7 - A L W A Y S . Y O U

37 1 0
                                    

"Dasar pria bodoh, tidak berperasaan!" omel Ji Yeong untuk kesekian kalinya pada Yeon Seok yang hanya bisa tertunduk lesu.

"Mhiu." Tegur Hae Jin dengan lembut pada Ji Yeong, mencoba mengingatkan isterinya itu pada luka yang sudah diterima oleh Yeon Seok di sudut bibir juga kening sebelah kanan yang sekarang sudah diobati.

"Aku sangat kesal oppa! Dia seharusnya tahu jika tubuh Shin Yeong mudah terkena Heat Stroke, setiap hari aku selalu mengajaknya makan siang yang lebih lama agar tubuhnya dingin. Tapi pria bodoh ini terus menyiksanya, bahkan berani mencium wanita lain dihadapan Shin Yeong." Keluh Ji Yeong dengan nada kesal, rasa-rasanya dia sama sekali belum puas dengan pukulan yang dia daratkan pada wajah Yeon Seok.

"Arraseo, aku yakin Yeon Seok sudah amat menyesalinya." Tenang Hae Jin.

Ji Yeong melirik tajam pada Yeon Seok yang masih menunduk lelah, "Harus, aku tidak akan pernah memaafkannya lagi jika dia menyakiti Shin Yeong-ku."

Hae Jin tersenyum masam lalu mengusap lembut punggung Ji Yeong dengan sayang, mengecup pelipis isterinya sekedar meredam emosi Ji Yeong yang mulai sedikit membaik pasca pingsannya seorang Kim Shin Yeong.

"Hey, mhiu. Bisa belikan aku minuman? Aku sangat haus sayang."

Ji Yeong mendesah keras, "Baiklah, tunggu disini. Jangan biarkan pria bodoh ini menyentuh uri Shin Yeong."

Hae Jin mengangguk dan mengecup kening Ji Yeong sebelum isterinya itu pergi menuju cafetaria rumah sakit. Dirinya lalu mendekatkan diri disamping Yeon Seok, menunggu kabar dari Shin Yeong yang masih ditangani di Instalasi Gawat Darurat.

"Shin Yeong akan baik-baik saja, Yeon Seok-ah. Dia tidak selemah yang kita kira dan dia sangat mencintaimu." Tenang Hae Jin sambil menepuk bahu Yeon Seok.

"Ne, hyeong."

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri terlalu dalam, anggap saja ini cobaan kalian sebelum kau menjadikannya sebagai isterimu."

Mendengar ucapan Hae Jin, membuat mata Yeon Seok langsung memperhatikan Hae Jin yang tengah tersenyum tenang, "Darimana hyeong tahu jika aku akan melamar Shin Yeong?"

Kini Hae Jin tersenyum masam, dia tidak terbiasa memamerkan kamampuanya dalam hal membaca masa depan. "Pengalaman? Aku sudah pernah berada dalam situasi seperti ini."

Tatapan Yeon Seok melembut lalu mengangguk dan kembali tertunduk kembali, "Tentu saja, Ji Yeong benar. Naega baboya, aku bahkan tidak tahu kalau Joo Hyuk adalah adiknya Shin Yeong. Yang aku kenal hanya Minno, tidak pernah tahu rupa Joo Hyuk seperti apa. Aku bahkan tidak pantas disebut sebagai kekasih yang baik, rasa-rasanya percuma dengan usahaku yang sudah meminta restu pada Appa Shin Yeong selama dua minggu kemarin. Aku tidak bisa menjaganya."

Hae Jin kembali mengusap bahu Yeon Seok dan tersenyum maklum, "Aku menunggu selama lima tahun untuk bisa menemukan Ji Yeong, berpacaran dengannya selama satu tahun lalu mencoba melamarnya dan ditolak oleh Ji Yeong karena dia berpikir dia masih terlalu muda untuk menikah. Lamaran keduaku juga ditolak dengan alasan yang membuatku ingin sekali mencekiknya saat itu, dia ingin fokus mengelola proyek jutaan dollarnya yang mengharuskan dia harus tetap berada di luar negeri. Bagaimana menurutmu?"

Baru kali ini Hae Jin mendengar tawa Yeon Seok walau itu kecil, "Hyeong tidak kecewa?" tanyanya.

Hae Jin menggeleng, "Aku mencintai Ji Yeong dengan seluruh hidupku, membahagiakannya adalah tujuanku. Jika Ji Yeong langsung menerima lamaranku yang pertama, aku justru menjadi pria yang sangat egois karena memikirkan kebahagianku saja. Oleh sebab itu aku harus membuktikan padanya jika aku bisa membahagiakannya, walau Ji Yeong nantinya mencintai pria lain dan dia bahagia. Aku harus merelakannya, membuatnya bahagia adalah prioritasku."

#5 Amazing YouWhere stories live. Discover now