2. What Are They?

265 49 26
                                    

Mark mengajakku keluar dari pekarangan rumah sakit. Ia berjalan beriringan denganku ditengah dinginnya malam.

"Lo nggak boleh pergi kesembarang tempat selagi lo ada di dunia ini." Katanya, sambil terus menyusuri jalanan yang terasa cukup asing untukku.

Aku menghentikan langkah, yang menyebabkan Mark membalikkan badannya dan menghampiriku.

"Sebenernya gue kenapa?"

"Lo koma."

✿ ✿ ✿

Mark membawaku ke sebuah rumah yang---tidak ini bukan rumah, lebih seperti-- mansion.

Aku tidak tahu ada mansion sebesar ini di Seoul, atau memang letaknya yang lumayan jauh dari pusat kota sehingga membuat bangunan ini nyaris tak tampak?

Entahlah.

"Rumah lo?" Tanyaku sambari memandang sekeliling mansion.

"Not mine, this is ours."

Aku tidak sebodoh itu dalam pelajaran bahasa asing, sehingga aku cukup mengerti apa yang dikatakan Mark.

Aku mengganggukkan kepala mengerti.

"Masuk." Katanya lagi.

Aku memandang takjub seisi mansion yang tampak mewah itu.

"Mark, sudah kembali?" Suara berat dari ujung ruangan itu mengalihkan perhatianku.

Seorang pria tua berjalan menghampiri Mark dengan tongkat yang digunakan untuk menyanggah salah satu tangannya.

Ku lihat Mark membungkukkan badan kepada pria tua itu, aku refleks mengikuti apa yang dilakukan Mark.

"Annyeonghaseyo." Sapaku sambari membungkukkan badan kaku.

Pria tua itu tersenyum kearah ku.

"Kim Ae-cha, bukan?"

Aku menganggukkan kepala dan meringis kecil. Bahkan, pria tua itu tahu namaku.

"Istirahatlah sejenak, Mark akan mengantar ke ruanganmu."

Aku hanya tersenyum masam ke arah pria tua itu. Hingga ia berlalu dari hadapanku.

"Siapa?" Tanyaku kepada Mark setelah pria tua itu benar-benar hilang dari pandanganku.

"Tetua, Lee Soo-man nalgeun-nim."

✿ ✿ ✿

"Hyung! Kau sudah kembali?"

"Ah lihatlah siapa yang bersamamu itu? Kekasihmu, ya?"

"Hyung, dia sangat cantik, bukan?"

"Ayolah, kenalkan kepadaku siapa Noona cantik itu."

"Diamlah!" Mark berteriak ke arah laki-laki yang terus menghujamnya dengan berbagai pertanyaan itu.

Aku pikir, mungkin adiknya?

Jika benar begitu, maka demi Tuhan, adiknya ini berisik sekali.

"Noona, jangan dekat-dekat dengan Mark hyung, dia sangat---"

"Apa?! Pergilah jangan mengganggu orang. Dasar gila." Lagi-lagi Mark memaki laki-laki itu.

Kedua anak ini lucu sekali ketika sedang berdebat, apakah mereka selalu seperti ini setiap hari?

"Noona, jika Mark hyung membuatmu kesal, panggil aku saja. Lee Haechan." Katanya sambari mengulurkan tangan.

Oh jadi namanya Lee Haechan.

Aku tersenyum simpul, dan kemudian menjabat tangannya.

"Kim Ae-cha."

"Kau menunggu apa? Pergilah tidur, ini sudah larut. Jika Soo-man nalgeun-nim melihatmu masih terjaga, maka kau akan--"

"Yayaya. Bahkan aku sudah bosan mendengar kata-kata mu itu, hyung. Noona, aku pergi dulu. Selamat malam."

Setelahnya, laki-laki bermarga Lee itu meninggalkanku dan juga Mark.

"Dasar gila." Umpat Mark.

"Adek lo, Mark?" Aku mengalihkan pandangan menatap laki-laki yang tengah bediri di depanku itu.

"Haechan? Lain kali aja gue cerita, udah malem."

Aku menghela napas lelah, hari ini benar-benar sangat berbeda seperti hari-hari sebelumnya.

"Ini kamar lo."

"Makasih."

Mark menganggukkan kepala sebelum berbalik pergi. Tetapi, baru beberapa langkah, ia membalikkan badannya kembali.

"Gue bisa anter lo ke rumah sakit, tapi lo nggak boleh keluar mansion sendirian."

"Kenapa begitu?" Jawabku, mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kamar.

"Diluar sana banyak arwah jahat yang bisa nyelakain jiwa yang masih hidup, terutama jiwa lo."

Tunggu, terutama aku? Lantas Mark?

Apa? Apa maksudnya?

Apakah ini berarti jiwa Mark telah mati?

Lantas Lee Haechan? Lee Soo-man nalgeun-nim?

Mereka semua apa?

-tbc-

When I Was Lost | END ✔Where stories live. Discover now