b. Guncangan pertama

37 6 0
                                    

13 Maret

"Can you take us to Sicily? This is the address." Kata ayah kepada sopir Taxi di luar Bandara.

Kami memang sengaja menggunakan bahasa Inggris, karena dengar-dengar mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi.

"Of course sir. Let me store the items in the trunk of the car." Kata seseorang itu.

"Ayah, kita akan tinggal di apartemen dari kantor? Atau rumah sendiri?" Tanyaku.

"Apartemen dari kantor... berhubung semua biaya ditangung kantor selama 4 tahun ke depan." Jawab ayah.

"Sir, take us around the city first." Kata ibu.

"Baik bu. Saya dengar kalian berbahasa Indonesia. Saya juga asal sana jadi masih bisalah berbahasa Indonesia." Kata sopir itu terus terang.

"Saya akan membawa anda berkeliling. Calabria, Italia Selatan? Bagaimana?" Tawarnya.

"Boleh juga" jawabku. Lalu ayah dan ibu mengangguk setuju.

Memasuki Calabria entah mengapa perasaanku tidak enak. Seperti ada kecemasan dan rasa was-was di dalam hati saat melewati tanda selamat datang ala Itali bertuliskan Calabria. Awan mendung seperti menambah kepanikan dalam hatiku.

"Apakah di sini memang selalu bernuansa mendung? Perasaan saya, sebelum memasuki wilayah ini, suasana masih cerah-cerah saja. Tapi berbeda saat mobil ini melaju memasuki wilayah ini. What's wrong?"

"Emm, kurang tau ya mbak. Emm cuma dulu tahun 1908 pernah ada bencana Gempa dan Tsunami yang banyak menyebutnya Gempa Messina dan Reggio 1908. Dan beberapa puluh tahun yang lalu, terdapat gempa 5 kali berturut-turut yang menyebabkan beberapa korban jiwa dan perusaan Bulfaier hancur lebur."

"Oww. Tahun berapa?" Tanyaku.

"Wah lupa kalau itu mbak. Saya saja cuma dengar-dengar dari kawan sopir taxi." Katanya.

"Awannya gelap ya dek" kata ayah sambil menengok awan lewat kaca jendela mobil depan.

"Iya yah. Perasaan Ais ngga enak yah." Terangku.

"Udah nggak usah cemas. Banyak-banyakin baca sholawat aja yah..ais.." terang ibu menenangkan.

"Iya bu" jawabku lalu mengeluarkan ponsel untuk segera seacrh tentang Gempa Tsunami yang di ceritakan pak--sepertinya aky salah menyebutnya pak. Ia nampam seusiaku-- sopir tadi.

"Aneh, kota besar tapi signalnya buruk" kataku.

"Masa sih Ais.. coba ibu periksa. Ayah juga lihat ponsel ayah." Kata ibu lalu merogoh tas nya dan mengeluarkan ponsel bermerk samsung jenis Galaxy J1 Ace berwarna putih itu.

"Loh iya lho yah ponsel ibuk ndak ada signal"

"Ponsel ayah juga"

Akhirnya kami pasrah menunggu sampai di Sisilia. Tapi sampai sekarang masih melewati wilayah Calabria. Dan perjalanan masih lumayan lama.

Dari kejauhan nampak banyak orang berlarian kesana kemari dan nampak asap abu membumbung di awan bak mendung pekat.

Helpp!! Helpp me pleasee

Teriakkan itu terdengar olehku dan orang seisi mobil.

"Ayah...Ibu..." kataku lalu meremas tangan ibu.

Ayah yang berada di samping sopir taxi berusaha berpikir apa yang terjadi di depan sana.

"Maaf pak..bu..mbak..saya pelankan laju mobilnya. Siapa tau kita bisa putar balik jika sesuatu yang buruk terjadi di sana." Jelas sopir Abadon yang namanya tertera di name tag seragamnya.

Messina! earthquake ' tsunami -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang