdua itu cocok loh," katanya.

"Cocok pak?" tanya Lintang. "Masa Lintang yang gantengnya paripurna ini dicocokin sama nih ubur-ubur?"

"Heh, flu burung, lu ganteng dari mananya coba? Pake paripurna segala, kayak ikan pari iya," ketus bulan. "Atau Mimi Pari gitu," sambungnya.

"Sudah sudah, jangan berantem di sini, entar beneran suka loh," goda Pak Adi.

"Hah bapak ih, ya udah Pak, jalan dulu," pamit Lintang.

"Jagain tuh anak orang!" teriak Pak Adi tertawa ngakak. Ya beliau adalah pemimpin, namun sifat humorisnya tak akan lekang meski dia adalah orang yang cukup dipandang di Wattpad Academy.

°°°°°

"Nah, di sini, naskah akan melalui tahap seleksi," tunjuk Lintang di sebuah ruangan yang ukurannya cukup besar. "Naskah yang berada di sini datanya itu berasal dari penulis dan dari Aurora yang mengurus jumlah view cerita, di sini naskah yang sudah selesai atau status on going bisa diseleksi," jelas Lintang. Bulan mengangguk.

"Di depannya ini adalah ruangan para editor, naskah yang lolos akan masuk ke sini untuk diperbaiki kesalahannya," sambung Lintang.

Bulan sedikit menggaruk kepalanya, bukan karena bingung, tapi karena banyaknya tantangan yang akan dihadapinya.

"Yuk, kita ke lantai dua," ajak Lintang menuju sebuah lift.

"Yuk."

Saat di lantai dua, Lintang kembali menjelaskan ruangan yang ada di sana.
"Di sini ada ruangan percetakan dan ruang pembuangan, di ruang percetakan ini semua naskah dicetak dan jadi buku sehingga tokoh yang ada di dalamnya jadi alumni Wattpad Academy. Terus ruang pembuangan itu adalah tempat naskah Wattpad yang dihapus oleh penciptanya atau di unpublish." Jelas Lintang.

"Apa semua naskah diterima?" tanya Bulan.

"Tentu tidak, naskah yang tidak diterima harus direvisi oleh penulisnya agar bisa diterima lagi, jika terus-menerus ditolak bisa jadi dihapus dan akhirnya masuk ke ruang pembuangan," jelas Lintang.

"Begitu ya ..." Bulan menopang dagu.

"Oh ya, balik ke jurusan yuk, soalnya kita pembagian peran untuk persembahan teater," Lintang mengingatkan.

"Wah serius? Wadidaw asik! Ayokkkk," Bulan menjadi agresif dengan menarik tangan Lintang menuju lift, bahkan saat sampai di lantai dasar, Bulan langsung mengajak Lintang keluar, bahkan Lintang lupa berpamitan dengan Pak Adi.

°°°°°
"Selamat sore semuanya," sapa Bu Cinta, guru besar kelas Teenfict.

"Sore Bu," jawab mereka yang ada di kelas.

"Baiklah, langsung saja, hari ini kita akan membagikan peran untuk acara persembahan teater," ucapnya.

"Baik, Bu."

"Pada kesempatan kali ini, kita akan kembali mengangkat teater Cinderella," kata Bu Cinta sambil berdiri dari kursi di depan. "Silakan satu persatu maju ke depan untuk mengambil kertas yang ada di dalam botol," sambungnya.

Bulan yang duduk di barisan kedua hanya menunggu giliran ke depan untuk mengambil kertas di dalam botol.

Beberapa menit waktu berjalan hingga sampailah pada giliran Bulan. Bulan melempar senyum kepada Bu Cinta dan sejurus kemudian mengambil yang ada di dalam botol.

"Dapat apa?" tanya Lintang yang masih memegang kertas pilihannya.

"Belum buka," jawab Bulan.

"Mau buka bareng?" tawar Lintang.

"Boleh" jawab Bulan duduk di bangkunya.

"Oke deh, buka bareng ya? Satu ... Dua..." Lintang memberi aba-aba

"Tiga!" ucapnya bersemangat.

"Jadi apa?" Bulan melirik ke kertas Lintang hingga kepala Bulan tak sengaja tersandar di bahu Lintang.

"Ayahnya Cinderella," jawab Lintang.

Bulan mengangkat kepalanya dari bahu Lintang. "Gua jadi Cinderella!" ucap Bulan kegirangan.

"Wah iya kah?" Lintang merasa kagum. Bulan mengangguk.

"Hah? Apa lu bilang? Cinderella? Najis gua jadi pasangan lu," potong Bagaskara dari belakang.

"Jadi lu pangeran? Cih, lu mah dibandingin sama tikusnya Cinderella masih kalah lu," ejek Bulan.

"Ya siapa gitu yang ga mau disanding sama gua," ucapnya menyombongkan diri.

"GUA!" bentak Bulan.

"Bu," Bulan mengangkat tangan. "Peran ini bisa diganti enggak Bu?" tanya Bulan.

"Kenapa?" tanya Bu Cinta.

"Perihal lawan main Bu," jawab Bulan.

"Maaf, tidak bisa."

"Yah, Bu," Bulan agak kecewa.

"Udah, lu terima nasib aja ya," ejek Bagaskara dari belakang, Bulan hanya diam.

Lintang tersenyum sambil memegang pundak Bulan. "Jangan sedih, peran lu kan bagus."

"Ya tapi pangerannya jin tomang," balas Bulan.

"Sabar, pasti ada hikmahnya kok."

"Hah?" Bulan kaget.

"Gapapa, nanti habis pulang dari sini, ada yang mau gua omongin," jawab Lintang.

"Apa?"

"Ya nanti, bukan sekarang," jawab Lintang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wattpad AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang