Mulai

61 14 17
                                    

Tidak, jika dia.
-Amora Michella

Setelah beberapa menit mengelilingi sekolah bergedung-gedung itu, akhir nya Micha menemukan letak ruang guru. Ruangan itu terletak di lantai dua sebelah kanan dari gerbang.

Micha masuk kedalam ruangan itu, "Permisi..." sapa nya sopan pada guru-guru yang berada di ruangan itu. "Ada keperluan apa?" dengan tegas seorang guru perempuan yang terlihat sedikit tua berbaju cokelat dengan rok hitam dan rambut di konde menghampiri Micha dengan tangan berpangku dada.

"Saya murid baru buk, saya tidak tau kelas saya di mana." jawab Micha berusaha sesopan mungkin. "Siapa nama kamu?" guru itu berbalik menuju meja yang ada di tepi ruangan itu. Disana terlihat kertas-kertas yang Micha tak tau itu apa, banyak coretan nama-nama dan angka yang entah apalah itu.

"Amora Michella, dengan H, dabel L, tidak menggunakan Mi." tutur Micha lancar, mata nya terus melihat kekertas yang di acak-acak guru berkonde itu. "Ter-la-lu detail!" eja guru itu sambil menatap mata Micha menusuk.

"Lebih baik detail ketimbang ibu menanya berkali-kali." guru berkonde itu menatap Micha marah. Anak baru tapi sudah bisa melawan, lebih tepat nya menyindir pula.

Guru berkonde yang akrab disapa buk Des ini, terkenal sangat galak disekolah itu. Pasalnya dia sangat memerhatikan kedisiplinan, cara belajar para murid, kebersihan, kesopanan dan, kegantengan.

Buk Desra Oktavia itu kembali mengalihkan pandangan nya kearah kertas-kertas yang bertumpuk di meja tadi. "Oh, kamu dapet kelas unggul. Kelas X Bahasa 1. Di lantai tiga, cari saja di koridor utama lantai tiga, kamu pasti menemukan lokal mu." buk Desra berbalik menatap Micha.

"Ternyata anak pintar juga kamu," dia menepuk kepala Micha pelan, cewek itu meringis di tempat. Dia tidak suka perlakuan itu. "Kalo pintar, jaga juga cara kamu berucap. Sudah masuk kekelas mu sebentar lagi bel." Micha hanya mengangguk.

Langkah kaki Micha berjalan meninggalkan ruangan yang kini sudah mulai hampir sepi, karena banyak guru yang sudah meninggalkan ruangan dan masuk lebih awal tepat saat bel berbunyi.

Micha melihat gerombolan siswa dan siswi yang berjalan bahkan berlarian masuk menuju kelas mereka. Dari sini mata Micha bisa menangkap sosok yang tak pernah dia duga akan ada disini. Sudah dua minggu Micha tidak melihat wajah itu semenjak pindah ke bandung. Bahkan Micha tak menyangka keadaan orang itu masih utuh sempurna.

Deg

Micha terkejut saat ada sesuatu yang keras menyenggol lengan nya. Micha berbalik dan menatap seorang guru muda yang sedang membenarkan letak buku nya. "Maaf nak, ibuk nggak liat ada kamu, soal nya buku ibuk ngehambat." bahkan Micha tak menawari bantuan sama sekali. Dia hanya ber-oh di tempat saja.

"Kamu siswi baru?" tanya guru itu saat melihat Micha yang masih termenung. Micha hanya mengangguk menjawab. "Kelas berapa?" Micha menatap ke arah guru muda itu. 'banyak tanya!' batin nya.

"X 1 Bahasa, buk." jawab Micha berusaha sesopan mungkin, seperti pesan buk Desra tadi. "Ibuk mengajar disana, sekalian saja yuk." Micha mengangguk dan berjalan lebih dulu dari guru itu. "Kamu nggak niat bantu ibuk gitu?" 'kode nya terlalu keras, yaelah.'

"Oh iya buk." Micha mengambil sebagian buku di tangan guru nya itu. "Nama ibuk, Mrs. Merry, ngajar bahasa inggris. Nama kamu siapa?" Mrs. Merry bertanya sambil terus berjalan menyusuri koridor kelas X.

"Micha buk." jawab nya datar. Setelah nya tak ada lagi percakapan diantara kedua makhluk itu, hanya hening melanda disepanjang jalan hingga mereka tiba di kelas bertuliskan X BAHASA 1.

***
Dia adalah Marga Anggara, seseorang yang mengaku nama nya Hari kepada cewek yang baru dia kenali beberapa hari lalu. Karna kepedean nya yang yakin akan mengisi hari cewek itu. Amora Michella.

Step By Step[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang