Teruntuk sang langit.
Tolong, jangan turunkan dulu hujan hari ini. Tolong, jangan buat sang angin berhembus. Aku hanya ingin titip sebentar perahu kertas ini. Karena, didalamnya ada sejuta rindu yang ingin tersampaikan.Kim Euna -
»»--⍟--««
Kisahku dimulai, awal dari semua kisah pahit yang seharusnya tak ku ceritakan. Ini halaman pertama dari buku harian milikku, ku ceritakan singkat serta tertata rapih.
Page 1 of 14.
- perahu kertas."Kriiinggg"
Aku terbangun karena mendengar dering alarm ponsel, menyambut pagi dengan meregangkan otot-ototku yang sedikit pegal.
Kim Euna, namaku. Gadis remaja yang terlahir dari keluarga yang tidak baik-baik saja. Mama sudah lama meninggal karena memiliki penyakit serius yang menggerogoti nyawanya secara perlahan, sedangkan papa menikah lagi dengan seorang wanita yang entah baik atau tidak.
Aku tinggal dengan papa, di sebuah rumah petak yang hanya memiliki tiga kamar tidur. Entah itu dipukul, dibentak ataupun yang lainnya.
Yeah, papa tidak pernah baik semenjak tahu bahwa aku adalah anak haram mantan istrinya.
Tok.. Tok..
"Euna, sudah bangun?"
Suara lembut kakak menyambut pagiku. Dia, kak Jieun namanya. Aku dan kak Jieun tidak dilahirkan dari rahim yang sama, bisa dibilang dia adalah 'kakak tiri'. Namun kak Jieun sangat baik, cantik, dan juga lemah lembut.
"Oh iya kak, aku sudah bangun" Sahutku
"Jangan lupa siap-siap untuk sekolah ya"
Aku tersenyum mendengar suara kak Jieun yang menghangatkan hati dan pikiran. Tuhan, tolong pertemukan kak Jieun dengan pria yang baik hati!
Tak butuh waktu lama, aku langsung bergegas meraih handuk merah muda, berjalan lincah kearah kamar mandi dilantai bawah.
»»--⍟--««
"Lama banget, ngapain?! Ngepel?" Tanya ibu tiriku ketus saat dirinya melihatku.
"Maaf bu" aku menunduk, membenarkan tali tas di pundakku.
"Ah ya, gendut. Jangan lupa, cari pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang. Kalau bisa jual saja tubuhmu jika ada yang mau" suara papa terdengar serak, ah ya.. dia mabuk yang ke sekian kalinya.
Hati kecilku ingin sekali mengumpat. Tapi apa boleh buat? pagi-pagi aku selalu berharap disambut dengan senyum hangat keluargaku ketika aku keluar dari kamar. Nyatanya? Memang ekspetasi tak sesuai realita.
"Bu, aku pamit berangkat sekolah ya"
"Eh, mau kemana kamu? Cucian piring banyak. Jadi anak perempuan gak usah malas, sana pergi ke dapur" Ibu mendorong tubuhku, sontak tubuhku terhuyung dan hampir terjatuh.
Aku hanya mengangguk dan bergegas ke dapur, kenapa aku tidak melawan? Tidak bisa, nanti botol alkohol hadiah dari papa bisa pecah mengenai kepalaku.
»»--⍟--««
Sergamku basah dan sedikit kotor karena terkena minyak saat memasak, ibu yang menyuruhku.
Oh tidak! Aku terlambat, aku segera berlari keluar rumah. Kakiku rasanya mau patah karena jarak sekolahku cukup jauh, ibu dan papa juga tidak memberikanku uang saku sehingga aku harus berjalan kaki.
Sesampainya disekolah, tentu saja aku terlambat. Hukumanku kali ini membersihkan lapangan sekolah.
"Panas banget ya hari ini"
Aku terlalu fokus menyapu halaman sekolah hingga tidak menyadari sebuah mobil sedan hitam mengkilap melewati ku dan parkir dengan sembarang arah di lapangan. Tak lama, seorang laki-laki mengenakan seragam sekolah yang sama dengan sekolahku keluar, memakai kacamata hitam dan.. Oh! Sepatu yang mahal?
Laki-laki itu tak menyapaku dan hanya melewati ku dengan langkahnya yang lebar, tinggi badannya menjulang. Sepertinya Tingginya sekitar 185 cm?.
»»--⍟--««
Hukumanku telah usai, aku kembali ke dalam kelas saat jam istirahat. Semua teman sekelasku tentu saja sudah keluar membeli makan.
Aku memasuki kelas, melihat murid laki-laki yang tadi pagi keluar dari mobil mahal itu. Eh? Dia duduk dikursi ku?.
"Maaf sebelumnya, kamu murid baru ya? Ini tempat dudukku"
Murid laki-laki itu melepas headphone nya dan melepas kacamata hitamnya, memandangku dari atas sampai bawah dan melemparkan permen karet yang ia kunyah ke seragamku. Tapi demi Tuhan, ia sangat tampan.
"Lo? Janitor sekolahan ya? Kok bisa pake seragam sih? Oh.. Apa jangan-jangan janitor sekolahan ini seragamnya samaan ya sama muridnya?"
Aku terkejut mendengar perkataannya, apa aku sejelek dan seburuk itu sampai dinilai seperti itu?
"B-bukan, Aku Kim Euna. Aku sekolah disini"
"Siapa?"
"Euna"
"Gua gak nanya nama lo, adakah pertanyaan tentang nama lo keluar dari mulut gua?"
Laki-laki itu berdiri, tingginya menjulang dihadapanku yang memiliki tinggi 160 cm.
"Minggir, lo ngalangin jalan gua"
Aku berjalan ke samping, menyingkir dari hadapannya. Laki-laki itu berhenti tepat sebelum duduk di kursi yang memang seharusnya dia disana.
"Gue Jeon Jeonghan"

KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure
Teen Fiction[REVISI] Page 14 of 14 - perahu kertas. Sosok yang dirindukan tak lagi menampakkan senyumnya dipagi hari. Tak ada lagi tangisan pilu dari perihnya hati yang menerjang banyaknya badai. Dan disinilah. Halaman 14 dari 14, yang di tulis rapih di buku...