16 | unpredictable

209 40 12
                                    

Semalam, sepulang teman-temannya dari rumah, ia langsung tidur dan lupa minum obat. Entahlah, otaknya masih penuh dengan proses penerimaan fakta bahwa ia sekarang punya pacar dan pacarnya itu adalah seorang Renjun.

Esoknya, Gowon terbangun tiba-tiba dengan posisi tengkurap, sepertinya semalam ia menahan wajahnya yang tidak bisa berhenti senyum itu dengan menelungkupkannya di bantal. Sekarang ia merasa dadanya sangat sakit dan sesak.

Rasanya lebih sakit dari yang semalam, pasti gara-gara ia tidak meminum obat padahal Renjun sudah mengembalikannya. Ditambah ia tidur dengan keadaan tengkurap membuat dadanya semakin tertekan.

Ia turun menuju dapur untuk mencari kotak obat, semalam ia meletakkan obatnya disana. Ia berjalan dengan napas yang tidak beraturan dan tubuhnya mulai berkeringat dingin.

Gowon menahan sesaknya sambil menuruni tangga.

Jisoo ada di dapur mendengar suara langkah anaknya, "pagi sayang, mau dibuatin sarapan apa?" tanyanya tanpa melihat Gowon.

Gowon tidak mampu mengeluarkan suaranya, pandangannya sendiri mulai buram, ia meraba meja makan untuk berpegangan, menahan dirinya sendiri agar tidak jatuh. Ia ingin mencari kotak obat, namun menahan badannya untuk tegak pun sulit.

Sakit, sakit sekali. Ia lupa kapan terakhir kali merasa sesakit ini, seakan napasnya diambil perlahan-lahan. Sangat sesak.

Karena tidak mendengar ada jawaban, Jisoo membalikkan badan lalu terkejut. Ia otomatis menghampiri Gowon dan membantu menahan tubuh anaknya. 

Gowon merasa semakin lemas, ia semakin sulit mendapat oksigen, pandangannya gelap. Tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Mamanya tanpa diperintah.

___

Jeno berlari kecil mengikuti Papanya, seharusnya hari ini Jeno dan Papanya sama-sama tidak ada jadwal di rumah. Namun Mama Gowon menelepon Papanya dan mengatakan bahwa Gowon sedang dirawat di rumah sakit sejak beberapa jam yang lalu.

Tentu saja Jeno sangat terkejut, ia bahkan tidak peduli dengan sandal rumahan yang ia pakai sekarang. Jeno tidak sempat berpikir kesana.

Semalam gadis itu masih tersenyum lebar dan tertawa bersamanya, baru juga Renjun dan dia berpacaran. Lalu mengapa tiba-tiba penyakitnya kambuh? Apa fakta jadiannya dengan Renjun terlalu mengejutkan?

Banyak spekulasi yang terbentuk dalam kepala Jeno saat ini. Wajahnya bahkan sudah seperti menahan tangis.

Sesampainya di ruangan tempat Gowon dirawat, ia dan Papanya langsung masuk.

Terlihat Mama Gowon yang sedang duduk di samping anaknya, matanya terlihat sembab. Gowon yang dihidungnya bertengger alat bantu oksigen.

Jeno meraih tangan kiri Gowon untuk ia genggam, tangannya terasa dingin. Papanya berbincang pelan dengan Mama Gowon, tapi mungkin karena suasana sedang sangat sepi di ruangan itu maka Jeno dapat mendengarkannya.

Gowon pelan-pelan membuka matanya, ia siuman. Bunyi napasnya masih terdengar menyesakkan. Samar-samar gadis ini mendengar kata operasi, begitu juga Jeno.

Ia merasa ada yang menggenggam kedua tangannya, ia lihat sebelah kanan ternyata Mamanya dan sebelah kiri Jeno. Mamanya sibuk diskusi dengan Papa Jeno rupanya.

Jeno menyadari Gowon sudah siuman, "Pa!" panggilnya pada Papanya

Papanya pun langsung menekan tombol untuk memanggil dokter dan perawat, benar saja mereka langsung datang dan izin memeriksa keadaan Gowon.

Gowon masih mendengarkan, tetap saja ada kata operasi ujung-ujungnya.

Mamanya melepas genggaman tangannya dan akan beranjak mengikuti dokter tersebut, namun Gowon menahan tangan Mamanya.

Wonderwall [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang