Aku membuka mata perlahan, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke dalam mataku.
Ah ya, ini mobil Kakakku, Kim Doyoung.
Tetapi aku tidak dapat menemukannya di dalam mobil, di mana dia?
Ketika aku mengalihkan pandanganku ke samping, aku melihatnya tengah berbicara dengan seorang gadis cantik.
Itu Kak Sejeong, pacar Kak Doyoung.
"Dasar bucin." Dengusku sambil merebahkan tubuhku di kursi mobil.
Kak Doyoung masuk ke dalam mobil setelah mendapat panggilan dari seseorang.
Brak!
Kak Doyoung menutup pintu mobil dengan sekali hentakkan, membuatku menegakkan badan seketika.
"Pelan-pelan anjir, brutal banget." Maki ku kepadanya.
Ia diam saja, mengabaikan makianku barusan.
Kak Doyoung mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan kota Seoul malam itu yang nampak mulai senggang.
Ku lihat Kak Doyoung mengusap wajah frustasi. Apa ia baru saja putus dengan Kak Sejeong? Oh tentu saja tidak, bukan?
Ciiit!
"Anji--"
Maaf, aku hampir saja mengumpat karena dahiku membentrok dashboard sialannya.
"Kesurupan setan dimana sih lo, Kak?" Aku memakinya.
Kak Doyoung membelokkan mobil memasuki kawasan Rumah Sakit Sahmyook Medical Center.
"Ngapain lo ke sini? Harusnya kalo kesurupan tuh ke dukun, bukan ke rumah sakit. Salah server lo."
Apakah ia benar-benar kesurupan seperti yang terjadi pada Josh di Insidious?
Kak Doyoung turun dari mobil, aku mengikutinya. Penasaran apakah Kakakku ini benar-benar kerasukan mahluk halus seperti Josh.
Laki-laki itu berlari menyusuri koridor Rumah Sakit yang tampak lenggang.
"Kak, ngapain lari-lari sih?"
Sungguh, aku benar-benar kesal. Ia sama sekali tak menghiraukan pertanyaanku sejak tadi. Alhasil aku harus mengikutinya berlari juga.
Aku melihat seseorang sedang menangis di ujung koridor, itu Denise. Sobatku.
"Ae-cha kenapa?!" Kak Doyoung bicara dengan napas yang tersengal karena berlari.
"Ae-cha kecelakaan, Kak." Denise kembali menangis, menutup kedua wajahnya menggunakan telapak tangan.
"Kenapa bisa, sih?!" Kak Doyoung menjambak rambutnya frustasi. Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding, merosotkannya hingga ke bawah.
Sementara Denise hanya menggeleng.
"Denise, lo kenapa, sih? Lo nggak kerasukan juga, kan? Gue di sini, Nise. Gue nggak kecelakaan." Kataku, setelah mengambil duduk di samping Denise.
Denise tetap diam, tak menghiraukan pertanyaanku barusan.
Ayolah kenapa semuanya jadi mengabaikanku seperti ini?
✿ ✿ ✿
Kulangkahkan kaki berjalan menyusuri koridor, meninggalkan orang-orang yang semakin aneh ini.
Tujuanku adalah taman rumah sakit.
Karena malam sudah larut, tidak akan banyak orang yang berlalu lalang, bukan?
Aku duduk disalah satu kursi taman, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa aku berada di dalam mobil Kak Doyoung? Dan apa tadi kata Denise? Aku kecelakaan?
Argh lupakan, kepalaku terasa pening ketika memikirkannya.
"Lo pasti mikir kenapa orang-orang di sekitar lo nggak merespon lo, kan?"
Seorang laki-laki tanpa permisi mengambil duduk di sampingku.
Siapa dia?
"Gue mark."
Laki-laki itu mengulurkan tangannya, tetapi aku malah diam, tak menjabat maupun merespon perkataannya.
Seolah mengerti bahwa aku tak kunjung menjabat tangannya, Mark menarik tangannya kembali.
"Satu hal yang perlu lo tahu. Lo nggak lagi berada di dunia lo," kata Mark setelah aku diam tak merespon ucapannya.
Aku mengerutkan kening tak paham.
Mark menatapku, dan kata-katanya kemudian membuatku membeku seketika.
"You're now in the place between the live, and the dead."
-tbc-
YOU ARE READING
When I Was Lost | END ✔
Mystery / Thriller𝙏𝙝𝙚 𝙢𝙖𝙣, 𝙞𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙥𝙡𝙖𝙘𝙚 𝙗𝙚𝙩𝙬𝙚𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙡𝙞𝙫𝙚, 𝙖𝙣𝙙 𝙩𝙝𝙚 𝙙𝙚𝙖𝙙.