Daisy : Pentagon
______Mengajak wanita ini ternyata bukanlah pilihan yang bagus, di sepanjang jalan pasti akan selalu ada hal yang tidak ingin dia dengar. Memang seharusnya dia tinggal di seberang gunung atau tidak tinggalkan saja di goa. Asal tidak membunuhnya kan?
"Kita akan pergi kemana?"
Adisena menghela napas keras. Kalau tidak ingat tentang apa yang wanita itu tahu, sudah pasti dia akan menenggelamkannya di danau.
"Hutan."
"Tapi dari tadi kita sudah di hutan!" Laras berhenti berjalan, "Kemana kuda mu? Kita sudah berjalan lama tapi belum sampai juga, benarkah kau ini pemimpin Arang Geni?"
"Jangan menghambat perjalanan ini, cepat jalan," jawabnya sabar.
Laras tidak menjawab tapi segera berjalan cepat. Adisena sengaja tidak membawa kuda, pun dengan tidak membawa pasukan Arang Geni.
Setelah melewati beberapa tanjakan dan jalan setapak sampailah mereka di atas bukit, dari sini Laras bisa melihat sebuah padepokan luas dengan gapura yang membumbung tinggi. Di depannya berjajar punggawa dengan pakaian merah, di atas gapura terdapat umbul-umbul dengan lambang kalajengking.
Laras melambatkan jalannya dan membiarkan Adisena berjalan lebih dulu, setiap orang yang ditemuinya akan menunduk kepada Adisena. Di dalam padepokan terdapat banyak pria yang sedang berlatih pedang di halaman, mereka juga menunduk saat Adisena melewatinya.
"Resi sedang menunggu di dalam," ucap seorang pria yang menuntun mereka ke rumah dengan arsitektur joglo.
Adisena meminta Laras menunggu di kolam dekat halaman belakang.
"Siapa yang kau bawa?"
"Seorang teman."
Resi Darto mengangguk, "Jika dia tidak menggangu, akan ku biarkan."
"Ada apa Resi menunggu ku?"
Resi Darto memutar cangkir tanah liatnya, di tatapnya cangkir itu sembari menerawang.
"Kita harus segera menyelesaikannya."
"Benar, tapi ada kekacauan yang terjadi di kerajaan Medang. Ini akan berpengaruh untuk kita."
Pintu di ketuk, seorang wanita memasuki ruangan dengan gulungan di tangan. Dia Nyai Waru.
"Aku sudah mendapatkannya," ucapnya menyerahkan gulungan kertas.
***
Andaru setiap hari selalu melakukan sesuatu, entah itu bepergian dengan Jagad ataupun sendiri. Hampir setiap malam terjaga."Tidurlah."
Ucap Andaru saat Rukma menyusulnya duduk di teras gubuk.
Rukma menggeleng, di genggamnya tangan Andaru."Jangan terlalu memaksakan diri, tubuh juga perlu istirahat," sejenak menghela napas, "Memang apa yang ingin kau kejar? Bukankah kita lebih bahagia hidup seperti ini?"
Andaru menatap Rukma tak percaya, salahkah ia mendengar ucapan tadi?
"Apa yang ingin ku kejar?" Andaru melepas tangan Rukma, "Pengakuan.""Apa yang harus di akui? Putra raja? Calon raja?"
Rukma salah, pikirnya Andaru telah berubah ternyata Andaru masihlah Andaru yang dingin tidak berperasaan.
"Jika aku mengatakan iya apakah kau akan menerimanya?"
"Huh?" bibir Rukma membentuk senyuman miring, "Kenapa kau jadi seperti ini?" Lirihnya.
"Sudah aku katakan dulu, jika kau melupakannya akan aku ingatkan kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back Time
Ficción histórica«Di private, follow dulu sebelum membaca» PERTEMUAN YANG MENYAMAR [COMPLETED] Kirana Citrani, datang sebagai gadis masa depan di jaman kerajaan Medang dan terbangun di tubuh putri Rukma Kisah tentang Kirana yang menjalani hari-harinya di tempat ber...