Aku tak tahu apa yang salah denganmu, tiba - tiba saja kau menolakku. Menolakku untuk menyentuhmu. Menolakku untuk berbicara padamu. Menolak melihatku. Hei, katakan padaku, apakah aku telah menyakitimu? Hingga kau melakukan ini padaku?
Sikapmu yang dulu hangat, berubah menjadi dingin. Seperti kau telah kehilangan bara api di dalam hatimu. Siapakah yang memadamkannya? Beritahu aku! Jangan seperti ini.. Jangan memberi punggungmu padaku.
"Kakak, apakah aku melakukan kesalahan?" Aku bertanya padamu. Namun jawabmu bisu. Ku coba mengejarmu, menyentuh tanganmu, berharap bisa membaca gundahmu, namun kau menepisku. Membuangku. Mundur dan pergi dari hadapanku. Apa yang salah sayangku? Apakah rasamu kepadaku telah pergi seiring waktu? Aku tak tahu.. Tolong beri tahu aku!
Aku menunggu. Berharap ketenangan menyembuhkanmu. Dan mulai menghitung.
1
2
3
Tiada bedanya. Ketenangan tidak menyembuhkanmu. Tidak membawamu yang lama kembali padaku. Kau menolak untuk kembali. Hari berganti, bulan berlalu, kau masih sama. Semakin dan semakin dingin. Hatiku pun perlahan membeku dengan sikapmu.
Sakit. Aku menyentuh dadaku dan merintih. Rasanya seperti sesuatu telah menikam jantungku. Perlakuanmu, bisumu, hal itu perlahan membunuhku. Kau bahkan tak mencoba memberitahu dosaku. Tidak pula menganggapku hadir di pandanganmu.
Mati.
Aku akan mati.
Atau mungkin,
Aku sudah mati. Hatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wounds [DISCONTINUE]
Fiksi PenggemarPerasaanku padamu lebih dari sekadar kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. Aku menyayangimu seperti kamu adalah detak jantungku. Aku mencintaimu seperti kamu adalah jiwaku. Namun darah ini adalah kekang sejati dari semua perasaanku padamu. - In...