Epilogue

261 37 31
                                    

Butuh waktu bagi mereka untuk menerima takdir yang terjadi. Butuh waktu untuk memahami alasan dari balik kejadian itu. Bahkan mereka membutuhkan waktu untuk saling berbicara dan bercanda seperti biasanya.

Gowon masih sering menonton video dari Jeno. Renjun menemaninya dengan sabar, meski hatinya juga teriris mendengar kalimat terakhir Jeno.

Haechan yang biasanya berangkat kuliah hampir selalu bersama Jeno, kini menjadi seorang diri. Meskipun di kampus pasti menemukan teman baru, namun tetap saja rasanya berbeda.

Liburan mereka gagal, rencana mereka hancur tak berbentuk. Rasa rindu yang mereka tahan untuk saling bertemu setelah berpisah negara sekarang tergantikan dengan rindu yang berbeda dunia.

___

Tiga tahun kemudian

Rambut pirang bergelombang dan terurai panjang khas gadis ini bergerak seiring dibawanya berlari dan tertiup angin.

Ia mengecek jam tangan di pergelangan tangan kirinya berulang kali.

Langkahnya berhenti ketika sampai di tempat tujuannya, ia mengatur napasnya lalu tersenyum. 

Ia memperbaiki buket bunga di genggaman tangan kanannya, lalu berjalan pelan.

"Halo Jeno" ucapnya, sambil tersenyum

Di depannya terdapat tempat peristirahatan laki-laki yang menyelamatkan hidupnya. Tiba-tiba tangannya berhenti ketika akan meletakkan bunga itu di makam Jeno.

Ting!

Ia merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponselnya yang berbunyi.

Renjun

Sayang, aku datang agak telat ya, kamu udah disitu kan?

Gowon

Iya, aku tunggu disini.

Gowon memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket kembali, lalu mendudukkan dirinya di sebelah kiri makam Jeno. Ia meletakkan buket bunga itu diatasnya.

"Aku kangen loh" ucapnya, tangannya memetik rumput-rumput kecil yang tumbuh di atas makam Jeno

"Kemarin Jaemin dan Heejin nyusul wisuda, terus dia protes karena kamu pernah janji kalau setelah wisuda kamu mau belikan dia sepeda baru yang mahal"

"Haechan juga, katanya udah beli gelang persahabatan dan dipakai setelah wisuda" ucapnya lalu terkekeh

"Siyeon udah punya pacar kok Jen, sama sepupu kamu juga pacarannya, jangan khawatir ya. Kamu percaya kan sama sepupu kamu?"

Gowon menghela napas, menahan air matanya. Tangannya meraba bekas operasi di dadanya yang sudah tidak terasa muncul karena jaringan kulitnya telah menyatu kembali.

"Kangen Papa Jaehyun gak?" tanyanya

Pohon di atas makam Jeno menjatuhkan bunganya tepat di depan Gowon. Benar, bunga itu indah seperti yang dibicarakan Jeno sebelum mereka berdua mengalami kecelakaan itu.

Tempat pemakaman ini juga sangat dekat dengan rumah Renjun. Entah kebetulan atau bagaimana, tapi Jeno dimakamkan tepat di bawah pohon yang berbunga indah itu. Sampai sekarang Gowon belum mencari tahu nama dari pohon itu.

Namun memang benar indahnya, ketika ia mengobrol dengan Jeno disini, bunga itu selalu jatuh. Seolah Jeno memberi respon terhadap semua obrolan Gowon.

Wonderwall [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang