"Micha ngak mau!!!!!"
Sraakk!!
Berhasil segulum tirai jendela robek akibat gadis campuran darah Asia dan Eropa itu. Rambut hitam pekat khas nya tanpa cat sama sekali di biar kan terurai bebas menyelinap ke arah manapun. Air mata tentu sudah membasahi sekujur wajah nya. Tak kuasa gadis itu menghempas vas bunga tak berdosa yang terletak di atas meja belajar nya. Bunga Anyelir yang begitu cantik terpaksa keluar dari persembunyian nya di balik vas kaca yang sekarang bahkan tak lagi berbentuk.
"Micha!!" bentakan keras bebas meluncur dari mulut pipih sang papa. Reyhan. Seorang tentara akut yang tak pernah melupakan kedisiplinan. Bahkan dengan tolakan mentah Micha itu mampu menyulut amarah nya.
"Anak kurang ajar! Berani kamu melawan?!" lebih tepat nya bukan pertanyaan tapi hentakan suara keras yang memecah kesunyian kamar Micha yang tadi nya di penuhi isakan tangis nya. "Papa bilang kamu ngak boleh nangis! Dasar gadis lemah!"
"Ck, kau memang tak berguna." Rey membalikan badan meraih gagang pintu, namun sebelum nya dia berhenti untuk mendengarkan ucapan anak nya. "Micha ngak mau pindah sekolah." tidak ada bentakan di kalimat itu, Micha hanya berkata datar tanpa menatap Reyhan, malah dia membuang muka.
"Apa pun yang kamu katakan, papa ngak peduli. Kamu," Reyhan menunjuk ke arah Micha yang masih menunduk sambil membuang muka nya menahan amarah. "akan tetap papa pindahkan ke sekolah baru." hendak Micha membantah, tapi Reyhan telah terlebih dulu menutup pintu keluar dari ruangan itu.
Tidak peduli lagi, tangisan Micha pecah di ruangan sunyi yang hanya menghadirkan sosok nya di sana. Micha berjalan mendekati meja belajar nya. Tanpa Micha sadar badan nya terhuyung hingga enyah di atas kursi belajar yang empuk namun tak terasa bagi Micha Saat ini.
Tatapan Micha yang sebelum nya buram, kini jatuh pada goresan tangan nya di atas meja belajar. Kayu meja yang di ukir Micha dengan begitu indah sangat berbeda dengan kondisi nya saat ini. Ukiran nama yang tertera di sana adalah nama nya. Amora Michella.
Tetesan bening yang tak diinginkan pun jatuh menembus pipi mulus Micha. Dia sedih, hancur, terpuruk, kacau, atau apa lah itu. Yang jelas dia benci hari ini. Hari yang sama dengan tamparan masalah bertubi tubi.
"Gue ngak mau pindah, gue mau tetap di sini. Only here. With my mom, and my happys." Kembali Micha menjatuhkan air mata nya. Rasa sakit akibat kesalahan kecil yang menjadi besar. Sungguh, demi apapun Micha ingin saat ini juga dia menghilang dari bumi ini. Entah itu kemana, yang penting Micha bebas dari keadaan seperti ini.
Micha tidak mau lagi beradaptasi dengan lingkungan baru. Micha nyaman dan akan berusaha menyamankan keadaan nya saat ini. Micha tidak ingin kemana pun itu. Saat ini ada hal yang jauh lebih penting di pertahankan nya dari pada memikirkan kejadian yang tak pernah di inginkan nya.
"Love you..." ucap Micha lirih, sambil menatap tangan nya yang dibentuk menjadi huruf V.
***
Pagi, sama saja seperti biasa. Tak ada kesan indah, spesial, hangat atau apa pun itu. Semua sama, sama seperti biasa. Tidak ada hal istimewa bagi Micha saat ini. Yang Micha tau dia akan segera pindah dari rumah yang bahkan baru dihuni nya beberapa bulan ini.4 bulan lalu Micha pindah ke Jakarta karna urusan pekerjaan Papa nya. Di waktu yang bersamaan Micha lulus dari SMP nya dan menyambung di SMA yang kini bahkan akan ditinggal kan nya. Micha tak tau kemana Reyhan akan membawa nya pergi. Pria dewasa satu itu memang keras kepala. Militer mungkin membuat nya begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step By Step[On Going]
Teen FictionSalam sayang pembaca tercinta. Sebuah kisah romansa hadir menemani kegabutan kalian, ekspresi yang akan berubah ubah saat membaca nya tentu jadi hal utama. Amora Michlla. Dia cantik, tapi sayang tidak secantik sikap nya, dan tenang dia itu pintar...