"Hyung, noona, lihatlah! Ini sangat indah, bukan?"
"Ah, lihat itu juga. Bunga sakura dan kawan-kawannya sedang bermekaran."
"Bunga ini juga, apa namanya? Ah, bagaimana aku bisa lupa."
"Bunga Azalea, Chan."
"Ah iya, Azalea."
Aku, Haechan, dan Mark sedang menikmati malam di kawasan Myeong-dong. Karena saat ini sedang musim semi, Haechan memintaku dan Mark untuk menemaninya berjalan-jalan ke luar mansion.
Dan lihatlah betapa girangnya anak itu menyaksikan bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang jalan.
"Kau ini seperti tak pernah melihat musim semi saja."
"Kenapa hyung selalu mencampuri urusanku? Urus saja urusanmu sendiri. Lagipula, ini memang sangat indah, benar kan, noona?"
Aku tertawa pelan menyaksikan perdebatan kecil itu. Selalu saja mereka tidak pernah akur. Tetapi walau begitu, aku yakin Mark sangat menyayangi anak itu.
"Haish, anak ini." Gumam Mark pelan.
Setiap musim semi, kawasan Myeong-dong selalu menyelenggarakan festival.
Parade, pertunjukan musik, tarian, peragaan busana dan kacamata, adalah bagian dari festival tersebut.
"Noona, lihatlah tarian mereka. Ah bagaimana bisa tangan dan kaki mereka seperti itu?"
"Apakah seperti ini, ini, atau begin--"
"Akh, tanganku."
"Astaga, Haechan. Jangan menirunya!"
Ya ampun, tingkah anak ini ada-ada saja.
Aku mengambil alih tangan Haechan, memijatnya pelan.
"Pasti butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukannya." Lanjutku.
"Kau itu tidak berbakat dalam menari, Chan. Jadi, lebih baik diam saja."
Perkataan Mark barusan membuat Haechan menggembungkan pipinya.
"Yaya, aku tahu. Tapi, setidaknya aku berusaha, hyung. Tidak sepertimu."
Ku lihat anak itu melengos, Mark yang awalnya bersedekap, seketika menurunkan tangannya, menatap Haechan seolah ingin melahapnya saat itu juga.
"Yak! Apa kau bilang?!"
"Tidak, aku tidak bilang apa-apa. Sepertinya telingamu bermasalah, hyung. Ayo, noona."
Haechan menarik tanganku, meninggalkan Mark yang sedari tadi menahan amarahnya.
Aku tertawa kecil, kemudian menjulurkan lidahku kepada Mark. Membuatnya melayangkan tangannya di udara, seolah ingin menjotosku.
✿ ✿ ✿
Setelah melihat tarian, kami pergi melihat pertunjukkan musik, tentu saja dengan Mark.
Seperti yang ku katakan tadi, ia tak akan meninggalkan Haechan pergi begitu saja tanpanya.
"Noona, kau tahu? Ini lagu kesukaanku. Lantunan nada-nya enak sekali, bukan?"
Aku menolehkan pandanganku menatap Haechan, kemudian mendengarkan lantunan nada yang tengah dibawakan oleh pemusik di depan kami.
Pemusik itu tengah membawakan lagu milik G-dragon yang berjudul Untitled, 2014.
Aku menganggukkan kepala setuju dengan pendapatnya.
"Lantas, apa lagu favorit Noona?"
Haechan ganti menatapku, menanti jawaban yang akan ku lontarkan kemudian.
"Kenapa kau tak pernah menanyaiku, hm? Aku merasa seperti seekor nyamuk yang tengah menemani orang berkencan."
Aku menolehkan pandanganku menatap Mark. Kemudian ku pukul pundaknya. Bisa-bisa nya ia berkata seperti itu.
Sementara Haechan hanya melongo mendengar cercaan Mark, kemudian ia menghampiri dan merangkul hyung-nya itu yang posisi-nya berada di sebelahku.
"Oh, apakah benar begitu, hyung?" Kata Haechan sambari melakukan sedikit aegyo.
"Lepaskan aku, bodoh. Aegyo mu itu sangat menjijikkan, hingga aku ingin memuntahkan isi perutku sekarang juga."
Haechan semakin mengeratkan rangkulannya di bahu Mark.
Aku menyaksikan pertengkaran kecil itu sambari tertawa kecil. Ah lihatlah, mereka lucu sekali, bukan?
"Mianhae, hyung."
Setelah mengatakan itu, Haechan melepaskan rangkulannya, dan berlari menjauh dari Mark.
Mark tak tinggal diam, ia mengejar Haechan.
Dan terjadilah adegan kejar-kejaran antara Mark, dan Haechan. Tentu saja tidak mengganggu orang-orang di sekitar kami. Toh, kami ini arwah, tubuh kami yang transparan dapat dengan mudah menembus tubuh manusia yang tengah berlalu-lalang.
Aku mengelengkan kepala, kemudian tersenyum simpul.
Lihatlah, aku seperti seseorang yang tengah mengasuh dua orang anak, bukan?
Ah lupakan, aku akan menyusul mereka selagi mereka belum jauh.
Ketika aku akan melangkahkan kaki-ku untuk menyusul mereka, aku melihat seseorang di ujung sana tengah mengenakan jaket hitam dengan wajah yang tertutup setengah oleh tudung jaketnya, tetapi, aku dapat melihatnya tengah---
Menyeringai.
Aku mengurungkan langkah, kemudian mengedarkan pandangan, memastikan apakah ada seseorang yang tengah berbincang dengannya dari jarak yang bisa dibilang cukup jauh itu.
Setelah ku pastikan tidak ada orang yang tengah berbincang dengannya, aku mengalihkan pandanganku lagi, menatap orang berjaket hitam itu yang tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
Tak salah lagi, orang itu tengah menatapku dari balik tudung jaketnya.
Tunggu, apakah orang itu indigo sehingga ia dapat melihatku?
-tbc-
YOU ARE READING
When I Was Lost | END ✔
Misterio / Suspenso𝙏𝙝𝙚 𝙢𝙖𝙣, 𝙞𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙥𝙡𝙖𝙘𝙚 𝙗𝙚𝙩𝙬𝙚𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙡𝙞𝙫𝙚, 𝙖𝙣𝙙 𝙩𝙝𝙚 𝙙𝙚𝙖𝙙.