CERITA DELAPAN

45 8 2
                                    

Hey, mengapa kau melewatkan makan siang lagi, Bang Ye-dam? Mau sampai kapan kau menghindariku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hey, mengapa kau melewatkan makan siang lagi, Bang Ye-dam? Mau sampai kapan kau menghindariku?

Ye-dam membaca pesan dari Ha Yoon-bin ketika sudah duduk di salah satu sudut perpustakaan dan bersiap untuk membaca karya dari Penulis Ikumisa berjudul The Boy Who Bought Me Breakfast During The Whole Year. Ia sengaja mengabaikan pesan dari kakak kelasnya itu, dan malah memasang earphone untuk mendengarkan musik instrumental agar suasana membacanya menjadi fokus serta khidmat. Ini sudah hari ketiga sejak ia memilih untuk melewatkan jaman makan siang di perpustakaan. Ia ingin menenangkan sekaligus mengasingkan diri dari semua orang di sekolah ini.

Dan membaca novel romansa seperti menjadi sebuah pelarian yang tepat. Kisah-kisah romansa biasanya akan menawarkan sesuatu yang manis, membuat jantung ini berdetak upnormal, membuatnya menarik sudut bibir lebih tinggi dari biasanya. Ye-dam masih ingat betul bagaimana ekspresi Kim Jun-kyu ketika menceritakan perihal 'his favorite person'. Ada kebahagiaan dan perasaan membuncah yang menular ke tubuhnya, dan ia ingin merasakan sensasi itu sendiri dengan membaca kisah romansa.

Yah, Yedam tahu, sensasi itu tidak akan benar-benar ia rasakan, kecuali ia sedang tertarik pada lawan jenis. Lalu, jika ia sedang jatuh cinta pada seorang gadis, apakah ia akan menjelma menjadi sosok yang berbeda? Atau, apakah ia akan memiliki perasaan membuncah itu?

When The Love Falls yang dibawakan oleh Musisi Gitar Akustik, Sung Ha-jung mengalun pelan menemani Ye-dam menyusuri bab pertama pada novel The Boy Who Bought Me Breakfast During The Whole Year.Melodi sendu yang terdengar membuat ia makin fokus membaca kalimat per kalimat dari novel ini. Ia hanyut pada situasi yang terjadi, lalu benaknya mulai bermain-main dengan imajinasi liar. Kini, sebuah layar putih seolah-olah hadir di hadapannya, seperti menjabarkan gambaran cerita dalam novel secara lebih jelas.

Layar putih itu menghilang sejurus kemudian setelah ada seseorang yang berdiri di hadapan Ye-dam. Ia sempat mengerutkan keningnya, dan baru menyadari ternyata orang itu adalah Park Jeong-woo. Laki-laki itu duduk berhadap-hadapan dengan Ye-dam dan berujar, "Yoon-bin Hyung yang memberitahuku jika kau berada di sini. Apa kalian berdua sedang bertengkar?"

"Tidak kok" sahut Ye-dam seraya melepaskan earphone dan menutup novel yang ia baca. "Aku hanya sedang tidak mood makan siang, dan ingin membaca novel. Jadi begitu jam istirahat tiba, aku segera ke sini".

"Dan, novel yang ingin kau adalah novel romantis? Selera bacaanmu sungguh tak bisa ditebak ya, Hyung" Jeong-woo menyahut sambil terkekeh, membuat Ye-dam hanya mengangkat sepasang alisnya. "Ah aku tahu, karena kau murid pintar di sekolah ini, kau membaca semua jenis buku, termasuk kisah-kisah romantis. Benar begitu, kan?"

Kali ini tawa Ye-dam akhirnya meledak dan sempat membuat beberapa murid di perpustkaan melemparkan tatapan tajam padanya. Apa yang dikatakan oleh Jeong-woo memang benar. Ia berusaha melahap semua jenis buku, karena baginya setiap buku memiliki daya tarik tersendiri untuk dibaca. Namun yah terkadang, Ye-dam tidak bisa memungkiri jika ia selalu membeli buku berdasarkan preferensi pribadinya.

FORMIDABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang