7. The Soul

146 35 10
                                    

Kami kembali ke mansion tepat pukul 2 dini hari. Aku tak pernah pulang selarut ini sebelumnya, namun sekarang?

Ah lupakan, aku sangat lelah. Kaki-ku seperti tak bertulang karena Haechan meminta kami untuk pergi ke banyak tempat.

Lihatlah anak itu sekarang, tengah tertidur di punggung Mark, karena Mark sedang menggendongnya.

"Tidur, Cha. Jangan begadang." Kata Mark setelah aku membuka pagar mansion.

"Lo juga. Jangan kecapekan." Balasku.

Mark mengangguk, kemudian kami memasuki mansion.

Aku melihat Professor Oh yang sedang menonton televisi di ruang tengah sambari menggelengkan kepalanya ketika melihat aku, Mark, dan khususnya Haechan di punggungnya.

Aku meringis kecil, kemudian berpisah dengan Mark, karena pria itu harus membawa Haechan ke kamarnya terlebih dahulu.

Aku menghela napas lelah, kemudian masuk ke dalam kamar. Menarik kursi yang berada tepat di belakang jendela, mendudukinya, dan melihat rembulan yang tengah menyinari malam.

"Kapan gue bisa pulang?" Gumamku, menerawang jauh ke atas langit.

"Ayah, Bunda, Kak Doy. Kangen." Lanjutku.

Aku menghela napas, kemudian berniat untuk tidur. Tetapi niatku urung ketika mataku menangkap sosok yang berdiri di depan pagar mansion, orang itu nampak tak asing untukku.

Ah ya, orang berjaket hitam di kawasan Myeong-dong.

Seketika aku membelalakkan mata.

"Ia mengikutiku?"

✿ ✿ ✿

Siang ini, aku duduk sendirian di pinggir kolam renang mansion. Sekelebat bayangan akan malam itu tiba-tiba terlintas dibenakku, malam dimana Mark menciumku.

Argh, pria itu benar-benar.

"Ae-cha?"

Panggilan itu menyentakkan lamunanku, kulihat Professor Oh menghampiriku di pinggir kolam renang.

"Annyeonghaseyo, Gyosu-nim."

Professor Oh mendudukkan tubuhnya di sampingku. Memasukkan kedua kaki-nya ke dalam air.

"Sendirian? Biasanya kau terlihat bersama kekasihmu."

Apa? Kekasih?

Seingatku, kekasihku hanya Kim Jungwoo.

Ah tidak, aku tidak tahu apakah ia masih layak untuk ku sebut sebagai kekasih setelah mengetahui hubungannya dengan Jennie.

"Anak itu bukan kekasihmu?" Balasnya menanyaiku kembali.

"Siapa?"

"Mark."

Aku menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa ia menyebutkan bahwa aku dan Mark memiliki hubungan khusus.

Aku menggelengkan kepala sambari meringis kecil.

"Ah maaf, ku lihat kalian selalu bersama. Jadi, ku pikir kalian memiliki hubungan spesial."

Professor Oh menundukkan kepala kikuk, sedangkan aku hanya tersenyum kecil menanggapi perkataannya.

"Ku dengar, kau telah bertemu Gaedda, apa benar begitu?"

Aku menghela napas, kemudian mengangguk.

"Ya, Gyosu-nim. Saat itu, di rooftop rumah sakit."

Professor Oh mengangguk singkat.

"Apa kau mengerti mengapa Gaedda tidak menampakkan diri lagi setelah hari itu?"

Aku berusaha mengingat kejadian di rooftop beberapa bulan yang lalu itu.

Benar juga.

Setelah aku terjatuh bersama Mark, aku tidak melihat keberadaan arwah Gaedda itu di sekitarku.

Kenapa aku tidak memikirkannya?

"Ah--itu, aku tidak---"

"Karena sentuhan Mark."

Perkataan Professor Oh membuatku mengerutkan kening tak mengerti.

"Kami tak tahu mengapa, tetapi keberadaan dan sentuhan Mark mampu mengusir arwah jahat di dunia ini."

Aku mengalihkan pandanganku, menatap bayanganku di dalam air.

"Aku tahu, Gyosu-nim. Lee Haechan pernah memberitahuku sebelumnya."

"Oh, begitu."

Professor Oh mengalihkan pandangannya menatapku, seolah ingin membicarakan sesuatu yang serius.

"Tetapi, ada satu arwah yang sangat menentang keberadaan Mark, arwah yang lebih berbahaya dari Gaedda, yaitu Gauri."

Ah tolonglah, aku lelah berurusan dengan dunia per-arwahan. Sudah cukup aku bertemu dengan Gaedda, lantas apa katanya tadi? Gauri?

Ya Tuhan, apalagi ini.

"Gauri mengincar Mark untuk mendapatkan jiwa yang masih hidup, yaitu jiwamu, Ae-cha."

-tbc-

When I Was Lost | END ✔Where stories live. Discover now