"Daun yang jatuh tidak selalu jatuh ditempat yang sama, jika ada yang membawanya."
~~~°~°~~~
Ini adalah waktunya. Waktu yang ditunggu tunggu oleh semua siswa. Pulang. Seperti janjiku tadi aku akan meminta maaf kepada cewek itu.
"Bian, jangan lupa janji lo."
"Janji apaan?"
"Lo tadi udah iyain begooo.... Sok lupa."
"Oh.. oke."
"Sebenernya lo ngerti kagak maksud gua?"
"Iya ngerti ngerti udah tenang aja lagi. Eh Din, tapi masalahnya satu."
"Apaan?"
"Gua kagak tau tuh cewek di kelas mana?"
"Anjir lo. Apalagi gua."
"Terus gua harus gimana?"
"Oh... Gua ada ide. Lo ikut gua cepetan. Mumpung belum pada balik semua."
Didin dengan sigap menarik paksa tangan Bian. Menelusuri lorong lorong koridor yang ada di sekolah itu. Banyak sekali yang melihatnya. Seolah olah itu sudah menjadi sebuah tontonan layaknya adegan film.
"Nah udah sampek."
"Eh bego. Lu ngapain bawa gua kesini?"
"Lu tau kagak ini tempat apaan?"
"Jelas jelas ini gerbang sekolah. Cuman ada satu Didin..."
"Tuh lo tahu."
"Katanya gua suruh minta maaf ini malah dibawa kesini."
"Ah lu mah. Apa otak lo selalu lancar waktu gambar doang?"
"Mungkin"
"Sini gua jelasin. Gerbang disekolah kita cuman ada satu tandanya semua orang bakal lewat sini buat keluar."
"Terus?"
"Ya lo tinggal tunggu dia disini."
"Gua yang suruh tunggu. Ogah ah gua."
"Eitttsss... Lo yang salah lo yang harus tanggung jawab. Udah tunggu aja disini." Sembari menarik tangan Bian yang hendak melangkah pergi
"Ehhh lo mau kemana, Din?"
"Pulanglah. Oh ya... Awas aja kalo lo pulang sebelum minta maaf."
"Iya iya."
Entah mengapa semenjak perubahan tatanan kehidupan ini membuat emosiku berantakan. Aku sering marah marah tidak jelas. Hingga hal itu membuat Didin temanku mungkin merasa muak. Andai saja saat itu aku tak memarahinya, aku sudah sampai di rumah dan melanjutkan khayalanku bersama senjaku. Tapi aku harus bertanggung jawab aku udah ngebuat dia nangis. Dulu aku dikenal sebagai orang yang sabar tidak pernah marah. Sama sekali. Putus dari Karinlah Penyebabnya. Sudah berapa kali aku ulang pernyataan itu. Ini sudah tahun ketiga aku berusaha untuk melupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA MERAH
Teen Fiction"Hai.... apakah menurutmu senja berwarna merah?" Hari hari yang penuh dengan warna, mungkin itulah yang ingin dirasakan oleh semua orang. Dunia yang penuh dengan kesenangan. Dunia yang penuh dengan hal hal yang menyenangkan. Dunia yang penuh dengan...