BAIKAN

7 2 0
                                    

"Kita ketaman bermain?" Tanya Cathrine sedikit kebingungan.
"Yuk turun!"
"Alex,ngapain sih kita ketaman bermain? Katanya mau ketempat yang menyenangkan?" Keluh Cathrine pada lelaki yang kini berada dihadapannya.
"Taman bermain memang kelihatan sederhana dan tidak serumit hubungan percintaanmu " Ledek Alex yang langsung mencolek dagu Cathrine.
" Terserah" Ketusnya, tetapi medadak kekesalannya itu sirna saat melihat seorang pedagang permen lollipop yang berada tak jauh dari posisi mereka.
"Hmm.." ia sengaja berdehem , "Tuan Alex terhormat, bisakah kita membeli lollipop?" Ia menirukan gaya pelayan istana kepada pria itu, Alex hanya tersenyum tipis dan setengah membungkuk layaknya bangsawan.
"Tentu saja putri Cathrine, aku akan mengabulkan permintaanmu"
"Asyik!!!" Tingkah kanak-kanaknya perlahan bangkit, ia langsung berjalan mendahului Alex kearah pedagang itu.Namun saat berjalan beberapa langkah entah kenapa hatinya memintanya untuk berbalik badan dan sontak ia mendapati bibir Alex tengah menghitung angka dan berteriak pelan seakan ia sedang taruhan pada dirinya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Tidak ada" jawabnya cepat Lalu berjalan menyusul Cathrine.
Catherine hanya bisa menggelengkan kepalanya saja menatap kemisteriusan Alex, tetapi baginya itu adalah sebuah daya tarik tersendiri dan alasan dirinya sangat mencintai lelaki itu.
Dengan penuh antusias Catherine memakan lollipop itu dan hampir terlarut dalam manisnya permen itu sampai akhirnya Alex geram dan mengambil lollipop ditangan gadis itu.
"Alexander.."
"Aku kesini untuk menghiburmu, harusnya aku yang membuatmu bahagia bukan setangkai permen lollipop ini"
"Kamu iri dengan permen ini?" Gelak tawa membludak saat ini , gadis itu sangat bahagia melihat ekspresi Alex yang kesal hanya karena sebuah permen .
"Tentu, kau adalah milikku dan hanya aku yang harusnya membuatmu tersenyum dan bahagia"
"Maka buatlah aku selalu tersenyum" Ia memandangi Alex dengan senyuman yang menggoda, lalu merebut kembali lollipop nya dari tangan Alex sedangkan pemuda itu segera bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan gadis itu sembari berdehem keras dan bersiap-siap bernyanyi.

"You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You'll never know dear, how much I love you
Please don't take my sunshine away

I'll always love you and make you happy
If you will only say the same
But if you leave me and love another
You'll regret it all some day"

Alex menyanyikan lagu itu penuh penghayatan namun tetap diselingi ekspresi kocaknya yang membuat Catherine tersenyum bahagia dan tertawa bersamaan,
"Kamu ikhlas gak sih nyanyi buat aku? hahaha .." Tawanya lepas.
"Iya dong Cathrine sayang" ia kembali duduk disamping Cathrine, "Nah, aku udah puas sekarang buat kamu bahagia" sambungnya memainkan alis mata.
" Makasih ya" ia menatap Alex dan menyisakan jarak beberapa meter, beruntungnya hidung mereka cukup mancung jadi jarak tersebut masih lumayan jauh.
"Mau aku antarin buat nemuin kekasih barumu itu?" Tanya Alex, Catherine hanya mengangguk saja.
"Tapi tetaplah bersembunyi didalam mobil, aku tidak mau disebut wanita buas"
" Fine!" Ia langsung merampas lollipop gadis itu lagi dan memasukkannya kedalam mulutnya, kemudian beranjak bangkit dari sana yang disusul oleh Cathrine.
****
Mobil itu melaju cukup kencang tanpa memperdulikan peraturan lalu lintas dnaa hampir berkali-kali dirinya selalu kena tilang,akan tetapi itu tidak membuatnya berubah dan pada kenyataannya memang begitulah Alex, pemuda tampan dari keluarga kaya dan bermartabat yang selalu saja tidak mengikuti aturan apapun,bahkan sejak masih dibangku sekolah dirinya sama sekali tidak pernah absen dihukum karena telat sekolah atau tidak pernah ikut upacara bendera meskipun ia selalu mendapatkan nilai tertinggi disekolah setiap akhir semester dengan kecerdasan yang cukup diakui.
Sama pula halnya dalam percintaan, Alex tak pernah mengikuti aturan komitmen yang dibuat bersama dan selalu sesuka hatinya saja menjalani hubungan percintaan itu meskipun dirinya dikenal sangat baik dalam memperlakukan wanita.

Hingga tak terasa mobil itu sampai juga di taman yang dijanjikan oleh Cathrine dan Erick, gadis itu pun segera turun menjumpai Erick yang sedari tadi menunggunya namun tidak menyadari keberadaan Catherine yang datang diantar menggunakan mobil.
"Erick!" Panggil Cathrine sembari memegang pundak Erick, Erick hanya tersenyum terpaksa saja dan menyingkirkan tangan gadis itu dari dirinya.
"sekarang loe jelasin ke gue?"
"gue bakal jelasin asalkan loe juga jawab pertanyaan gue" Erick mengangguk setuju.
"loe marah kayak gini karena memang cinta sama gue dan sakit hati karena gue selingkuhi atau karena loe malu gara-gara seorang playboy kayak loe dikhianati?" Wajah Erick spontan kesal dan keduanya tangannya yang mengepal seakan siap untuk memukul gadis itu tetapi semua itu mendadak padam tatkala Catherine membelai wajah Erick dan memperlihatkan mata menggodanya.
"Apa salahnya kalau kita lupakan masalah itu Erick tersayang, lagian kamu juga sudah memilikiku seutuhnya dan masalah lelaki yang kau lihat dikampus tadi bukanlah siapa-siapa selain kekasih menyedihkanku" Rayu Catherine dengan akalnya, Awalnya lelaki itu enggan terbujuk rayu dan percaya begitu saja tetapi bukan Cathrine namanya kalau tidak pandai merayu, masalah itu kini telah terlupakan oleh lelaki playboy genit itu dan ia langsung memeluk tubuh ideal Catherine erat-erat sembari menatap kearah Alex yang berada didalam mobil dan melihatnya dengan tersenyum senang lalu menjalankan kembali mobilnya pergi menjauhi taman itu dengan ekspresi biasa saja .
Cathrine yang menatap kepergian mobil Alex sedikit kurang bersemangat saat ini, ia tak habis pikir sekeras batukah hati lelaki itu sampai tak punya rasa cemburu sedikitpun padanya dan anehnya Alex malah cemburu pada sesuatu yang disenangi oleh Cathrine bukan pada semua kekasih Catherine.
"Aku benar-benar bingung tentang perasaanmu Alex , apa kamu tidak mencintaiku lagi?" Tanyanya dalam hati dan berharap suara hati Alex bisa mendengarkan seluruh keluh kesahnya selama ini menghadapi pemuda tanpa komitmen itu dan hanya mempermainkan cinta dengan sesukanya.

PERMAINAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang