3 - W I T H . Y O U

16 1 0
                                    

Langkah kaki Shin Yeong perlahan mulai berjalan dengan santai, matanya masih mengamati pemandangan yang cukup dia rindukan belakangan ini. Area taman bermain masih sama seperti dahulu hanya sedikit perubahan pada peralatannya yang jauh lebih berwarna-warni dan juga banyaknya perlatan olahraga santai. Disisi lain sungai disebelah kanannya masih sama seperti sepuluh tahun terakhir, hanya beberapa jembatan sudah mulai berubah desainnya.

Senyum Shin Yeong mengembang ketika melihat dua anak kecil tengah bermain jungkat-jungkit, membuatnya mengingat kembali ketika dia dan Ji Yeong bermain permainan itu. Bagaimana dulu mereka puas bermain didampingi oleh beberapa pengasuh dan bodyguard, menikmati waktu bermain selama dua jam penuh sebelum mulai kembali pada pelajaran tambahan.

Shin Yeong mendengus ketika mengingat bagaimana dia dan Ji Yeong selalu bermain dan membuat panik pengasuh serta bodyguard keluarga mereka. Belum lagi kenakalan yang lebih cocok ditunjukan pada anak laki-laki dibandingkan dengan mereka anak perempuan yang seharusnya bersikap lembut. Double Yeong pada saat itu sangat merepotkan, terlebih sejak kecil mereka sudah diajari dengan ilmu beladiri. Membuat dirinya seakan menjadi bos pada saat itu, dan semakin bossy ketika Ji Yeong disampingnya.

Shin Yeong menghantikan langkah kakinya, berdiam diri untuk mengambil nafas dan menghembuskannya secara perlahan hingga deru nafasnya kembali normal. Dia segera melakukan pendinginan untuk merelakskan otot-ototnya yang sudah bekerja ekstra selama satu jam terakhir. Matanya melirik pada pergelangan tangan untuk melihat jam dan jarak tempuh yang sudah dia lakukan. Dua puluh kilometer sudah sesuai dengan targetnya, Shin Yeong tersenyum puas pada pencapaiannya kali ini.

Shin Yeong tengah melenturkan otot tangannya sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatannya, "Good Morning, Yeoppo agashi."

Shin Yeong menoleh kearah sumber suara, "Eoh? Kau mengikutiku?" tanyanya langsung untuk mengalihkan perhatiannya kembali pada pria yang sudah merusak kinerja jantungnya sejak awal perkenalan.

Dengan gaya memasukan tangannya kedalam jaket olahraganya, Yeon Seok segera menghampiri Shin Yeong. Melepas kacamatanya dia langsung berdiri dihadapan Shin Yeong, "Ani, pagi ini aku merencanakan akan mengajakmu berkencan dan tidak menerima penolakan."

Shin Yeong tertawa mendengar ucapan Yeon Seok, "Yeon Seok-ssi, bukankah semalam kita sudah berkencan?"

"Tentu, dan ini kencan kita yang kedua."

"Jadi, kamu menargetkanku dalam satu minggu ini?"

"Ani, kamu yang meminta kita berkencan lima kali. Setelah itu kita lihat akan dibawa kearah mana kencan ini, dan sesungguhnya... aku, merindukanmu."

Shin Yeong tersenyum lega melihat bagaimana kejujuran Yeon Seok, sesungguhnya dia juga merindukan pria ini. Padahal semalam mereka menghabiskan waktu bersama selama empat jam dengan minum kopi, saling bertukar cerita mengenai pekerjaan dan kegemaran masing-masing. Obrolan mereka sangat lancar, Yeon Seok pandai berbicara. Tentu saja.

"You didn't go to work?" tanya Shin Yeong kemudian.

Mata Yeon Seok menatap kearah lain, pertanda dirinya mulai gugup. "Aku... mengajukan cuti."

Jawaban yang sukses membuat Shin Yeong tertawa kecil, dirinya semakin tidak tega melihat Yeon Seok yang gugup seperti ini. Entah keberanian dari mana Shin Yeong memutuskan untuk mendekat hingga dia bisa mencium parfum yang dipakai Yeon Seok pagi ini, aroma lemon, anggur dan cemara mulai mendominasi hidungnya.

"Kamu mengajukan cuti hanya untuk menemani pengangguran sepertiku?" tanya Shin Yeong dengan senang.

Yeon Seok tersenyum malu, "Maybe dan kamu bukan pengangguran, hanya sedang beristirahat untuk sementara."

#5 Amazing YouWhere stories live. Discover now