23. I'm Surrender 🍁

1.1K 182 11
                                    

Surrender : Nathalie Taylor

______

"Wah!" Mulut Dewandaru terbuka lebar
Bukan Adisena yang mereka temukan sebagai pengkhianat, melainkan sosok Adisena yang terikat di tiang dengan tubuh penuh luka pecutan. Matanya bahkan tak sanggup untuk terbuka, bajunya terkoyak sana-sini.

"Sialan!" Teriak Andaru.

Amarahnya memuncak seketika, sekejam-kejamnya seorang raja hanya orang gila yang menyiksa anak kandungnya seperti itu. Sebenarnya terbuat dari apa hati pria yang mendongak menantang panas matahari itu? Bahkan Andaru tak sudi lagi memanggilnya Rama.

Andaru di giring, dijatuhkan bersimpuh tepat didepan kaki prabu Danaraja. Sekuat tenaga dirinya meronta agar tali itu lepas dari kaki dan tangannya.

"Aku sudah berbaik hati membiarkan kalian berkeliaran selama beberapa waktu, tapi ini yang ku dapat? Hanya ini yang bisa kalian lakukan? Seharusnya kalian lebih berusaha lagi untuk menjatuhkan ku."

Prabu Danaraja menganggukkan kepalanya pada Patih disampingnya, setelahnya datang para prajurit yang membuat Andaru semakin murka. Disana para murid padepokan yang dia kirim sudah tak berdaya lagi, apalagi salah satu diantaranya ada Antasena.

"Musuhmu bukanlah mereka, aku yang kau inginkan bukan?"

Andaru menjeda ucapannya, jika dia terus keras kepala bukan hanya dia yang akan mati, "Aku mengaku salah! Tolong jangan libatkan mereka, aku yang merencanakan semua ini!"

Prabu Danaraja mengangkat alisnya, perkataan tidak terduga seorang Andaru yang terkenal mementingkan diri sendiri cukup mengejutkan.

"Benarkah?"

"Apa kau lupa?" Ucap Adisena mengambil alih atensi .

Mereka menoleh ke arah Adisena, pria itu masih setia menutup matanya.

"Kita yang merencanakannya bersama, lancangnya kau mengaku itu hanya ulahmu sendiri? Aku juga ambil bagian dalam rencana hebat ini, kerajaan yang selalu diagungkan ini hanya butiran pasir yang akan beterbangan jika ditiup," Adisena tertawa getir.

"Lokapala tanpa kita hanyalah cangkang kosong, tidak bisa berbuat apapun!"

Melihat wajah masam prabu Danaraja membuat Andaru paham, ayahnya ini tidak suka bila egonya tergores.

"Benar! Apa gunanya punya kerajaan besar juga harta melimpah jika Antasena dan Catur bisa menyusup dan menembus keamanan istana?" Andaru menambahkan.

"Tutup mulutmu!"

"Kenapa, Prabu? Apakah aku salah? Oh!" Andaru teringat suatu hal "pasti Prabu belum tahu jika orang di keraton yang prabu tahan sudah tidak ada?"

Benar saja, perkataan Andaru membuat prabu Danaraja diliputi gelisah, jika para ibu dari kelima pangeran berhasil melarikan diri bukan tidak mungkin kekacauan dalam istana akan terdengar ke luar. Akan banyak musuh yang mengincar mereka saat situasi ini.

"Panggil semua pejabat ke Balairung!" Titahnya pada patih.

Andaru menghela napas lega setelah mereka meninggalkan pelataran istana, setidaknya dia bisa menunda eksekusi hukuman.

***

"Bagaimana kau bisa tertangkap?" Tanya Andaru.

Rasanya sudah lama mereka tidak berkumpul seperti ini, walaupun dengan keadaan yang tidak pernah diharapkan. Adisena menyandarkan tubuhnya, kalau bukan karena harga diri mungkin dia sudah menangis karena sungguh, ini teramat menyakitkan.

"Aku dalam perjalanan ke padepokan,"
Andaru menghela napas kasar, rencananya berantakan bahkan tidak ada yang berhasil sama sekali. Sekarang bagaimana caranya bisa keluar dari sini?

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang