Bad Liar : Selena Gomez
______"Dimana kau menemukannya?"
Bocah yang Andaru beri nama Cakra, sesuai namanya Andaru berharap bocah itu mampu menjadi senjata untuk dirinya sendiri, bukan untuk Andaru maupun orang lain. Kini sedang duduk di depan kuda dan tak pernah lepas buntalan itu dari tangannya.
"Saat duduk di kedai, aku melihatnya di pukuli. Katanya dia seorang pencuri," terang Andaru, peristiwa kemarin masih hangat di pikirannya.
"Jadi kau membawa seorang pencuri ke sini? Yang benar saja!" Antasena tak habis pikir dengan tindakan Andaru.
"Dia bukan pencuri, berhenti memanggilnya seperti itu."
"Jika pencuri tidak mau dipanggil pencuri lalu harus ku panggil apa? Dewata begitu?"
Andaru ingin sekali mengikat bibir mengejek Antasena dengan tali kekang kudanya. Berbicara dengan pria dengan hati penuh kedengkian memang susah.
"Panggil dia Cakra."
Antasena mengangguk, tapi ada satu hal yang selalu ingin ditanyakannya pada Andaru.
"Tapi, apa buntalan yang selalu dibawanya itu?"
Andaru tak menjawab, dari kemarin dia selalu terjebak dalam pertanyaan yang sama. Apa isi buntalan itu? Uang? Makanan? Atau jangan-jangan hasil curian kemarin? Andaru sendiri tidak tahu. Ingin bertanya tapi sungkan, mungkin saja Cakra tidak berniat memberitahunya untuk saat ini.
"Dia akan memberitahu kita nanti."
***
"Aku tidak percaya ini!"
Dewandaru menutup mulutnya takjub, tidak sia-sia mereka melatih para murid padepokan ini. Baru saja datang utusan yang mengatakan bahwa semua murid yang mereka kirimkan akan menjalani pelantikan besok.
"Tapi menurutku ada yang aneh," Antasena mendelik.
"Apanya yang aneh? Jika mereka gagal itulah yang aneh," sahut Dewandaru.
"Tapi perasaanku tidak enak, ada yang tidak beres."
Antasena menatap mereka bergantian, apa hanya dirinya yang peka terhadap situasi aneh ini?
"Sudahlah! Syukurlah rencana kita berjalan lancar."
Adisena menyunggingkan senyumnya, tangannya merangkul pundak Antasena.
"Benar, kita mulai rencana ini perlahan."
Mulanya mereka ragu apalagi resiko yang akan dihadapi bukan perkara mudah. Antasena akan dikirim ke istana tapi tentu saja dengan penyamaran, dia akan menjelma menjadi sosok prajurit dengan bantuan Catur yang lebih dulu datang ke istana.
"Intinya, sekarang kembali lagi kepada Catur, jika dia berhasil begitu juga kita," ucap Adisena seraya mengganti benang pada busurnya.
"Kenapa kalian mengirimnya? Sudah tahu dia tidak becus bekerja!" Andaru menatap sinis, terutama Adisena yang memerintah Catur.
"Hanya karena satu kesalahannya bukan berarti dia tidak bisa bekerja dengan baik, selama ini dia tidak pernah mengecewakan kita di Medan perang," bela Adisena.
"Seperti kau pernah berperang saja!"
Telak. Andaru membuat Adisena diam tak berkutik, pelurunya tepat sasaran. Apa gunanya keahlian dan kepintaran bersenjata jika belum pernah terjun langsung ke lapangan? Adisena hanya panah tajam tanpa tuan, tak pernah ada busur yang melesatkannya ke jantung musuh.
Keadaan hening, ucapan Andaru memang kasar, tajam dan membekas di hati Adisena. Itulah saudara beda ibu.
"Haha! Tidak lucu kak!" Antasena tergelak, mencoba tertawa agar suasana kembali normal. Meski ujungnya hanya dia yang tertawa sampai akhir.
Sejak kejadian itu hubungan Andaru dan Adisena kian memburuk. Biasanya bila seperti ini, Adisena yang akan maju duluan dan bersikap seakan tidak pernah terjadi apapun. Tapi kini keadaan sudah berbeda, Adisena bukan lagi Adisena yang dulu. Kini ada harga diri yang ia junjung tinggi, begitu pun Andaru.
***
Antasena sudah berada di istana mengumpulkan pengikut, hanya tersisa mereka bertiga yang menunggu giliran untuk bergerak.
Adisena akhir- akhir ini bersikap semakin aneh, dia menghilang dan datang kapanpun dia mau entah kemana perginya. Dia juga hampir tidak pernah berbicara, maklum mereka bertiga adalah tipe pendiam, tidak ada Antasena dan Daniswara membuat mereka terlihat semakin beku.
"Dimana Adisena?" Tanya Andaru
Pertanyaan sia-sia tentunya, Dewandaru juga tidak tahu kemana dia pergi, dia hanya menggeleng."Oh iya!" Dewandaru mengangkat tangannya saat teringat sesuatu, "Aku bertemu Cakra saat di perjalanan kemari, dia ada di pasar."
"Apa?! Dia tadi ada di kandang kuda!"
"Tapi aku melihatnya di pasar!"
"Ck!" Andaru mendecakkan lidahnya, Dewandaru sangat keras kepala. Akhirnya dia menyeret adiknya itu kandang kuda.
Apa yang dilihatnya membuat mereka menggeleng, rasa tak percaya menghantui wajah Dewandaru saat melihat Cakra memberi makan kuda dengan rumput.
"Lihatlah!" Seru Andaru.
Dewandaru masih sulit untuk berkedip, "Dia ada di pasar! Aku jelas melihatnya tadi, bahkan aku memberinya beberapa makanan!"
Saat keduanya terlibat perdebatan panjang yang tak juga usai, Cakra melihatnya dengan seulas senyum. Bocah itu terlihat menakutkan dengan ekspresinya saat ini. Dia memakan nasi ketan sambil bersila membelakangi mereka.
"Aku memberinya nasi ketan!"
"Jangan bohong! Kau pasti minum arak kan? Makanya bicara tidak jelas seperti ini"
*****
Selamat hari Raya Idul Fitri ❤️ semoga dosa kita di ampuni oleh Allah SWT, aamiin. Semoga juga pandemic ini segera menemukan jalan keluar ya.Terus berdoa semoga yang kita rencanakan di tahun 2020 terwujud satu per satu yaaa
Back to topic, ada yang spesial dari anak lima tahun ini loh, ditunggu saja apa keajaiban yang bisa dilakukan bocah ini. Siapa yang kangen Rukma ni? 👉👈
Tunggu bentaran lagi ya, ku lagi seneng membuat mereka terpisahkan jarak, wkwkwk auto timpuk pake sendal nih.
C u soon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back Time
Historical Fiction«Di private, follow dulu sebelum membaca» PERTEMUAN YANG MENYAMAR [COMPLETED] Kirana Citrani, datang sebagai gadis masa depan di jaman kerajaan Medang dan terbangun di tubuh putri Rukma Kisah tentang Kirana yang menjalani hari-harinya di tempat ber...