i. Setelah badai 25 April

7 3 0
                                    

30 April

Empat hari setelah e-mail itu terkirim.

Perasaan menyedihkan saat ku berfikir mereka akan meninggalkan dan membenciku setelahnya.

Namun, Tuhan mengirimkan orang yang tepat untuk berkawan denganku.

Apa itu?

Ehno dan Ercole masih baik-baik saja denganku maupun dengan mereka sendiri.
26 April lalu mereka datang menemuiku di taman dekat kantor dengan tiga buah gelato di tangan Ehno dan 3 buah Cannoli di tangan Ercole. Mereka berkata sekarang waktunya makan siang. Dan aku tau mereka berbaikkan. Aku tersenyum manis untuknya. Akhirnya kami makan siang bertiga di taman tepi jalan itu dengan duduk di tepi kolam air mancur dengan ikan-ikan yang asik berenang kesana-kemari.

Hari itu aku belajar, Allah adil dalam segala hal. Allah tau mana yang terbaik untuk setiap mahkluk-Nya. Allah sangat mudah membolak-balikkan hati setiap insan manusia. Kemarin saling bertengkar, tak lama kemudian bisa tertawa lagi bersama-sama menebar kebahagiaan. Agamaku mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada orang lain. Apapun perkataan orang lain. Jika kita melakukan sesuatu yang terbaik di jalan-Nya, Dia akan membantu dengan seluruh kekuatan ajaibnya. Believe in God.

30 April. Hari ini. Aku ada proyek bersama ayah untuk mengikuti konferensi pakar Geofraf membahas tentang bahaya Messina dan Reggio. Masalah itu belum juga selesai. Semoga setelah ini selesai. Aku memang bukanlah seorang pakar begitu juga ayah. Ayah akan mewawancarai dan berperan sebagai host di salah satu sumber berita sedang aku sekertaris pribadi ayah.

Bukan hal mudah melakukan ini. Aku sedikit ketar ketir menanganinya. Setiap pakar menjawab mantab pertanyaan ayah. Tidak ada jawaban menggantung untuk pendengar. Tapi, pada saat proses tatap muka peta seismik. Aku melihat sebuah tanda pergerakan lempeng dan aktifitas seismik lainnya di antara Messina dan Reggio. Tepanya di Sisilia dan Calabria. Sedikit naas. Aku terkejut. Ku pikir semua badai ini akan berhenti.Rupanya

Tidak.

Badai ini tidak akan berhenti. Bahkan akan bisa menjadi kejadian tahunan di Italia.

Aku terperanjat mendengar perkataan mereka. Apa maksudnya kejadian tahunan? Apa ini berarti setiap tahun kami harus menghadapi 6 kali gempa susulan yang sebenarnya sudah sangat dahsyat dan masih harus menemui puncak gempa dan tsunami di akhir periode tahun?
Apakah akan ada berpuluh-puluh orang bahkan beribu-ribu orang yang akan terancam nyawanya setiap tahun termasuk diriku? Apa tidak ada cara lain untuk mengatasi gejala alam ini?

Breaktime sekarang. Tapi aku tak bisa memisahkan otakku dari perbincangan tatap peta sesmik tadi.

Hingga, sebuah telepon tatap muka dari Indonesia menyambar ponselku yang sedang ku kantongi di saku celana itu. Dengan bertuliskan nama 'Lavendrya tersayang' di sana.

"Hallo! Ndry. Lama sekali kita tidak sambung. Maaf soal aku meninggalkan bandara sebelum kau datang waktu itu." Kataku antusias setelah kami terhubung.

"Aaaaaa. Aisss. Kauu semakin cantikk saja. Aku sangat rindu padamu. Untuk apa kau menyalahkan dirimu untuk kejadian bandara beberapa waktu lalu. Salahkan saja pada roda mobilku yang harus bocor saat itu sehingga kita tak bisa bertemu. Oh ya. Bagaimana kabarmu di sana? Sudah nyaman ya di Itali?" Katanya lalu memasang tampang serius saat memulai pertanyaan.

"Semua baik. Ayah juga. Sedikit sudah nyaman di sini. Tapi tentu sangat nyaman di Indonesia. Bagaimana kabarmu dan keluarga di sana?" Balasku bertanya.

"Over all its okay. Oh ya Ais. Turut berduka atas kepergian ibumu ya.. Mungkin itu memang takdir dan garisan terbaik Allah untukmu." Katanya menciba menghiburku.

"Bukan mungkin lagi Ndry. Tapi memang. Allah selalu tau yang terbaik untuk hamba-Nya. Oh sekali lagi maaf Ndry. Aku harus menutup telponnya. Aku sambi bekerja kuliahku sekarang. Aku sedang menjadi sekertasi ayah di acara pakar geograf Itali. Sekarang waktu break sudah habis. Akan ku telpon lagi kau nanti" kataku.

"Oh oke santai aja. Oh ya kerja yang bener ya Ais...Assalamualaikum" katanya lalu melambaikan tangan.

"Terimakasih. Waalaikumsalam" setelahnya telepon terputus.

Aku kembali menyiapkan beberapa keperluan data maupun daftar pertanyaan untuk diajukan ayah. Sebenarnya saat aku masih kecil dulu, aku tak begitu menyukai pekerjaan ayah. Pikirku terlalu boring nggak ada asik-asiknya. Nggak juga menegangkan. Karena di Indonesia pekerjaan ayah belum se Waaw ini. Beranjak dewasa aku jadi menyukai pekerjaan ayah. Lebih tertarik untuk memasuki lingkupnya.

"Vien?" Sapa seseorang berhoodie hitam dengan celana jeans hitam dengan panjang menutup seluruh kaki.

"Ercole? Waw, bisa ketemu di sini? Emm ada urusan apa?" Tanyaku pada Ercole.

"Emm. Kau lihat pria berjas putih di sana,," katanya sambil menunjuk pria yang sedang di wawancarai ayah.

"Mr. Brtizal?" Kataku.

"You're right. He's my father. Kau lupa pembicaraan kita hari itu ya?" Katanya. Mungkin sekarang wajahku nampak bloon karena sibuk mengingat-ingat pembicaraan mana yang Ercole katakan.

"Sepertinya kamu lupa. Tak apa. Yang pasti dia ayahku. Jangan lupakan itu ya. Ahaha" katanya lalu aku tersenyum malu.

"Ternyata Ayahmu bekerja di Liputan 78 ya? Sangat menarik. Sebelum kamu datang kemari, sudah banyak anggota Liputan 78 yang datang kemari. Sama halnya membahas masalah tanah itali yang tidak ada habis-habisnya itu." Kata Ercole sambil membuka topi dan menyibak rambut klimisnya itu.

"Memang ada apa dengan tanah itali? Setahuku, hanya beberapa daerah yang terkena aktifitas seismik tentang tanah yang menari itu." Sahutku.

"Iya, ya memang itu. Dan tidak pernah selesai. Seolah mereka memiliki rahasia dan menampakkannya saat ingin saja."

Okey. Sekarang aku yang jadi bingung.

"Apa maksudnya?"

"Setiap tahun ada berita bahwa akan terjadi gempa susulan sekitar sekian sekian lalu gempa pokok. Akan berhenti dan tak akan terjadi lagi. Tapi, hingga sekarang, itu tetap terjadi. Dan hasil perkiraannya sama. Bukan maksudku untuk meremehkan kemampuan para ahli atau pakar. Tapi memang keadaannya seperti itu." Jelasnya panjang.

"Tunggu, tapi bukannya semua prediksi itu selalu benar, hanya saja,,"

"Hanya saja ada yang terlewat. Dan terjadi 4 kali di beberapa tahun lalu." Katanya.

"Apakah menurutmu akan terjadi lagi tahun ini?" Tanyaku.

"Mungkin iya. Tapi minggu depan mungkin kita kedatangan seorang ahli dari negeri sebrang dan beberapa alat modern untuk memprediksi besar dan kapan gempa akan terjadi. Sehingga bisa meminimalisir korban." Katanya.

"Tapi bukankah seharusnya kita cari akar permasalahan dan mungkin ada sebuah alternatif untuk menghentikan ini selamanya?" Lagi-lagi aku mengeluarkan pertanyaan.

"Ingat lagi Vien. Ini kejadian alam. Jika memang suratan Tuhan. Mau bagaimana. Tapi seperti yang ku katakan tadi, seorang ahli ternama itu akan membantu mencegah bahkan menghilangkan." Katanya.

Vote and comment ya.

2206'20🌳

Messina! earthquake ' tsunami -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang