Part 02

30 8 1
                                    

Bagas menatap Ayla penuh selidik. Rian sedang berada di kamar mandi, sedangkan Ayla dan Bagas sedang bersantai di ruang tamu. Ayla menyadari tatapan Bagas kepadanya, namun dia memilih cuek dan tidak menanggapinya. Hal itu dilakukannya untuk mengalihkan segala ketakutan dirinya.

Ayla begitu takut dengan kehadiran Aruna. Dia terus terbayang, bagaimana jika Aruna kembali untuk merebut Rian darinya. Mereka menikah atas kesepakatan bersama, hanya saja benih cinta sudah muncul sejak lama. Dia takut Rian berpaling darinya, apakah dia begitu egois dengan ketakutan itu?

"Ayla." Bagas akhirnya memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Ada apa, bang?" Ayla memusatkan perhatiannya kepada Bagas, enggan untuk memikirkan hal yang memicu ketakutan dalam dirinya.

"Gadis tadi, beneran mantan Rian?" Bagas menolak percaya namun kenyataan harus diterimanya.

"Iya, kenapa sih, bang?" Ayla bertanya bingung.

"Cantik, tetapi mengapa Rian memilihmu?" Bagas tersenyum saat Ayla mendelik ke arahnya.

"Jangan memuji Aruna, aku membencinya." Tegas Ayla

"Ada alasan, kamu membencinya?"

"Dia pasti kembali ingin merebut, Rian dariku." tiba-tiba saja Ayla sudah terisak. Bagas menghela nafasnya pelan. Mendekat ke arah adiknya itu.

"Jangan menangis, abang pastikan Aruna tidak akan merebut Rian darimu." Bagas mengucap ikrar untuk kebahagiaan adiknya. Salah satu keluarga yang masih dimilikinya sejak kedua orang tua mereka meninggal.

"Janji, bang."

"Pasti, tenang saja." Bagas mengusap lembut air mata yang meluruh di pipi adiknya.

Bagas akan melakukan apa saja demi kebahagiaan Ayla. Meski itu harus melukai seseorang. Dia tidak tahu bahwa permainan hati yang dia lakukan, justru akan menjebaknya begitu dalam

****

Aruna menatap kecewa pantulan dirinya, begitu miris melihat penampakan dirinya yang begitu rapi, berbeda dengan hatinya yang sangat kacau.

"Semua sudah jadi suratan takdir Tuhan, jangan terus menyalahkan dirimu, Aruna."
Ucapan Mamanya mengalun lembut di telinganya. Mengalihkan pandangan ke arah pintu kamar yang tidak di tutupnya.

"Apakah, Rian bahagia bersama Ayla, Ma?"

"Sayang, itu bukan lagi urusanmu, fokuslah ke hidupmu sendiri."

"Tetapi, ma."

"Aruna, mama mohon, jangan lagi mencari tahu kehidupan Rian dan Ayla." Rani menatap mata anak semata wayangnya itu dengan perasaan sendu. Dia tahu keputusan Aruna, meninggalkan Rian itu sangat tepat. Karena penolakan keluarga Rian terhadap putrinya. Mereka menolak kehadiran Aruna, di antara Rian dan Ayla. Meski Rian sangat mencintai Aruna, Rani sangat yakin, Rian tidak akan pernah bisa melawan kehendak orang tuanya.

Mendengar permintaan mamanya, Aruna tersenyum. Meyakinkan hati bahwa ucapan mamanya, adalah yang terbaik. Dia tidak ingin melukai hati orang yang sangat disayanginya itu. Kehilangan papanya sudah cukup terasa menyakitkan. Dia tidak ingin lagi kehilangan mamanya. Biarlah waktu yang menjawab perihal jodoh yang akan menghampirinya.

Vote dan comentnya yah, Guys!!!

Jangan lupa selalu pantengin😎

Ttd
violet_senja😍

Mendekap AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang