6

29 4 3
                                    

Yakin, Allah itu maha mendengar. Mendengarkan doa-doa hambanya yang percaya bahwa pertolongan Allah itu pasti ada dan dia selalu dekat.

~Reyhana

Aku masuk ke dalam kamar, sesak rasanya seperti menjadi beban untuk orang lain. Aku mendekap bantal menangis dalam diam, biar tak terdengar keluar suara tangisku. Sesakit ini kah, ternyata benar dunia sangat kejam dan hidup gak bisa bergantung dengan orang lain.

Aku mulai mikir bagaimana  biar bisa meringankan beban mamah, kasian juga iki. Ya Allah kenapa seberat ini..

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar
"Kak, kak reyy buka pintunya." suara iki
Aku segera ke toilet untuk mencuci muka, agar tak terlalu terlihat sembab.
"Bentar ki, gue lagi di toilet." teriak ku dari dalam kamar

Aku melihat wajahku di cermin sangat kusut.
Aku membuka pintu kamar, terlihat iki masih dengan hp nya dan bersandar pada tembok kamar ku. Lalu main nyelonong masuk tanpa permisi dan langsung rebahan di kasur ku.
"Dasar bocah gak sopan, nyelonong aja" umpat ku

"Kak, hmm"
"Apa? Mamah gimana?"
"Mamah udah tidur tadi  habis minum air anget, gapapa biar tenang" ucapnya

Aku mengangguk, "Lo mau ngapain ke kamar gue?"
Iki mengubah posisi nya menjadi duduk, "Kak lo kepikiran yang tadi ya?"
"Enggak, kenapa emang?"
"Lo gak bisa bohong sama gue kak, lo sama gue tuh sama. Paling bego kalo soal bohong haha"

Aku melempar bantal ke wajah iki, "Syaland lo!!"
"Caranya gimana ya kak,  biar gue bisa bantu mamah. Bayaran sekolah gue mahal kak" ucapnya
"Hmm, tugas lo belajar aja yang bener. Biar itu jadi urusan gue." balas ku
"Ini tuh masalah kita kak, gak bisa lo doang yang ambil peran disini. Harus ada peran gue juga" protes nya

"Terus lo maunya kaya gimana ki, gue sendiri bingung." ucap ku
Gue mau ambil minum dulu haus. Aku melangkah ke luar kamar

Tiba-tiba iki manggil, "Kak"
"Paansi,"
"Muka lo jelek habis nangis gitu. hahahhaa" ejek nya
"Bener-bener lo yaa!!!"

--------------------------

"Gimana, udah nemu cara bantu mamah?" tanyaku setiba di kamar
"Nothing, lagi gak bisa mikir gue" ucapnya acuh

Tiba-tiba ide muncul di kepala ku
"Ki, sumpah gue mau ngomong serius"
"APAAN?" ucapnya semangat

"Biaya sekolah lo kan mahal, tapi menurut gue lo bisa gak bayar"
"Hah, ngarang lo kak, siapa yang mau bayarin gue?" tanya nya
"Ekstrakurikuler pramuka di sekolah lo itu terkenal dan juara terus kalo lomba, lo gabung aja ikut. Kalau lomba kan dapat uang tunai dan dapat potongan bebas SPP untuk beberapa bulan." usul ku
"Cerdas lo kak, gue gak kepikiran sampe situ." 

"Bayu temen deket lo kan ikut pramuka, kenapa gak lo tanya?" ucap ku
"OH IYA BAYUU"ucapnya
"Iya lo bisa bareng bayu kan jadinya, gue juga akan ngelakuin hal yang sama kaya lo. Biar ngeringanin beban mamah"

"Semangat kak, kita pasti bisa. Kata guru gue selalu ada jalan bagi dia yang mau berusaha "
"Besok gue mau izin ke mamah, buat ikut pramuka. Doain gue kak semoga di izinin"
"Tanpa lo minta, gue doain kalee" ucap ku

Triiing,,, Hp ku berdering tanda notifikasi pesan masuk. Kebetulan Hp ku berada di dekat iki
Dimas Mahesa, terlihat di layar kunci. Ternyata pesan masuk dari dimas.

"Siapa nih kak? cowo lo?" tanya iki curiga
"Ngawurr, temen kelas gue. Apa katanya?"
Iki membuka pesan dari dimas

Dimas Mahesa : Rey, lo tugas matematika dari pak sigit udah? Gue gak ngerti, tapi besok ada pelajaran nya.

Tuhkann, sudah gue duga dia nanya tugas.
"Kenapa dia nanya sama lo, kenapa gak sama temen lo yang lain aja. Lo deket sama dia kak?" pertanyaan iki tiba-tiba.
Posesif nya papah nular ke iki dan Mulai kumat.
"Gak deket, baru kenal aja. Tapi emang anak nya humble  kok, seru" jelasku
"Oh, okee. Yaudah ah gue mau ke kamar dulu. Bye!"

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang